Readers, mohon maaf up-nya hari ini agak telat. Dikarenakan author lagi kurang mood untuk ngetiknya🤣 Tapi untuk selanjutnya, author akan berusaha membangun mood semangat itu lagi supaya bisa crazy up.
Untuk yang nungguin novel Stuck in love CEO, hari ini tidak up dulu ya. Maaf❤️🤗🙏
Jangan lupa like, komen nya ya buat author.
...***...
Gadis itu masih menangis di tengah air hujan yang mengguyur nya. Air matanya mengalir bersama air hujan yang membasahi tubuhnya.
Mendengarkan nyanyian pengamen jalanan itu membuatnya galau, menyadarkan nya akan sesuatu.
Sejak awal keputusan nya untuk bercerai itu sudah benar. Hubungan yang bermula dari sebuah transaksi, cinta sepihak menyakitkan, penantian yang mungkin tidak berujung, hanya akan memberikan luka. Hujan dan lirik lagu itu menyadarkan nya, bahwa dirinya tidak akan mengejar lagi cinta Raymond Argantara.
Aku pernah bermimpi tentang hidupku tanpa ada dirimu, dapatkah lebih indah dari yang ku jalani sampai kini, tapi nyatanya cinta ku saja tidak cukup membuat pernikahan kita bahagia. Aku pernah memimpikan indah hari tua bersama mu, aku pernah memimpikan dicintai oleh mu, tapi kamu tidak pernah membuka hatimu untukku. Sudah ku putuskan, meski ini sulit.. aku tidak akan mengejar mu lagi, aku tidak akan mengejar hal yang tidak pasti.
Tisha menikmati air hujan yang mengalir dengan deras membasahi tubuhnya, membiarkan yang mengalir itu membuatnya basah kuyup. Ia tak peduli, hari itu ia hanya ingin menumpahkan semua kesedihan nya. Di sekitarnya orang-orang melihatnya dengan pandangan aneh.
Tisha tak peduli lagi, mau disebut orang gila, atau apalah itu? ia hanya ingin bebas dari jerat cinta Raymond yang selama 2 tahun ini selalu mengikatnya. Memang bukan salah Raymond jika Tisha terlalu mencintai nya, tapi setidaknya Raymond harus punya hati untuk sekedar menjaga perasaan Tisha.
"Tisha.. kamu harus melepaskannya. Kamu harus bisa melupakan nya Tisha. Dan untuk kamu Raymond Argantara, aku tidak mengejar mu lagi.. aku tidak akan melakukan cinta yang menurutmu adalah pembodohan itu!! " Tisha tersenyum sambil memegang dadanya yang terasa sesak, lalu badannya berputar-putar menikmati air hujan.
Di dalam lubuk hatinya, Tisha merasakan kesakitan yang luar biasa. Bibirnya boleh saja tersenyum, tapi hatinya sedang meringis, menjerit kesakitan yang tiada obatnya. Bodohnya lagi, Tisha masih berharap kalau pria itu akan mengejarnya dan memberinya tempat berteduh dari air hujan yang saat ini sedang mengguyur tubuhnya.
"Bodoh, dia tidak akan mengejar mu Tisha. Aku baru ingat kalau ini masih hujan.. aku harap kamu baik-baik saja kak Ray". Tisha menatap air hujan itu.
Tubuhnya mulai gemetaran karena dinginnya air hujan, di saat seperti itu ia bingung harus bercerita pada siapa. Keluarganya sendiri bahkan meninggalkan nya tanpa kabar selama 2 tahun.
🍂🍂🍂
Ray berada di dalam rumah, ia masih dalam keadaan gusar dan bingung. Pria itu melihat hujan yang semakin deras, ada sedikit rasa cemas dihatinya untuk Tisha. Bagaimana kalau gadis itu belum mendapatkan kendaraan? bagaimana kalau gadis itu kehujanan?
"Apa peduliku? mau dia kehujanan atau tidak! dia sudah pergi dan tidak akan kembali lagi. Itu keputusan nya. Aku tidak mau memohon lagi padanya untuk tinggal disisi ku karena aku punya harga diri. Aku yang akan membuatnya memohon agar kembali pada ku" Ray meremas tangannya dengan kesal
Ray mengambil ponsel nya yang ada di dalam saku, ia baru ingat kalau ponsel Tisha ada juga di saku jas nya. Ray menyalakan ponsel Tisha, baru saja di nyalakan sudah ada yang menelpon nya.
