Tiada henti nya suara-suara itu terus terdengar, mengiringi langkah Jasmine. Dia hanya bisa menundukkan kepala, berusaha tetap anggun, tanpa terkecoh.
Setelah melewati hari yang menyedihkan baginya, dan canda tawa mereka yang berhasil menusuk relung hatinya.
Ditinggalkan sendiri oleh mempelai pria, bahkan harus menghadapi lidah tajam orang-orang yang terus menghina pria yang bahkan sudah tidak ada di tempatnya. Bukankah hal itu sia-sia?, lantas kenapa tidak sedari tadi disaat pria itu berada disini?
Kenapa harus dirinya yang mendengarkan segala caci maki itu, benar-benar tragis.
Bisik-bisik penuh hina semakin menjadi, ketika mereka tahu Jasmine menikah dengan pria yang bahkan sangat buruk di mata mereka walau hanya mendengar namanya saja, Stevano Anderson. Ya, dialah putra pertama keluarga besar Anderson.
"Mari, Nyonya!!"
Terdengar suara pelayan dari arah belakang Jasmine. Jasmine mengikuti langkah pelayan itu dengan berat, tapi tiba-tiba seseorang menarik tangannya dan kemudian memeluknya erat.
Liliana, sang ibu yang tiba-tiba datang memeluk putrinya itu. Dia melepaskan pelukan dan meletakkan tangannya di pipi Jasmine sambil berkata "Putri ku, boleh Ibu titip pesan kepadamu"
Jasmine sudah tidak bisa menahan lagi. Bibirnya bergetar karena menahan tangis sejak tadi, hingga kemudian air matanya tumpah begitu saja.
Liliana kembali memeluk Jasmine sambil berbisik "Putriku adalah gadis yang hebat, jadilah istri yang baik untuk suamimu. Mungkin yang kamu lihat sekarang, hanya semua kekurangannya, tapi suatu saat kamu akan menemukan kelebihan pada dirinya, bahkan jika kelak semua orang tahu tentang kelebihannya, dan seseorang bahkan berlutut meminta kamu untuk meninggalkannya, jangan pernah kamu lakukan hal itu, karena kamu akan sangat-sangat menyesal melepaskan pria seperti dia."
Liliana melepaskan pelukan, lalu dengan lembut dia mengusap pipi putrinya yang lembab dan basah. "Jangan berpikir kalau kau tidak beruntung karena pernikahan ini, suatu hari nanti mungkin tanganmu akan ditarik untuk pergi, dan disaat itu, ingatlah perkataan Ibu mu ini."
"Jadilah cahaya dalam gelapnya. Dan jadilah bintang untuk menemani malamnya. Jadilah teman untuk mengusir rasa sepinya. Tidak selamanya, tertusuk pisau itu bisa langsung membunuhmu," ucap tulus sang ibu, yang akan melepaskan kepergian putrinya setelah menikah.
Tidak terlalu lama perbincangan itu, kemudian Jasmine beralih menatap ayahnya yang sedang berbincang dengan rekan bisnisnya. Jasmine begitu kesal melihat itu.
Lalu Jasmine segera masuk kedalam mobil.
Jasmine masih mengingat, di acara pernikahan tadi dia hanya sendiri. Lelaki yang telah menjadi suaminya cepat-cepat dibawa pergi karena takut jadi bahan hinaan orang-orang. Dia tidak melihat wajah suaminya, bahkan mungkin suaminya juga tidak tahu wajahnya, karena sebelumnya mereka tidak pernah bertemu.
Jasmine merasa aneh, ketika mobil itu masuk ke gerbang utama kediaman Anderson, tapi bukannya berhenti tepat di pintu, mobil itu justru terus melaju ke arah belakang kediaman utama. Dapat Jasmine lihat di sisi kanan dan kiri pepohonan yang rimbun menghiasi jalanan. Terlihat mirip seperti hutan, tapi tampak bersih dan terawat. Mereka membawanya semakin jauh masuk ke dalam hutan itu. Hingga hanya ada kesepian yang menghantui.
