Awalnya Stevano kecil memberontak di pelukan Liliana, tapi setelah mendengar kata demi kata dari ucapan wanita yang memeluknya itu, Stevano melemah, dia tidak lagi memberontak, dan dia mulai menangis lagi, bahkan meraung dengan begitu kencangnya, terdengar pilu dan sangat menyayat hati setiap orang yang mendengarnya.
Liliana terus menepuk-nepuk punggung Stevano pelan. Tak berselang lama tangis Stevano meredah dan hanya masih terdengar sedikit isakan.
Setelah Stevano mulai merasa tenang, Liliana mengendurkan pelukannya, dan menatap wajah Stevano yang dipenuhi air mata, kemudian mengusap nya dengan tangan.
"Apa sekarang sudah merasa lebih baik? Tanya Liliana kemudian.
Stevano hanya mengangguk mengiyakan.
"Ayo Bibi antar ke kamarmu! Liliana kemudian berdiri, dan membantu Stevano untuk duduk di kursi rodanya. Salah satu perawat mendekat, dan menawarkan diri "Biar kami saja Nyonya."
Dengan tegas Stevano menolak perawat itu , "Tidak mau, aku mau sama Bibi."
"Tapi Tuan Muda….
Liliana kemudian memberi isyarat kepada perawat untuk membiarkan dirinya yang membawa Stevano. Liliana mendorong kursi roda Stevano menuju kamarnya.
Setelah sampai di kamar rawat Stevano, begitu masuk ke dalam, Liliana tidak menemukan siapapun. Dia memutar tubuhnya dan kemudian duduk di depan Stevano yang masih berada di kursi roda. Dia mengelus lembut rambut Stevano. Sedangkan Stevano hanya diam saja. Satu yang dirasakannya begitu nyaman, layaknya mendapat sentuhan dari ibunya yang sudah lama tidak dia dapatkan.
Dengan suaranya yang begitu lembut, Liliana berucap, "Siapa namamu sayang?" Stevano tidak menjawab.
Kemudian Liliana bertanya lagi "Apa tidak ada yang menemanimu di sini?" lagi dan lagi Stevano tidak menjawab. Liliana menghela nafas berat menghadapi anak yang baru ditemuinya ini, dia benar-benar anak yang tertutup. Mengingat perkataan orang-orang tadi akhirnya Liliana berkata "Setidaknya jika memang orang tuamu sedang berduka karena kepergian adikmu harusnya mereka tetap memperhatikan anak yang lainnya, bukan menelantarkanmu dan membiarkanmu sendiri disini, paling tidak mereka bisa menyuruh orang untuk menjagamu, kedua orang tuamu merupakan orang kaya di negeri ini, tidak sulit bukan hanya untuk membayar satu saja perawat, bagaimanapun kamu masih kecil, kamu tidak bisa mengurus semuanya sendiri, apalagi melihat kondisimu yang seperti ini. Benar-benar orang tua yang tidak bertanggung jawab!
"Bibi tidak mengenal orang tuaku! Bibi tidak boleh menjelek-jelekan orang tuaku! Mereka sayang padaku dan mereka juga memperhatikanku, mereka juga orang yang bertanggung jawab, tidak seperti yang Bibi katakan! Dengan marah Stevano menjawab ucapan Liliana.
"Kenapa dari tadi Bibi bertanya kamu hanya diam saja, tapi sekarang disaat bibi berbicara tentang orang tuamu, dengan berapi-api kamu menjawab pertanyaan Bibi. Maafkan bibi , bibi hanya ingin mendengarmu berbicara , dan Bibi berhasil bukan! Kamu benar-benar anak yang baik, orang tuamu akan bangga memiliki anak seperti mu. Dan semoga orang tuamu segera menyadari anak baik seperti mu sayang, lanjut Liliana dalam hati.
"Vano juga berharap seperti itu Bibi, jawab Vano dalam hati.
Sekarang jawab pertanyaan Bibi "Siapa namamu? dan apa kamu sendirian di sini?
"Namaku Stevano, Bibi bisa memanggilku Vano, Vano tidak sendiri, Vano ditemani Bibi Lu, tapi Bibi Lu ada urusan, dan akan kembali lagi nanti.
"Maukah kau ikut dengan Bibi menemui seseorang?"
Vano hanya diam saja. Melihat itu pun, Liliana berdiri dan mengatakan "Ya sudah kalau tidak mau, Bibi pergi dulu, kamu istirahat, nanti bibi panggilkan perawat untuk membantumu sekaligus memasang infus yang tadi kamu lepaskan."
Begitu sampai ke pintu dan hendak membukanya terdengar suara Stevano memanggilnya, "Bibi!"
Liliana pun menoleh dan tersenyum, ya walaupun Stevano tidak bisa melihat senyumnya itu.
"Vano mau, Vano ingin ikut dengan Bibi, tapi Vano takut orang itu yang tidak mau bertemu Vano," lanjutnya setelah cukup lama terdiam.
"Dia pasti senang bertemu denganmu"
"Benarkah Bi?"
"Tentu saja! Ayo kita ke kamarnya!"
Sesampainya di sebuah kamar rawat bayi, mereka masuk. Perawat yang menjaga bayi itu langsung menoleh ketika terdengar suara pintu yang terbuka.