"Siapa dia? nomor tidak dikenal?" tanya Ray sambil melihat nomor asing di ponsel Tisha. Ray mengangkat telpon itu, lalu terdengar lah suara pria.
"Halo Tisha? kenapa kamu tidak mengangkat telpon dariku? bagaimana bunganya? kamu suka kan? aku masih ingat loh, kalau ku suka mawar pink " oceh Zayn
Ray tidak bicara apa-apa, ia hanya mendengarkan suara pria yang mengoceh di ponsel milik Tisha. Perlahan-lahan raut wajahnya berubah, yang tadinya tenang menjadi kesal.
Tanpa menutup dulu telpon dari Zayn, Ray melempat hp milik istrinya itu ke tembok dengan keras. Alhasil, ponsel itu pun hancur lebur ke lantai.
PRaakkk!!!!
"Sialan! semua orang mengkhianati ku, ini sebabnya aku tidak percaya cinta. Di dunia ini tidak ada yang setia!" Ray tampak kesal, pikiran nya sekarang sedang bergelut dengan hati nuraninya.
Tiba-tiba saja ia teringat kecelakaan yang menimpa keluarga nya di hari ulang tahun nya, hari itu adalah saat hujan. Kedua orang tuanya, supir setia keluarga nya, meninggal dalam kecelakaan mobil saat hujan deras. Ray sangat membenci hujan, makanya ia tidak mau keluar dari rumahnya. Tubuhnya gemetar ketakutan, disisi lain ia mencemaskan Tisha.
Kemudian, Ray mengambil keputusan besar..
Pria itu mengambil kunci mobilnya dan payung, segera ia berlari masuk ke dalam mobil, lalu melajukan mobilnya untuk mencari Tisha, walau ia sedang dalam keadaan galau dan kesal. Ditambah lagi ia belum bisa melupakan ketakutan nya akan hujan.
ZRASHH-----
Hujan semakin deras dan hari pun semakin gelap..
Namun, Ray memberanikan dirinya, dengan tangan agak gemetaran ia berusaha meneguhkan hati dan pikiran nya. Mencari Tisha adalah hal yang utama saat ini, ia masih ada hati untuk tidak membiarkan Tisha di luar sana. Bahkan tanpa ponsel di tangannya, dan hal itu yang membuat Ray khawatir.
"Jangan takut Ray, hujan tidak akan membunuhmu. " gumam Ray pada dirinya sendiri, sambil memegang setir kemudi. Ray menancap gas nya. Mengemudikan mobilnya dengan pelan-pelan.
Suara ibu dan ayahnya saat kecelakaan terjadi tiba-tiba terngiang-ngiang lagi di telinganya.
Ray.. kamu harus selamat nak, Ray.. jangan menengok ke belakang..
Ray Lari!!
Ray mengigit bibirnya, napasnya mulai tidak beraturan, ia berusaha menahan ketakutan yang ada di dalam dirinya. Dengan susah payah ia sampai di perempatan jalan, ia melihat Tisha yang masih berdiri di tengah hujan. Ray memberhentikan mobilnya di samping Tisha, ia memberanikan dirinya keluar dari mobilnya dan membawa payung.
"Kamu.." mata Tisha membulat, terpana melihat pria itu berani menyetir saat hujan.
"Sudah tau sedang hujan, kenapa kamu tidak berteduh? dasar bodoh!" omel Ray pada Tisha, sambil memayungi gadis itu.
Walau sudah terlambat untuk berteduh, karena tubuh nya sudah basah kuyup. Tisha malah merasa cemas melihat wajah Ray yang pucat, tangannya sedikit gemetaran. Kenapa pria itu berani beraninya keluar saat hujan apalagi menyetir mobil? Tisha tau benar kalau Ray sangat membenci hujan, ia bahkan pernah memilih diam di rumah atau menghentikan perjalanan nya saat hujan.
"Kakak baik-baik saja? kenapa kakak keluar saat hujan? bukankah kakak benci hujan?" tanya Tisha cemas
"Kamu tidak usah cemaskan aku, cepat masuk mobil" ucap Ray dingin, namun matanya menatap cemas tubuh Tisha yang gemetar karena kedinginan. Ray melepas jas nya dan memakaikan jas nya pada tubuh Tisha.