Sebenarnya, Jasmine enggan bertanya, tapi karena dia begitu penasaran, akhirnya dia pun mengeluarkan kata yang sedari tadi ada dalam benaknya.
"Kita mau kemana?" tanya Jasmine menatap pada orang yang mengendarai mobil itu.
"Tentu saja ke kediaman suami Anda Nyonya,"
"Jasmine benar-benar tidak bisa berpikir, niatnya untuk kabur kini sia-sia sudah. Bagaimana dia bisa kabur di tengah hutan yang luas ini, bahkan tidak ada sinyal di ponselnya.
Mobil mengantarnya semakin jauh, menuju tempat dimana keramaian jarang sekali bahkan tidak pernah ditemukan.
Jasmine mengintip keluar dari balik kaca yang ada di sampingnya, menyaksikan mobil yang semakin jauh membawanya masuk ke dalam hutan. Dia merasa tidak tenang, bahkan terus meremas kedua tangannya yang mulai basah oleh keringat.
"Sebenarnya kita mau kemana? Kalian tidak serius kan saat mengatakan kediaman Tuan Muda kalian berada jauh di dalam hutan ini?" tanya Jasmine yang mulai panik.
Sementara mereka yang mendengar pertanyaan Jasmine untuk yang kedua kalinya, mereka hanya diam saja, enggan menjawab.
Di lokasi yang semakin jauh dari keramaian, ada banyak orang berseragam berdiri di depan bangunan megah yang mirip seperti kastil. Jasmine benar-benar tidak menyangka, sebelumnya dirinya tak percaya, jika di belakang kediaman Anderson ada hutan yang lebat dan panjang, ya walaupun hutan itu seperti terawat , tetap saja Jasmine merasa takut, karena dirinya belum pernah sama sekali datang kesana. Dan juga tempat nya sangat sepi, pencahayaannya redup di malam hari, bahkan tidak ada satu kendaraan pun yang lewat. Tampak begitu menyeramkan.
Belum hilang rasa tidak percayanya, kini dia berdiri di depan sebuah rumah mewah yang tampak seperti bangunan kuno mirip kastil. Sepertinya benar rumor yang beredar tentang putra pertama Anderson yang hidup terkurung seperti seorang tahanan, bedanya dia ditahan di tempat yang megah. Ibarat kata dia bagai burung di dalam sangkar emas.
Setelah turun dari mobil, bukannya matanya berbinar, justru Jasmine merasa takut, matanya berkaca-kaca, jantungnya pun berdetak dengan cepat.
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, bahwa hidupnya mungkin juga akan ikut terkurung bersama pria yang baru saja resmi menjadi suaminya. Bagaimana masa depannya? bagaimana pendidikannya? mungkinkah dia harus mengubur semua mimpinya? semua itu benar-benar membuat dirinya semakin ingin lari dari tempat ini.
Seorang wanita paruh baya, segera berlari menyambutnya, dan menunduk dengan sopan.
" Selamat datang, Nyonya."
"Sebenarnya ini dimana?" Tanya Jasmine yang masih diliputi rasa penasaran.
Tiga orang pelayan berseragam hanya menundukkan kepala sopan, tanpa menjawab pertanyaan Jasmine.
Dengan keramahan, salah satu diantara mereka mengulurkan tangan, untuk membantu Nyonya baru nya berjalan menyusuri jalan yang begitu panjang. Wanita paruh baya tadi memimpin jalan. Sementara yang lainnya berjalan di belakang Jasmine.
Jasmine ragu-ragu mengikuti wanita paruh baya itu, mengarahkan pada kamar utama yang terlihat paling besar di rumah ini. Pelayan tadi membuka pintu kamar dan berkata "Ini kamar Anda Nyonya."
Jasmine masuk ke dalam kamar itu, dia sedikit takjub, ruangan yang besar dan lebar, bahkan ranjangnya begitu empuk.Tapi bangunan ini tidak ada cahaya yang cukup untuk menerangi malam yang mengerikan, tidak ada tanaman bunga, bahkan tidak ada warna, yang ada hanya kegelapan.
