"Mmmmm," seseorang membekap mulut Maxime. Dia adalah salah satu dari dua orang yang sedari tadi mengikuti di belakang Maxime. Dia membekap Maxime dengan sapu tangan yang sudah ada obat biusnya.
Tidak lama setelah itu, Maxime tidak sadarkan diri, mereka pun dengan segera memasukkan Maxime ke dalam mobilnya.
Mereka kemudian menelepon seseorang ,
"Dia sudah bersama kami, Tuan. Sekarang kemana kami harus membawanya?
( "Bagus, aku akan mengirimkan alamatnya, kalian bawa dia kesana" )
" Baik, Tuan"
(" Jangan sampai dia kabur sebelum aku menyelesaikan urusanku" )
" Baik "
Setelah itu panggilan telepon pun berakhir. Begitu mendapatkan pesan singkat, kemudian mereka pun langsung membawa Maxime menuju ke tempat yang dikirimkan seseorang itu lewat pesan singkat tadi. Begitu sampai alamat tujuannya, mereka pun turun, sebuah kamar Apartemen mewah menjadi pilihan tempat untuk menyekap. Benar-benar menakjubkan. Apa karena mereka ini anak dari orang Nomor satu William Anderson?
.
.
.
Di balik jendela sebuah kamar, tampak sang surya kembali ke peraduannya setelah seharian ini menjalankan tugasnya, senja kini menjelma, malam pun akhirnya menyapa. Olivia Jasmine berjalan mondar-mandir terlihat gelisah, pikirannya benar-benar kalut dan kacau. Jasmine merasa takut, jika memikirkan apa yang akan terjadi dengan malamnya mengingat ciuman suaminya kemarin sore. Bagaimana jika suaminya Tuan Muda Stevano, malam ini akan mendatanginya dan meminta sesuatu hal yang bahkan Jasmine tidak bisa bayangkan. Bagaimana jika suaminya meminta haknya malam ini? Lantas Jasmine harus bagaimana?" Pikir Jasmine dalam hati.
"Nyonya," panggil Bunga membuyarkan lamunan Jasmine.
"Ya ampun kau membuatku terkejut Bunga, Jasmine menatap sekelilingnya , ternyata tidak hanya Bunga di kamarnya, melainkan ada beberapa pelayan lainnya .
"Maaf Nyonya, dari tadi saya memanggil Anda berkali-kali tapi Anda tidak mendengarnya, karena sepertinya Anda sedang melamun. Apa ada yang Anda pikirkan Nyonya?"
"Tidak ada," jawab Jasmine yang tidak ingin pelayan pribadinya tahu jika dia memang sedang memikirkan sesuatu. Ada apa? cepat katakan!" ucap Jasmine kembali setelah menjawab pertanyaan Bunga tadi.
Bunga tersenyum dan menyerahkan bungkusan mewah kepada Jasmine sambil berkata "Bukalah Nyonya, ini kado istimewa yang diberikan Tuan Muda untuk Nyonya sebagai hadiah pernikahan."
Dengan sedikit ragu Jasmine menerima kado itu, kemudian dia membuka kadonya, dan seketika matanya membelalak lebar setelah melihat apa yang ada di tangannya sekarang.
"Apa ini? apakah gaun tidur? kenapa tipis sekali? Ini benar-benar tidak layak di pakai," protes Jasmine sambil membentangkan gaun itu lebar.
Tangannya bergetar memegang baju yang tadi dia bentangkan yang sedari tadi masih ada di tangannya, gaun berwarna putih panjang yang sangat tipis, lebih tepatnya transparan. Bahkan dilihat saja, pakaian dalamnya pasti dipastikan dapat dilihat dengan jelas. Jasmine bergidik melihat gaun itu, sepertinya dia mulai mengerti dengan keadaan ini. Aku tidak mau, bawa keluar semuanya!" Tolak Jasmine melemparkan gaun itu ke atas ranjangnya.
Bunga memberi kode kepada pelayan lainnya agar segera keluar. Para pelayan pun mengerti akan isyarat dari Bunga, dan tanpa kata mereka semua segera berlalu pergi meninggalkan Bunga dan Nyonya Mudanya hanya berdua.
Bunga menarik nafas dalam kemudian mengambil gaun mahal yang Jasmine lemparkan tadi, Bunga kemudian mendekat dan duduk di samping Nyonya Muda.
"Nyonya pakailah, setidaknya Anda harus menghargai apa yang telah Tuan Muda berikan. Dan setelah itu tunggulah disini, mungkin Tuan Muda sebentar lagi akan datang," kata Bunga menggenggam tangan Jasmine.
Jasmine mendekati Bunga dan berbisik "Apa kau punya cara agar Tuan Muda tidak datang kesini?"
