Vaya memekik kesakitan, ia melihat Ivona sudah gila. "A-apa yang kau lakukan!" ucapnya terbata sembari menahan sakit di tubuhnya akibat terbentur dinding.
Senyum yang terukir di bibir Ivona sungguh menyeramkan bagi Vaya. Gadis gila itu berjalan mendekatinya setelah melempar tubuhnya dengan kasar. "Ja-jangan mendekat!" Vaya benar-benar takut dengan sorot mata Ivona yang terlihat kejam. Ia berusaha untuk bangkit dan lari dari gadis gila ini. Namun, sebelum ia bisa berdiri, kerah bajunya ditarik dan diseret ke tepi tangga.
"Aarggh!!!" Vaya memekik. Wajahnya pucat pasi.
"Tolong!" teriaknya. "Kak Thomas, tolong aku!"
Suara teriakannya menarik perhatian para pembantu. Dari arah dapur, Bi Samy dan pembantu lainnya datang dengan tergopoh-gopoh. Mereka terkejut melihat kedua nona mudanya. Terutama Bi Samy, ia tak habis pikir bagaimana bisa nona mudanya—Vaya— diperlakukan dengan buruk oleh Ivona.
"Bi Samy ... tolong aku," mohon Vaya pada pembantu yang telah mengabdi kepadanya selama beberapa tahun ini. Bi Samy merupakan orang kepercayaan Vaya,.
"Nona Vaya ...," teriak Bi Samy
"Hei, lepaskan Nona Vaya," teriaknya memerintah pada Ivona.
Ivona tak gentar. "Siapa kau berani memerintahku!" jawab Ivona dengan angkuh.
Bi Samy yang sadar akan statusnya, justru menjadi bingung dengan pertanyaan Ivona. Ia menatap malu pada rekan sesama pembantu yang berlari bersamanya. Ivona telah kurang ajar dengan mengingatkan dirinya tentang statusnya di depan rekan seprofesinya. Melihat Thomas yang baru saja berjalan masuk dari luar, Bi Samy tak kehilangan akal, pembantu itu dengan sengaja memarahi Ivona. "Dasar gadis tidak tahu diri, kau seperti kacang lupa akan kulitnya. Tidak tahu diuntung!" teriaknya agar terdengar oleh Thomas, sebab ia yakin Thomas akan membantu Vaya seperti sebelumnya.
Ivona mencibir atas ucapan Bi Samy. Dalam hati ia menertawai Ivona dalam buku ini. Vaya bukanlah tokoh hebat tapi gadis ini begitu licik, dengan semua kelicikannya ia bisa membuat hidup Ivona dalam buku begitu menderita. Bahkan pembantu pun ikut-ikutan sok berkuasa dengan menindas Ivona. Mengingatnya saja membuat Ivona muak dengan tingkah Vaya dan pembantu ini.
Semalam dia bermimpi, pemilik tubuh asli meninggal dengan tragis di jalanan di tahun-tahun terakhir. Sangat menyedihkan. Bahkan orang yang biasanya tak berbelas kasih seperti dirinya saja bisa merasakan kesedihan dan rasa sakit yang menyayat hati akan apa yang dialami pemilik tubuh asli.
Ivona mengabaikan Bi Samy, dia berkata dengan nada menakutkan pada Vaya. "Jangankan berani mendorongmu, kalau aku sedang tidak senang, aku bahkan bisa menguburmu hidup-hidup."
Baru saja mulut Ivona terkatup, para pembantu langsung mendengar suara teriakan Vaya. Lutut belakangnya ditendang dan dia terjatuh dari tangga.
Para pembantu ketakutan setengah mati, melihat Vaya bergulir dari atas tangga hingga terduduk di lantai. "Aarggh ...." Teriakan Vaya kembali menggema. Rasa sakit kali ini lebih dari sebelumnya. Ia tak pernah menyangka jika Ivona benar-benar melakukannya, pembalasan dendam kepadanya.
