Sepanjang perjalanan, Tisha terus diam dengan wajah cemberutnya.
Gadis itu seperti nya masih tidak rela dengan baju harga puluhan juta yang dibakar begitu saja oleh Ray. Bibir merahnya terus mengerucut, dahinya berkerut, dan mata nya memicingkan kekesalan. Ia terus memaki dirinya dalam hati, dan memaki Ray suaminya. Seolah hal berharga telah direnggut darinya.
Itu kan gaun pertama yang diberikannya padaku.. harganya juga puluhan juta, apa dia sudah gila? sekarang aku tidak punya baju yang diberikan olehnya lagi.
Sesekali Tisha melirik tajam ke arah suaminya yang sedang menyetir di sebelahnya. Saat Ray memandangi nya, Tisha memalingkan wajahnya.
"Hei, kamu kenapa sih?" tanya Ray yang ingin mengakhiri perang dingin itu
"Hmph, gak kenapa-napa" jawab nya malas
"Haah.. apa kamu marah karena gaun yang ku bakar? harga nya hanya puluhan juta, aku bisa membelikan untukmu yang lebih banyak dan lebih mahal dari itu. Kamu jangan marah lagi" jelas Ray mencoba menjadi pengertian
"Hanya? hanya puluhan juta, kakak bilang?" tanya Tisha makin kesal dengan penjelasan Ray yang santai, seolah harga puluhan juta itu hanyalah recehan baginya.
"Jadi benar? kamu marah karena harganya?" tanya Ray
"Alasan pertama, ya benar karena itu. Dan yang kedua, itu adalah gaun pertama yang kakak berikan untukku.. mana bisa kakak membakarnya seperti itu?" tanya Tisha sedih dan kesal
Kapan aku memberikan gaun seperti itu padanya?
"Aku akan belikan gaun yang lebih bagus, jangan marah lagi. Sudahlah, gaunnya juga sudah jadi abu kan?" tanya Ray kesal
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di sebuah hotel mewah. Tisha dan Ray turun dari mobil, lalu masuk ke dalam hotel itu. Terlihat beberapa orang
Mau apa kak Ray mengajakku kencan di hotel? apa jangan-jangan dia.. mata gadis itu membulat, tangannya melindungi tubuhnya.
Saat sampai di depan lift, Tisha enggan untuk masuk.
"Hey, ayo masuk! kenapa juga kamu menutupi tubuhmu seperti itu?" tanya Ray dengan sedikit senyum di wajahnya, melihat tingkah istrinya
"Mau apa kita ke hotel? Kenapa kakak mengajakku ke hotel??!" tanya Tisha setengah berteriak. Tisha terlihat waspada.
Orang-orang yang akan naik lift disana, langsung melihat ke arah Ray dan Tisha begitu suara Tisha terdengar aneh di telinga mereka. Mereka menatap Ray dengan curiga.
Kenapa orang-orang menatapku seperti itu? apa jangan-jangan mereka berfikir yang tidak tidak padaku?
"Kalian jangan salah paham, dia ini istriku. Kita sudah menikah" Ray tersenyum canggung lalu menarik Tisha masuk ke dalam lift.
Kenapa aku harus menjelaskan semua ini? Memalukan?
Salah satu orang di lift menekan tombol lift ke lantai 7.
"Mbak, pria ini benar-benar suami mbak kan?" bisik seorang ibu paruh baya pada Tisha. Ray yang berdiri di samping Tisha, mendengar pertanyaan si ibu itu.
"Iya Bu, cowok ini adalah suami saya" jawab Tisha berbisik
"Hem.. kamu jangan takut, disini ada ibu sama yang lainnya.Kalau cowok ini memang bukan suami kamu, jujur aja. Kelihatannya cowok ini pria hidung belang" ucap si ibu sambil melirik ke arah Ray dengan tatapan tajam.
Ngomong apaan sih mereka? gerutu Ray kesal dalam hatinya
"Iya, jangan takut dek. Jujur aja kalau cowok ini bukan suami kamu" ucap si ibu yang satunya lagi
"Benar kok Bu, pria ini adalah suami saya" jawab Tisha dengan senyuman bingung di wajahnya.
Loh kok jadi salah paham gini? apa tadi aku ada salah ngomong?
Wajah Ray terlihat kesal dengan omelan orang-orang di dalam lift yang salah sangka padanya.
TING!
Akhirnya lift terbuka, mereka semua turun di lantai 7 hotel itu untuk menyaksikan acara musik dari aktor terkenal yang baru saja kembali dari luar negeri. Semua orang sangat berantusias menyaksikan konser aktor itu, dan penggemarnya di dominasi oleh kaum hawa.
"Hey, kamu cowok hidung belang. Jangan macam-macam ya sama gadis polos ini" ucap ibu ibu pada Ray
"Ibu, saya bukan cowok hidung belang. Saya juga adalah suaminya, jadi tidak apa-apa dong kalau saya mau berbuat macam-macam padanya" Ray kesal, karena dari tadi dia diam saja.
"Iya Bu, pria ini benar-benar suami saya kok" Tisha membela Ray
"Kalau kalian suami istri, kenapa saya tidak lihat ada cincin kawin di jari kalian?" tanya ibu ibu bertubuh gemuk itu
Ray dan Tisha saling melihat satu sama lain. Mereka juga melihat ke jari mereka yang polos, tidak ada cincin tersemat disana. Wajah Tisha berubah jadi sedih.
Benar juga, kenapa aku baru ingat kalau kami tidak punya cincin pernikahan? aku tidak pernah memberikan nya. Ray bodoh, pasti dia sangat terluka selama ini.
Ray menatap istrinya dengan penuh rasa bersalah.