"Apa?" secara spontan Bunga menjawab, dia begitu terkejut akan apa yang tadi di tanyakan Nyonya Mudanya.
"Nyonya, Tuan Muda adalah suami Anda, Anda tidak boleh berkata seperti itu. Bukankah sudah kewajiban Anda sebagai istrinya untuk melayani suaminya. Jadi mohon Nyonya mengerti, tunggulah dan layani beliau, layaknya seorang istri kepada suaminya," jawab Bunga kemudian.
Jasmine tidak menyangka jika Bunga akan menjawabnya seperti itu, terlihat jelas jika dia lebih mendukung Stevano ketimbang dirinya.
Kamar mewah itu dalam sesaat membuat Jasmine merinding ketakutan. Dia menatap ke sekeliling dan melirik pada jam dinding yang kini menunjukkan pukul 9 malam . Jantung Jasmine rasanya berdebar semakin kencang. Apalagi saat tiba-tiba terdengar pintu kamarnya di ketuk dari luar.
Tok
Tok
"Apa itu Tuan Muda?" Tanya nya kepada Bunga.
Jasmine menarik nafas panjang mencoba bersikap santai, tapi nyatanya tidak mudah.
"Bunga? Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?"
"Maaf Nyonya saya tidak tahu, tapi mungkin saja itu memang Tuan Muda, saya buka pintunya dulu," pamit Bunga.
Ketika Bunga akan melangkah, Jasmine memanggilnya hingga dia pun menghentikan langkahnya.
"Bunga, tunggu!"
"Ada apa lagi, Nyonya? Takutnya Tuan Muda akan marah jika menunggu terlalu lama." Belum lagi Jasmine berucap pintu kembali di ketuk,
Tok
Tok
Tok
"Nyonya, ini saya Bibi Lu," terdengar suara Bibi Lu di balik pintu yang diketuk
Suara Bibi Lu yang sekarang ini terdengar menakutkan di telinga Jasmine. Dengan setengah hati Jasmine menjawab, "Ya Bi masuklah!" ucap Jasmine mempersilahkan.
Bibi Lu akhirnya masuk ke kamar Jasmine setelah di persilahkan. Namun kali ini Bibi Lu datang dengan penuh penghormatan, seperti saat pertama kali menyambut kedatangan Jasmine. Jasmine yang melihat itu pun merasa heran.
"A ..ada apa? Tanya Jasmine gugup karena mencurigai sesuatu, perasaannya benar-benar tidak enak.
"Nyonya, Tuan Muda meminta Anda untuk ke kamarnya. Beliau tidak mengizinkan siapapun, bahkan tidak ingin di sentuh siapapun untuk membuka dan mengganti pakaiannya. Tuan Muda ingin Anda yang melakukannya," ucap Bibi Lu dengan penuh hormat.
Jasmine terdiam, susah payah dia menelan salivanya mendengar apa yang diucapkan Bibi Lu baru saja.
"Maaf Bi, bukannya selama ini Tuan Muda melakukannya sendiri, lalu kenapa sekarang…
"Benar Nyonya, selama ini Tuan Muda memang selalu menolak, dan lebih suka melakukannya sendiri, tanpa bantuan orang lain. Tapi entah kenapa sekarang Tuan Muda ingin Anda yang melakukannya, dan beliau mengutus saya untuk menyampaikan hal ini pada Nyonya" potong Bibi Lu.
"A...Aku tidak bisa, dan aku tidak mau Bi," Jasmine menolak perintah dengan menggeleng-gelengkan kepalanya cepat.
Bibi Lu kemudian menjatuhkan dirinya di atas lantai, bersimpuh dan bahkan memohon kepada Jasmine, "Tolong Nyonya, jangan membuatnya marah dengan menolak perintah beliau, Bukankah Anda juga sudah melihatnya sendiri bagaimana ketika Tuan Muda sedang marah. Setidaknya kasihanilah kami, Nyonya. Kami, para pengawal dan pelayan lah yang akan terkena imbasnya. Jadi saya mohon Nyonya ikutlah dengan saya ke kamar Tuan Muda."
Merasa tidak tega, akhirnya Jasmine terpaksa menjawab, "Baiklah aku akan ke sana sekarang Bi. Kemudian Jasmine menangis dalam hati, "Aku tidak tega tapi kalian yang tega padaku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
terima saja jasmine kan dia suami mu
2022-12-16
1
Siti Fatimah
suka sekali karakter mya jasmim. 😂😂😂😂😂😂
2022-12-14
0
Zoana
aduh aku suka banget nih yang ceritanya ginian
suka banget
hebat Thor
2022-05-27
0