Gadis itu keluar dengan wajah kesal bercampur sedih, ia bahkan berani menendang pintu Presdir untuk melampiaskan kekesalannya. Gerry yang ada disana dan melihatnya, hanya bisa menahan tawa.
Hanya nyonya muda saja yang bisa melakukan ini pada pak Presdir. Padahal sebelum nya nyonya muda tidak pernah marah atau bertengkar dengan pak Presdir. Dia selalu patuh, tapi kenapa hari ini mereka bertengkar?
Dengan wajah semrawut nya, ia kembali ke lantai bawah untuk mengambil semua barang-barang nya yang ada di ruangan tempatnya bekerja, ia diikuti oleh Gerry dibelakang nya.
TING!
Lift terbuka, Tisha dan Gerry masuk ke dalam lift.
"Kenapa pak sekretaris juga ikut?" tanya Tisha sebal
"Saya hanya mematuhi perintah pak Presdir untuk memastikan kenyamanan nyonya muda" Gerry tersenyum, senyuman yang menunjukkan profesionalitas nya.
"Kenyamanan apaan? si es batu itu pasti ingin memastikan aku menuruti perintah nya atau tidak! aku tidak habis pikir, bagaimana bisa orang yang tidak kekurangan apapun apalagi kekurangan uang, akan sangat perhitungan dengan uang dua milyar. Cih! apa dia juga lintah darat? menyebalkan, es batu menyebalkan. Mati saja kau! " gerutu Tisha sambil memaki maki suaminya itu.
Gerry hanya senyum-senyum mendengar gadis itu sedang memaki bos nya di depannya, di dalam lift pula.
" Ahaha.. maafkan aku pak sekretaris, aku tidak bermaksud memaki nya di depanmu. Tolong jaga rahasia ini kita berdua saja ya pak sekretaris " Tisha tersenyum canggung dan malu, secara tidak sadar ia memaki Ray di depan sekretaris nya sendiri.
Bisa mati aku kalau dia tau kalau aku memakinya, bisa-bisa dia berfikir macam-macam lagi dan bersikap tidak sesuai skenario yang aku pikirkan. Selama ini dia selalu mengabaikan ku, maka biarlah dia begitu. Aku hanya ingin cerai.
" Maksud nyonya, merahasiakan makian barusan?" tanya Gerry
"Iya, tolong ya"
"Nyonya santai saja"
"Oh ya, pak sekretaris selalu memanggil saya nyonya. Tolong jangan panggil saya begitu, saya tidak nyaman"
"Maaf nyonya, tapi ini perintah pak Presdir. Nyonya adalah istri pak Presdir, otomatis nyonya adalah nyonya saya juga. " jelas Gerry
Istri? kenapa aku jadi sedih mendengar kata istri? hatiku terasa sakit mendengar nya. Dulu aku sangat bahagia disebut sebagai istri es batu itu, tapi sekarang kok aku merasa sedih?. Batin Tisha sedih
"Nyonya? kenapa anda malah melamun?" tanya Gerry heran melihat Tisha yang melamun
"Pak sekretaris jangan lupa ya, di hadapan orang lain panggil saya wakil manager, jangan nyonya. Mereka kan tidak ada yang tau kalau saya istri si es batu itu, eh.. maksudku istri pak Raymond " jelas Tisha pada Gerry
"Saya mengerti nyonya, maksud saya wakil manager " Gerry tersenyum sopan
Ada apa ini?aku pikir pak Ray akan membicarakan nya pada nyonya juga. Tapi sepertinya nyonya tidak tau apapun tentang itu. Gerry terlihat bingung.
TING!
Lift terbuka dan sudah sampai di lantai dasar. Tepat saat lift terbuka, terlihat sosok yang tidak menyenangkan sedang berdiri di depan Tisha. Penampilan dan riasan nya yang cukup tebal, juga bajunya yang cukup menantang kaum Adam. Menjadi ciri khas dari wanita itu, cantik sih, tapi sayangnya tidak menarik. Itulah kata yang cocok untuk Zefanya.
