Seorang pria tampan dengan kulitnya yang putih, serta hidung yang mancung mengenakan setelan jas berwarna hitam duduk di kursi kebesarannya. Tampak dia sedang berbicara dengan asistennya pribadinya.
"Bagaimana situasinya kemarin setelah aku melarikan diri?"
"Pernikahan tidak dibatalkan, Tuan. Dan tetap dilaksanakan."
"Jadi maksudmu pernikahannya hanya ditunda?"
"Tidak juga Tuan,"
"Apa maksudmu Jack? katakan dengan jelas!" ucapnya sedikit membentak sang asisten.
"Maksud saya pernikahan tetap dilaksanakan sesuai rencana awal, hanya saja…."
"Hanya saja apa? Cepat katakan kenapa kau sangat bertele-tele menjawabnya."
"Tuan Muda Stevano yang jadi mempelai prianya. Beliau yang menggantikan Anda untuk menikah."
"Jadi maksudmu Kak Vano menggantikanku menikah?"
"Benar Tuan, dan itu semua atas permintaan Nyonya Besar."
"Jadi Mami yang meminta Kak Vano menggantikanku?" ucap Maxime tersenyum. "Mami memang bisa diandalkan," batin Maxime berbicara.
"Benar Tuan."
"Terus bagaimana dengan mempelai wanita, apakah dia mau menikah dengan Kak Vano?"
"Gadis itu bersedia Tuan, walaupun terlihat kalau dia terpaksa menikah."
"Baiklah, aku akan segera kembali ke tanah air. Persiapkan semuanya!" perintah Maxime tegas.
"Baik Tuan, Jika tidak ada yang lain lagi, saya pamit undur diri,"
"Hmm, pergilah!"
Kemudian Asisten Maxime yang bernama Jack pun pergi dari ruangan bosnya, setelah mendapat persetujuan.
Ya, pria tampan itu adalah putra kedua Anderson, Maxime Anderson . Dia meminta asisten nya mencari tahu tentang kabar pernikahan setelah dia melarikan diri. Dia mengira jika dia kabur, pernikahan akan dibatalkan, tapi tidak menyangka jika pernikahan itu tetap berjalan sesuai rencana awal meski harus mengganti sang mempelai pria. Dan pada akhirnya kakaknya, Stevano yang kini menggantikannya.
"Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui" ucapnya tersenyum. Niat Max melarikan diri untuk menghindari pernikahan tidak sia-sia akhirnya, dan kabar baiknya, kakaknya Stevano Anderson akhirnya melepas masa lajangnya di usia 30 tahun, keinginannya untuk melihat sang kakak menikah akhirnya juga bisa terlaksana. Ya walaupun menggantikan posisinya, itu tidak masalah bagi Max. Karena dirinya memang tidak menginginkan pernikahan ini. Selain karena dia tidak menyukai gadis yang dijodohkannya, dia juga ingin mengembangkan kariernya dulu. Dia hanya berharap gadis yang menjadi istri kakaknya sekarang, bisa menerima segala kekurangan yang dimiliki seorang Stevano Anderson. Max berharap kakaknya bisa bahagia terlepas dari rasa bersalah yang terus menghantuinya.
.
.
.
Setelah mendengar keributan di pagi hari, hingga sore hari pun Jasmine merasa tidak bisa tenang, pikirannya semakin kalut dan benar-benar frustasi, dia mengacak rambutnya hingga kusut.
"Nyonya apa yang Anda pikirkan? Apa ini tentang Tuan Muda?, atau kejadian yang tadi pagi terjadi di rumah ini?" tanya Bunga memberanikan diri, kemudian melangkah mendekat dan duduk tepat di ranjang samping Jasmine sambil terus melihat apa yang dilakukan Nyonya Muda nya itu.
"Aku tidak bisa diam seperti ini terus, aku akan hidup tertekan dan lama-kelamaan aku bisa gila," kata Jasmine frustasi, kemudian kembali terdiam setelah mengucapkan kata tadi, dia tampak berfikir dan kemudian berkata kepada pelayan pribadinya itu, "Bunga, Aku ingin berjalan-jalan di sekitar rumah ini, aku ingin sedikit menenangkan pikiran dengan berjalan-jalan, agar sedikit bisa melupakan sekaligus mengalihkan rasa takut yang aku rasakan dari kejadian demi kejadian yang telah suamiku lakukan tadi pagi."
Bunga tersenyum mendengar permintaan Nyonya Mudanya itu, dengan senang hati dia berkata "Tentu saja Nyonya, saya akan menemani Anda berkeliling rumah ini untuk sekedar menenangkan diri karena kejadian yang bisa membuat kita senam jantung yang baru Nyonya rasakan saat di rumah ini," kata Bunga menyetujui permintaan Jasmine.
.
.
.
Beberapa pelayan mengikuti Jasmine yang hendak jalan-jalan mengitari kediaman suaminya. Bunga adalah salah satu dari mereka yang ikut mendampinginya.