Dia pasti melawan rasa takutnya pada hujan demi menyusul ku? tapi kenapa? bukankah dia tidak mencintaiku? tidak Tisha, dia melakukan ini bukan karena mencintai mu...ini hanya kasihan..
"Baiklah, berikan kunci mobilnya. Aku yang akan menyetir "
"Masuk saja! kamu mau tubuhmu membeku kedinginan?" tanya Ray kesal
Memangnya kedinginan ini adalah salahku? bukankah dia sendiri yang mengusirku? Es batu tidak berperasaan! kali ini aku ikut kamu karena kasihan sama kamu yang sudah memberanikan keluar rumah demi aku. Aku hanya kasihan. gerutu Tisha dalam hatinya
Mereka berdua masuk ke dalam mobil, Ray segera tancap gas menuju kembali ke rumahnya. Tisha terus menatapnya dengan bingung, apakah Ray sudah sembuh dari ketakutan nya akan hujan atau tidak?
"Ehm.. itu.. antar kan saja aku ke rumah ku" ucap Tisha
"Aku tidak bisa menyetir jauh dalam keadaan hujan seperti ini, kamu tau itu kan?"
"Tapi barang-barang ku sudah ku bawa ke rumahku"
"Barang-barang mu sudah ada di rumah"
"Apa maksudnya? aku kan sudah memindahkan nya" Tisha bingung
Ray tidak menjawab pertanyaan Tisha, setelah itu perjalanan mereka terasa hening tanpa pembicaraan yang berarti.
****
Sesampainya di rumah Ray, Tisha segera pergi pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya untuk pergi mandi dan membersihkan badannya dari air hujan yang sudah membasahi seluruh tubuhnya.
Tisha merebahkan tubuhnya di bathtub berisi air hangat dan membersihkan dirinya. Rambutnya tergerai panjang, ia juga memakai shampo untuk rambutnya itu.
Tanpa sadar, Tisha berlama-lama di kamar mandi. Tisha memikirkan hubungan antara dirinya dan Ray kedepannya, apa memang bercerai adalah yang terbaik untuk keduanya?
Tok, tok, tok
Seseorang mengetuk pintu kamar mandi Tisha, siapa lagi kalau bukan Ray. "Kamu sedang BAB ya? lama sekali. Atau kamu mati?" tanya Ray dingin seperti biasanya
"Jangan sembarangan bicara! aku baik-baik saja. Ini sudah hampir selesai" gerutu Tisha dari dalam kamar mandi.
Tisha mengambil handuknya dengan cepat, tak sengaja ia terpeleset sesuatu yang licin ada di lantai kamar mandinya.
"ACKK!!!" teriak Tisha
BRUGH
Tubuhnya jatuh ke lantai dengan posisi terduduk, gadis itu sempat berpegangan ke tiang yang ada di kamar mandi.
"Hiss.. sakit.." rintih Tisha sambil melihat lututnya yang terluka.
Ray panik mendengar suara teriakan itu, ia mengetuk pintu kamar mandi Tisha dengan keras dan cepat. " Hey, kamu baik-baik saja? buka pintunya!"
Seperti nya aku mendengar sesuatu yang terjatuh di dalam sana?
"Aku.. aku baik-baik saja.. tapi sepertinya aku tidak bisa membuka pintunya.."
"Kenapa tidak bisa dibuka? kamu yakin baik-baik saja? suaramu seperti kucing kejepit pintu begitu "
"Saat ini kakak masih bisa bercanda? dasar...es batu" kata Tisha marah
"Kamu baik-baik saja? kalau begitu keluar lah, cepat!" teriak Ray
"Sabar.."
Tisha berusaha berdiri, tapi kaki nya terasa sakit dan ia terjatuh lagi.
Seperti nya kaki ku terkilir, ini sangat sakit.
"Auchh..." Tisha merangkak menggapai pintu, ia sudah memakai handuk di tubuhnya.
"Latisha! hey kamu baik-baik saja kan?" Ray tampak panik, ia terus mengetuk pintu itu dan memanggil manggil Tisha. Tapi gadis itu tak menjawabnya.
Karena Tisha tak kunjung menjawab nya,Ray memutuskan untuk membuka pintu kamar mandi. Ia melihat istrinya jatuh terduduk dengan tubuh yang hanya ditutupi handuk tipis, yang menutupi bagian tubuh intinya saja.