"Kak Thom, tolong aku. Rasanya sakit sekali," ucap Vaya dengan lemah dan wajah pucat.
Mata Bi Samy justru berbinar, dia memanggil orang untuk menangkap Ivona. "Panggil satpam sekarang!" teriaknya pada pembantu yang lain.
Bi Samy ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mengusir Ivona dari rumah ini, dengan begitu Vaya pasti akan mengingat jasanya, dan juga tidak perlu lagi membuat para tuan muda merasa sebal. Ia sungguh penjilat yang hebat.
Memikirkan hal itu, Bi Samy pun berjalan ke hadapan Ivona dan mengangkat tangan hendak menampar gadis itu. Tangannya melayang, diarahkan ke wajah mulus Ivona. Namun, siapa sangka jika gadis kecil yang dulu terlihat lugu itu akan menahan tangan yang hendak menyakitinya. Bukan itu saja, sorot mata yang kejam dengan seringai di bibir membuat Bi Samy merasa terkejut dengan perubahan sifat Ivona.
"Lepaskan!" Bi Samy meronta, saat cengkeraman tangan Ivona begitu kuat terhadapnya.
"Dasar gadis gila, tidak tahu diri. Lepaskan aku!" teriaknya masih terus meronta.
Ivona semakin menikmati kesakitan yang dirasakan oleh pembantu itu. Semakin Bi Samy meronta untuk dilepaskan, semakin kuat tangan Ivona mencengkeram.
"Dasar ****** kecil, lepaskan aku!" teriaknya lagi disertai cacian.
"Gadis gila yang bo____" Sebelum Bi Samy menyelesaikan umpatannya, sebuah tamparan terlebih dahulu mendarat di pipinya.
Suara tamparan itu sangat nyaring, hingga para pembantu dan Vaya tercengang.
"Sudah lupa diri rupanya, apa hakmu berbicara di sini?" Suara Ivona yang terdengar malas dengan sorot mata menakutkan membuat Bi Samy semakin menciut.
"Kau yang tidak tahu diri. Pembantu yang hanya bisa jadi penjilat." Ivona mencengkeram lebih kuat.
"Aarggh." Bi Samy meringis kesakitan, melihat wajah wanita itu tak membuat rasa kasihan Ivona terusik. Pembantu ini juga berperan dalam kejahatan yang dilakukan Vaya. Ia juga harus menerima ganjaran akan apa yang dulu ia lakukan pada Ivona.
"Le-lepaskan aku."
Ivona tertawa gila melihat eksperi kesakitan dari Bi Samy. "Jangan bermain-main dengan gadis gila sepertiku jika kamu masih ingin hidup tenang!"
"Le-lepaskan, kau menyakitiku," kali ini suara Bi Samy melemah, ia sudah tidak tahan lagi dengan kesakitan yang diberikan Ivona. "A-aku mohon, lepaskan."
Suara Thomas terdengar di belakang, "Iv, kamu ...."
Vaya melihat kakak ketiganya muncul merasa ada sedikit harapan. "Kak Thom, tanganku sakit sekali," adunya pada Thomas.
Suara Vaya membuat Thomas melihat gadis itu. Vaya berada di lantai memegangi tangannya yang terlihat kesakitan.
"Panggil dokter sekarang!" titahnya pada pembantu yang berkumpul di sana. Kalau terjadi sesuatu dengan Vaya, pasti akan berimbas pada Ivona. Vaya akan menggunakan kesempatan ini untuk mencelakai Ivona, dengan memfitnahnya lagi.
Sikap Thomas yang terlihat membelanya, membuat Vaya merasa menang. Diam-diam, ia menatap Ivona dan mengejeknya melalui sorot mata yang ia tampilkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Neti Jalia
aku mampir bawa boom like kk, mampir jg dikaryaku ya🤗🙏
2021-10-24
2