"Vano tunggu disini sebentar ya?"
"Iya Bi"
"Nyonya sudah kembali? Setelah kenyang putri Anda langsung tertidur," beritahu perawat tadi.
"Apa waktu tadi kutinggalkan dia rewel?"
"Tidak sama sekali Nyonya, sepertinya jika nanti dia sudah besar akan menjadi anak yang kuat dan tangguh."
"Tentu saja, dia akan seperti ibunya," jawab Liliana sambil tersenyum dan mengelus pipi bulat putrinya. Kemudian melihat ke arah Vano dan mendekat.
"Vano lukanya diobati dulu ya? Biar perawat yang membantu"
"Tidak mau Bibi, Vano takut,"
"Tidak apa-apa, sakitnya hanya sebentar, bukankah kau ingin menjadi kuat dan tangguh? Jadi kau tidak boleh takut, Ok!!"
"Tolong bantu obati ya sus! sepertinya tadi Vano melepas paksa infusnya, Ucap Liliana sambil melihat luka pada punggung tangan Stevano.
"Baik Nyonya."
Kemudian perawat itu mengobati luka Stevano dan setelah selesai dia pun segera meninggalkan tempat.
"Bibi, apa orang yang akan bertemu Vano juga dirawat disini?
"Iya Nak, tapi sepertinya dia masih tertidur pulas."
Baru saja Liliana mengatakan itu tiba-tiba…
"oek , oek ,oek… Terdengar suara tangis bayi menggema di ruangan itu.
"Wah putri cantik Ibu terbangun ternyata!
Apa putri ibu tahu jika ada kakak tampan yang datang", ucap nya sambil mengangkat bayi itu.
"Ayo kita temui kakak tampan" kemudian Liliana menggendong putrinya ke arah sofa dekat dengan kursi roda yang diduduki Vano.
Setelah duduk dan memangku bayi mungil itu, lalu menepuk - nepuk pelan sampai bayinya tenang. Liliana meraih tangan Stevano kecil yang tadi sudah dibersihkan dan diobati. Dengan lembut Liliana berkata "Coba Vano pegang tangan ini, bayi ini juga kehilangan cahayanya, bayi ini kehilangan orang yang menyayanginya, dan kini dia sakit, Jadi Vano jangan merasa kalau Vano hanya sendirian," Liliana menatap bayinya dengan pandangan sendu.
Bayi mungil itu kemudian menggenggam tangan Vano erat. Vano tersenyum untuk pertama kalinya. "Bibi, lihatlah dia menggenggam tangan Vano," ucapnya dengan semangat, kemudian dia berkata lagi, "Tangannya kecil sekali Bibi."
"Berarti putri Bibi senang bertemu dengan Vano," ucapnya dengan tersenyum. Sebenarnya Liliana merasa aneh dan berkata dalam hati, "Bukankah jika dia putra pertama keluarga Anderson, berarti dia mempunyai dua adik. Kenapa dia seperti baru pertama kalinya melihat bayi? ah sudahlah, itu tidak penting."
"Tangannya lembut sekali Bi, apa dia cantik? Sayangnya, Vano tidak bisa melihatnya," ucapnya lirih.
"Tentu saja, putri Bibi cantik. Coba Vano pejamkan mata, walaupun Vano tidak bisa melihat tapi Vano bisa merasakannya."
Vano pun kemudian mengikuti apa yang dikatakan Liliana.
"Apa yang bisa Vano lihat setelah memejamkan mata?"
"Vano melihat seperti ada cahaya Bi," jawabnya tersenyum.
Kemudian tangan bayi mungil yang satunya terbebas pun kemudian memegang pipi Vano. Vano merasakan sentuhan yang lembut selain sentuhan ibunya. Lalu tangan kecil itu di tangkap Vano segera masih dengan memejamkan matanya. Vano ikut menyentuh tangan kecil itu yang masih berada di pipinya.
Pelan-pelan Vano membuka matanya, dia terus mengerjapkan matanya tak percaya. "Bibi!" Panggilnya, kemudian dia meneteskan air matanya kembali.
"Vano kenapa menangis, apa ada yang sakit?" Tanya Liliana khawatir.
Dengan posisi yang sama masih dengan menggenggam tangan mungil itu vano berkata masih dengan air mata yang menetes di kedua pipinya dan senyum yang kini tercetak jelas di bibirnya. "Bibi, Vano bisa melihat Bi, Vano melihat putri bibi, Vano melihat bayi cantik ini, Vano juga melihat bibi." Vano dengan perasaan yang teramat bahagia menciumi seluruh wajah bayi mungil itu.
Flasback off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Anna Susiana
hiks.. hiks.. kenapa vano gak didampingi orang tuanya, kaya bukan anak kandung sendiri terasa anak buangan saja
2022-04-08
4
Salma Cheng
bener" ajaib ....bayi ajaib donk
2022-04-07
1
ponakan bang Tigor
aaa😭😭😭 Vano sayang ortu, tapi ortunya ngga perhatian ke Vano 😭😭😭 ternyata Vano dan Jasmine udah dekat sedari kecil ya
2022-04-06
1