Jasmine sebenarnya merasa tidak nyaman diikuti banyak orang, niatnya yang ingin menenangkan diri rasanya sia-sia sudah. Bagaimana bisa menenangkan diri jika mereka pergi ramai-ramai seperti ini. "Sudah benar-benar seperti ratu dalam drama kolosal saja, yang kemana-mana harus diikuti dan diawasi oleh pelayannya," kesal Jasmine dalam hati.
"Bunga apa disini benar-benar tidak bisa menggunakan ponsel sama sekali? Atau mungkin kamu tahu tempat dimana bisa menggunakan ponsel? " Tanya Jasmine berbisik di telinga Bunga, agar pelayan yang lain tidak mendengar apa yang dia katakan.
"Ini di tengah hutan Nyonya, bagaimana memakai ponsel jika sinyal pun tidak ada, dan setahuku tidak ada tempat yang Anda maksud Nyonya." kata Bunga menjelaskan.
Jasmine menarik nafas berat. "Bahkan di tempat yang lebih tinggi sekalipun?" Tanya Jasmine lagi. Dan hanya mendapat anggukan dari Bunga.
"Benar-benar tempat yang mengerikan, bagaimana orang bisa hidup tanpa ponsel, bukankah apa-apa sekarang di mudahkan dengan menggunakan ponsel," kata Jasmine yang tidak bisa membayangkan kehidupan kedepannya nanti, tanpa benda persegi panjang yang sudah biasa digunakannya untuk melakukan apapun.
Jasmine menghentikan langkahnya ketika dari kejauhan melihat seseorang yang membuat hari-harinya benar-benar terasa mengerikan.
Di tanah luas dan lebar yang banyak ditumbuhi rerumputan, sebuah tempat yang tampak seperti lapangan. Pria itu berdiri dan terlihat memojokkan seorang pria paruh baya di pohon yang besar. Tapi bukan itu yang Jasmine fokuskan, melainkan tangan kanan suaminya yang berada di leher pria paruh baya itu mencengkeramnya erat.
Jasmine kemudian segera berlari mendekat ke arah mereka saat ini, meninggalkan para pelayan yang mengikutinya sedari tadi.
"Nyonya,"
.
.
.
"Nyonya, Anda tidak boleh ke sana!"
.
.
.
Trap
Trap
Trap
"Ya ampun!, Nyonya tolong berhenti!" Teriak para pelayan yang tadi bersama Jasmine, tapi Jasmine terus berlari mengabaikan para pelayan yang memanggil dan melarangnya. Yang dia pedulikan saat ini adalah nyawa pria paruh baya itu, memikirkan apa yang terjadi jika sampai dia terlambat menolongnya."
"Apa yang dia lakukan sampai diperlakukan seperti itu," Tanya Jasmine dalam hati.
Dan setelah posisinya sudah tidak jauh lagi, dia pun dengan lantang berteriak," Tuan Muda apa yang Anda lakukan? Cepat lepaskan!"
Tapi Stevano seakan tak mendengar ucapan sang istri. Dia terus mencekik pria paruh baya itu.
Dengan seluruh keberanian yang dia miliki, sedikit berjinjit Jasmine menyentuh punggung tangan suaminya yang masih mencekik pria paruh baya tadi "Lepaskan, Anda tidak boleh seperti ini! Anda bisa membunuhnya, Tuan!"
Semua pengawal dan pelayan yang ada di situ dibuat tercengang atas apa yang dilakukan Nyonya Mudanya itu. Selama mereka bekerja di tempat ini tidak ada yang berani melakukan apa yang Nyonya Mudanya itu lakukan seperti saat ini.
"Habislah kita semua, Nyonya Muda terlalu berani," ucap para pelayan dalam hatinya masing-masing.
Stevano melirik pada tangan yang sedang dipegang sang istri dengan sangat erat.
Kemudian Stevano memutar kepalanya menatap gadis yang tingginya sedikit lebih rendah darinya itu.
Para pelayan yang melihatnya hanya bisa menelan saliva susah payah.
Cengkeraman tangan stevano pun mengendur setelah merasakan sentuhan istrinya untuk pertama kalinya, apalagi sentuhan lembut tangannya kini sudah berpindah di atas lengannya. Stevano menatap tangan sang istri yang berusaha melepaskan tangannya yang masih berada di leher pria paruh baya tadi.
"Tolong, lepaskan tangan Anda Tuan, Anda bisa membunuhnya," ucap Jasmine memohon.
"SIAPA KAU DENGAN BERANINYA MENYENTUHKU??"
DEG
DEG
DEG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Helen Nirawan
kan dah oon penakut ,sok pinter , liat laki lu takut ,tp malah bikin gara2 , ampun tobat gw
2024-04-26
0
Siti Fatimah
aku istri mu tuan muda. 😂😂😂😂😂
2022-12-14
0
safitri alfionita
seruuuu
2022-09-15
0