"Kenapa kakak membuka pintunya tanpa izin?" tanya Tisha
"Ini karena kamu tidak menjawab pertanyaan ku! jadi aku masuk ke dalam.. " Mata Ray menatap penampilan Tisha yang tampak seksi dengan handuk yang menutupi setengah badannya itu.
Kulitnya sangat bersih, seperti nya juga terlihat mulus. Aku tidak tahu karena dia selalu menutupi tubuhnya dengan baju panjang. Kedua dada itu juga tampak .. aihhh....Sial, apa yang ku pikirkan?
Pikiran Ray mulai melayang kemana-mana melihat lekuk tubuh istri nya yang sudah dua tahun ia nikahi. Selama ini ia tak pernah melihat Tisha dalam keadaan seperti itu.
"Seharusnya kakak tidak melakukan nya, aku belum berpakaian" Tangan Tisha menutupi bagian tubuhnya yang menonjol. Ia tampak malu.
Memalukan sekali.
"Kaki mu terluka ya? aku akan memapah mu"
"Aku bisa sendiri"
Aku tidak mau baper lagi karena tingkah pria ini.
"Jangan keras kepala! berjalan saja tidak bisa kan? mau ku papah atau ku gendong? pilihlah!" ujar Ray sambil duduk berlutut di depan istrinya
"I.. itu.. dipapah saja" jawab Tisha ragu-ragu
Ray memapah istrinya itu dengan hati-hati, entah kenapa matanya mengarah pada bagian depan Tisha yang tampak menyembul. Wajahnya memerah saat melihatnya, apa yang terjadi dengan nya?
Apa yang kamu lihat Ray? apa kamu sudah gila?. batin Ray kesal
Dengan cepat dan hati-hati, Ray berhasil mengantarkan istrinya sampai ke ranjang. Namun godaan untuk Ray belum cukup sampai disitu, ia juga harus mengobati luka di lutut Tisha yang terluka.
"Kak, biar aku saja. Aku bisa sendiri"
Kenapa wajahnya memerah?apa dia demam? apa karena dia menyetir saat hujan?. Tisha mencemaskan pria yang sedang mengobati lututnya dengan obat merah itu
"Diam lah! aku tidak bisa fokus karena mu" ucap Ray sambil mengoleskan obat merah di lutut Tisha, kemudian ia mengambil perban dalam kotak p3k miliknya.
Sungguh benar-benar siksaan, melihatnya dengan kondisi seperti ini. Dia sangat cantik, aku tidak bisa jika tidak menatapnya.
Setelah selesai mengobati luka luar yang ada di lutut Tisha, Ray menyuruh gadis itu agar segera berpakaian lengkap. Sebenarnya Ray tidak tahan dengan melihat istrinya yang tampak seksi.
Setelah berganti baju, Ray kembali masuk ke kamar Tisha bersama seorang pria berjas putih ,membawa stetoskop di lehernya dan membawa tas jinjing berwarna hitam.
"Loh, kenapa dokter Harun ada disini?" tanya Tisha yang mengenali dokter Harun sebagai dokter pribadi keluarga Argantara.
Pria berusia 40 tahunan itu tersenyum ramah pada Tisha.
"Apa kabar Bu Tisha? lama tidak bertemu ya, saya datang kesini atas permintaan pak Presdir" ucap pak Harun dengan senyum profesional nya
"Aku tidak bisa mengobati luka dalam, kamu kan terkilir. Jadi ku pikir kamu butuh dokter " ucap Ray dengan wajah yang datar. " Pak Harun, tolong periksa kakinya yang terluka. Aku akan turun kebawah dan membuat teh"
Membuat teh? aku tidak salah dengar kan? Kak Ray mau buat teh?
Ray meninggalkan Harun dan Tisha dengan pintu kamar yang terbuka. Harun dengan sigap langsung memeriksa kaki kiri Tisha yang terkilir lalu sedikit memijatnya.
"Maaf dokter Harun, dokter harus kesini malam-malam hanya untuk mengobati kaki saya"
"Ini sudah tugas saya. Sebenernya saya merasa sedikit terkejut karena mendapat telpon dari Presdir secara tiba-tiba" ucap pak Harun sambil memberikan perban di kaki kiri Tisha yang terkilir.