"Tunggu, bukankah ini kesempatan yang bagus untukku melarikan diri, aku punya ide! yang penting setidaknya aku harus keluar dari tempat ini terlebih dahulu," ucapnya dalam hati .
"Maaf, bolehkah aku kembali mobil, seperti nya ada yang ketinggalan" kata Jasmine semeyakinkan mungkin.
"Biarkan kami yang akan mengambilnya Nyonya," jawab pelayan yang tadi mengantarnya.
"Tidak, soalnya ini benar-benar barang pribadiku. Dan bukankah kalian tidak tahu barangnya seperti apa, Jadi aku akan mencarinya sendiri," kata Jasmine menolak
"Baiklah Nyonya, kami akan membantu Anda untuk mencari barang yang Anda maksud," salah satu pelayan tadi mengajukan diri.
"Hmm, baiklah terserah kalian saja!" ucap Jasmine kemudian melangkah keluar lebih dulu dan beberapa pelayan tadi yang mengantarnya, kini mengikuti dibelakangnya menuju mobil yang tadi membawa Jasmine.
Sesampainya di mobil, Jasmine berpura-pura mencari barang yang sebenarnya tidak ada, Jasmine terus mencari dan tidak terasa sudah 10 menit berlalu.
"Issh, kapan orang-orang ini berhenti mengikuti," gerutu Jasmine. Tak berselang lama setelah mereka terlihat sibuk mencari, Jasmine melepas sepatu dan menentengnya, mengangkat tinggi gaun yang dikenakannya, dan berlari menjauh dari rumah megah yang katanya milik suaminya.
"Nyonya Muda kabur, cepat katakan pada pengawal untuk menangkapnya," teriak salah satu pelayan tadi.
Jasmine terus berlari dan memilih jalan yang sulit dilalui." Sial, mereka tidak menyerah mengejarku," umpat nya.
"Cepat!! Itu dia!" Teriak seorang pengawal yang tadi mengejarnya.
Jasmine melihat pohon besar, dan dia berlari menuju kesana untuk bersembunyi.
"Nyonya muda pasti ada di sekitar sini. Aku tadi melihatnya berlari ke arah sini! Ayo kita berpencar!, kita harus segera menemukannya kalau tidak, kita bisa saja di hukum oleh Tuan Muda.
Jasmine terkejut mendengar perbincangan para pengawal tadi, apa benar mereka akan dihukum jika tidak menemukannya. Seketika Jasmine merasa simpati membayangkan jika hal itu benar-benar terjadi.
Namun tiba-tiba ….
Krek
Kakinya yang tanpa alas menginjak ranting pohon hingga berdarah.
"Akhh! Jasmine meringis kesakitan.
"Itu dia! Disana, cepat!" Suara pengawal itu terdengar semakin dekat.
Jasmine merobek ujung gaunnya, dan mengikatkan pada kakinya yang berdarah.
Dia kembali berdiri dan membuang sepatunya.
"Cepat!!! Kejar!!!" Teriak pengawal yang lain.
Kemudian Jasmine berlari lagi semakin jauh hingga menemukan sebuah bangunan seperti gudang. Jasmine langsung menerobos masuk karena pintunya sedikit terbuka. Di dalam sana tampak gelap karena pencahayaannya hanya menggunakan sebuah lilin .
Brakk
Dia langsung menutup pintu dengan kedua tangannya, kemudian berdiri membelakangi pintu, dan mengatur nafasnya yang terengah-engah karena sudah cukup jauh dia berlari.
"Dimana dia? Bukankah tadi dia berlari ke arah sini?" tanya salah satu pengawal.
"Benar, aku juga tadi melihatnya ke sini," ucap pengawal yang lainnya.
Suara ribut masih terdengar sangat dekat, membuat jantung Jasmine berdetak lebih cepat. Tidak lama, suara itu menghilang, dan Jasmine pun menghela nafas lega. Tiba-tiba ….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
M Fikri
👍ibu yg hebat
2024-07-04
0
Rita
hmmmmmm
2024-06-16
0
sri afrilinda
Sungguh bijaksana engkau wahai ibu...🥲
2024-06-15
0