Cincin pernikahan? memangnya ada untuk pernikahan kontrak?. ucap Tisha sedih di dalam hatinya
"Memang apa masalah nya kalau ada cincin atau tidak? pria ini tetap suami saya Bu.. " kata Tisha sambil memberanikan diri menggandeng suaminya di depan ke 3 ibu-ibu yang tak percaya kalau Tisha dan Ray sudah menikah.
"Seperti nya ibu-ibu belum percaya ya?" tanya Ray sambil melihat wajah ibu-ibu yang tidak percaya padanya dan Tisha.
Tangan kekar Ray membelai leher Tisha, satu tangannya yang lainnya memegang pinggul Tisha.
Ray mendekatkan wajahnya, matanya berfokus pada bibir Tisha yang berwarna merah. Ray membenamkan bibirnya pada bibir istrinya itu. Mata Tisha membulat karena kaget.
Si es batu ini mencium ku lagi?
DEG!
Ketiga ibu-ibu itu juga langsung melotot kaget melihat Ray mencium Tisha di depan umum. Untuk menunjukkan hubungan mereka pada ibu-ibu itu.
Hampir saja Ray kelepasan, kalau bukan karena Tisha yang memegang erat punggung nya. Ray akan terus mencium istrinya.
"Ibu ibu, sudah percaya kan?" tanya Ray
"Melihat si adek tidak marah, seperti nya kalian benar-benar suami istri" ucap ibu 1
"Maafkan kami ya karena sudah salah paham pada kalian" ucap ibu 2 sambil tersenyum
"kalian pasangan yang sangat serasi, tapi jangan pamerkan kemesraan di depan umum ya" kata ibu 3 mengingatkan
Ketiga ibu-ibu itu pergi meninggalkan Tisha dan Ray, lalu mereka bertiga masuk ke dalam sebuah ruangan mewah di lantai 7 itu. Tempat konser artis terkenal akan di lakukan.
"Hey, ayo kita masuk juga" ajak Ray
Tisha masih mengatur napasnya, ia memegang dadanya yang masih berdebar.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Ray cemas
"I.. iya.."
"Maaf, kamu kaget ya? habisnya aku sebal pada ibu-ibu yang bicara sembarangan itu" jelas Ray singkat
Benar-benar bodoh kamu, Latisha. Bagaimana bisa kamu berdebar karena ciuman nya yang bahkan tanpa perasaan? Dia kan tidak mencintaimu. Dia bahkan tidak berdebar saat mencium mu?. ucapnya kecewa dalam hati
"Iya kak, gak apa-apa" jawab Tisha kesal
"Ayo kita masuk" ajak Ray sambil mengulurkan tangannya pada Tisha.
"Tidak usah kak, aku bisa jalan sendiri" ucap Tisha sambil tersenyum pahit
Apa dia marah karena aku mencium nya? dia terlihat marah. Apa karena cincin nikah?haruskah aku membelikannya? ucap Ray melihat Tisha yang masuk ke dalam ruangan itu lebih dulu.
Begitu Ray dan Tisha masuk ke dalam ruangan itu, Ray disambut beberapa kolega bisnisnya yang juga hadir disana. Beberapa meja mewah tertata disana, panggung mewah dan luas juga ada di depan mereka.
Ray dan Tisha duduk di kursi yang mewah khusus VVIP, disana sudah tersedia makanan dan minuman yang harganya sangat mahal. Ray bahkan sudah memesankan Tisha makanan kesukaan nya. Tisha dan Ray dapat tempat duduk outdoor yang ada di luar ruangan itu, pemandangan malam juga terlihat indah dari atas sana.
"Makanan dan minuman disini pasti mahal-mahal, kenapa kakak mengajak ku kesini?" tanya Tisha takjub melihat makanan mewah yang ada di depannya.
"Sudahlah untuk saat ini kamu jangan pikirkan biaya. Nikmati saja kencan pertama kita" ucap Ray pada Tisha yang duduk diseberang nya
"Huhh...benar juga, bahkan kakak bisa membeli hotel itu kalau kakak mau, kan?" tanya Tisha
"Kamu mau hotel ini? sayangnya aku tidak bisa membeli nya kalau untuk hotel ini" ucap Ray
"Loh? kenapa? bukannya kakak bisa membeli semuanya?" tanya Tisha heran
"Hotel ini milik temanku, Sam.. jika aku membelinya aku tidak memiliki loyalitas padanya" jelas Ray
"Oh, pria yang waktu itu mengantar kakak saat mabuk?" tanya Tisha
"Iya" jawab Ray
Kemudian terdengar suara MC yang mengumumkan kalau penyanyi misterius yang tidak disebutkan namanya sebelumnya akan tampil ke atas panggung.
Tisha dan Ray penasaran siapa artis itu. Kemudian lampu panggung menyala, bersamaan dengan terlihat nya seorang pria tampan membawa gitarnya naik ke atas panggung. Ia tersenyum menyapa para penggemarnya yang ada di barisan paling depan.
"Apa kabar semuanya??" tanya pria itu dengan nada ramah dan senyuman manisnya yang memikat.
" Baik!!! wuuuu.. wuuuu....." sorak Sorai yang ramai dari penggemarnya memenuhi ruangan itu.
Tisha dan Ray terkejut karena ia mengenali pria yang ada diatas panggung itu.
Itu kan, Zayn? batin Tisha
...---***---...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments
Umi Abi
wah wah seru banget nih
2022-08-05
0
Lovely
Nah loh 😰 Hub x'an hrs ada bukti, gimana org mau percaya, Tisha aja ngomong gitu, kayak org mau brbuat cabul 😵 pikiran itu jgn trlalu over 😀
2022-05-27
0
A.0122
kencan membuat cemburu akhirnya
2022-03-21
0