"Maaf, dokter Harun sudah merepotkan anda"
Apa yang kak Ray lakukan? kenapa dia menghubungi dokter Harun malam-malam begini disaat hujan? kasihan dia sudah mulai tua dan dokter Harun kan itu dokter pribadi kakek.
"Tidak apa-apa, jangan merasa tidak enak. Saya malah senang karena pak Presdir, memiliki Bu Tisha disampingnya." jelas dokter Harun
Aku tidak pernah melihat Presdir begitu cemas pada seorang wanita, seperti nya rumor tentang pak Presdir yang tidak mencintai istrinya itu tidak benar. Nyatanya pak presdir sangat memperhatikan istrinya, sampai menelpon ku, malam-malam begini untuk memeriksa istrinya yang terjatuh, saat itu dia terdengar panik.
"Eh? apa maksud dokter?" tanya Tisha tak mengerti
"Tolong temani pak Presdir, walaupun sikapnya dingin, tapi dia bukan anak yang sombong dan arogan. Dia memiliki hati yang baik, hanya saja dia butuh kasih sayang dan perhatian dari orang di sekitar nya..hatinya sebenarnya sangat kesepian. Dulu pak Presdir tidak seperti ini sikapnya.. " jelas dokter Harun dengan nada yang sedih.
Dokter Harun pun menceritakan sesuatu tentang Ray pada Tisha yang belum Tisha ketahui...
Secara garis besar, Dokter Harun yang sudah sejak lama bekerja pada keluarga Argantara. Mengetahui sifat Raymond dari kecil. Raymond kecil adalah anak yang ceria sebelum orang tuanya meninggal dunia. Dokter Harun bahkan pernah memeriksa mental Ray yang sempat terganggu karena kecelakaan orang tuanya.
Ray sangat menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi pada orang tuanya. Setiap hari ulang tahunnya, ia merasa sedih dan tidak mau merayakan nya lagi. Jika ada yang mengingatkan nya tentang hari ulang tahun, Ray selalu marah. Sikap Ray yang ceria perlahan mulai menghilang, ia berubah menjadi anak yang dingin yang memiliki hati tertutup.
Tisha sedih mengetahui masa lalu suaminya yang selalu ditutupi oleh Ray darinya. Tisha sadar, bahwa ternyata selama ini ia tidak cukup tau tentang Ray. Dia hanya tau kalau Ray memiliki trauma pada hujan, dan trauma akan cintanya pada Zee.
Lukamu tidak sesederhana itu kak Ray. Tapi bagaimana bisa aku membuka hatimu? selama dua tahun hidup bersamamu saja, aku tidak bisa melakukan nya.
****
Setelah selesai mengobati luka Tisha dan menjelaskan kepada Tisha pada pasangan suami istri itu. Pak Harun pamit pulang pada Tisha dan Ray, karena hari itu sudah malam.
"Kamu dengar kan? apa kata dokter Harun, kaki mu yang terkilir tidak akan sembuh dengan cepat kalau kamu tidak beristirahat. "
"Pekerjaan ku di kantor cukup banyak, aku tidak bisa beristirahat apalagi cuti" gumam Tisha memikirkan pekerjaan menumpuk yang diberikan oleh Ray.
"Ada Gerry yang bisa melakukan nya, kamu beristirahat saja. Sementara untuk memulihkan kakimu, tinggallah disini" ucap Ray
"Tolong jangan seperti ini lagi, jangan bersikap seperti ini lagi padaku. Aku tidak mau berharap lagi padamu kak" ucap Tisha sedih
"Tenang saja, aku tidak akan melarang mu lagi jika kamu memang ingin pergi dariku. Aku tidak akan memohon padamu lagi, harga diriku tidak sebanyak itu. "
"Apa maksud kakak?" tanya Tisha
" Fine, ayo kita lakukan. Bercerai" jawab Ray dengan memasang wajah terluka.
Tisha tercengang mendengar nya, kepalanya menengadah melihat ke arah suaminya.
...---***---...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments
Junita Junita
tingalin aja dulu si es batu nya mana tau stlah di tigalin mencair dengan sndri nya😊
2022-08-01
0
Yulianst
aku kira baca di part ini lirik lagu starla thor
2022-06-20
1
Lovely
Hal ini yg sulit meleraikan pertengkaran, juga meluruskan slh paham "Egois n Trtutup" 😵😏
Bukannya membaik, malah akan timbul penyesalan 😩😥😫
2022-05-27
1