"Kamu lagi?" Zee tersenyum sinis melihat Tisha, menatap gadis itu dengan tatapan merendahkan
Lebih baik tidak berurusan dengan nya.
"Heee.. aku mau bertemu suami mu"
"Silahkan saja " jawab Tisha santai
Ada apa dengan gadis ini? biasanya dia akan menghalangiku saat aku akan menemui Ray, tapi kenapa sekarang dia santai saja?. Zee melihat Tisha, ia heran dan bingung dengan sikap Tisha.
Selama dua tahun menikah dengan mu, aku selalu menghalangi jalan wanita ini untuk mendekati mu. Tapi kamu selalu saja dekat-dekat dengannya, sekarang apakah kamu akan senang ketika aku membuka jalan lebar untuk kalian berdekatan? aku akan berusaha bersikap tidak peduli, meskipun cinta ini masih ada di hatiku, kak Ray. Tapi.. aku sudah lelah, berjuang sendirian membuatku lelah.
ucap Tisha, perih dalam hatinya.
Tisha pun mengabaikan Zee, ia melangkah menuju ke tempat nya bekerja sebelumnya bersama Gerry. Zee merasa bahwa Tisha adalah gadis yang sombong, padahal dulu gadis itu selalu menghalangi nya untuk bertemu Ray. Tapi kenapa saat ini Tisha berubah sikapnya.
Zee melanjutkan perjalanan nya, ternyata ia mengunjungi Ray di ruangannya.
Ray tampak tidak senang dengan kehadiran wanita itu. Tapi Zee tidak tau malu, ia menerobos masuk ke dalam ruangan Ray meskipun tidak diizinkan.
"Sayang, kita makan siang bareng yuk" ucap Zee sambil duduk dipangkuan Ray
"Zee, kamu apa-apaan sih? pergi lah, aku sibuk " ucap Ray dingin, sambil mendorong Zee dari pangkuan nya
"Kenapa sikap kalian sangat berbeda sekarang? si gadis kampung itu, dia melihatku kemari dan membiarkannya begitu saja.Biasanya dia selalu menghalangiku, apa mungkin dia tidak menyukai mu lagi? ah aku tau, dia mungkin sudah sadar diri kalau dia tidak pantas untukmu" Zee tersenyum senang
Tidak menyukaiku lagi? bagaimana mungkin? selama ini dia hanya menyukaiku! apa mungkin benar-benar ada pria lain. Ray meremas kertas yang ada di mejanya, ia tampak kesal.
"Keluar kamu!" teriak Ray pada Zee
"Sayang, kamu kenapa sih?"tanya Zee keheranan melihat Ray tiba-tiba saja marah.
"Keluar! mulai sekarang jangan datang lagi ke kantorku!" ujar Ray marah
"Sayang, kamu tuh kenapa sih?" tanya Zee tak paham, sebelumnya Ray selalu membiarkan nya masuk ke dalam kantornya sesuka hati. Sekarang pria itu malah mengusirnya dan ia tak boleh datang lagi ke kantornya.
Ray mendorong Zee sampai ke depan pintu. Saat sampai di depan pintu, seseorang membuka pintu ruangan itu dan membuat Zee terdorong ke depan, memeluk Ray.
Gerry dan Tisha lah yang masuk ke dalam ruangan itu, mereka melihat pemandangan Ray dan Zee yang berpelukan, terlihat seperti pasangan yang sedang bermesraan.
Tisha menahan kesalnya melihat suaminya berpelukan dengan wanita lain. Ia berusaha tersenyum palsu dan tetap tenang di luar.
Sudah berapa kali kamu melihat ini Tisha. Harusnya kamu sudah terbiasa dengan rasa sakit ini. Ternyata ini cukup sulit. Ya Allah.. tolong berilah aku kesabaran ekstra. Tisha mengepal tangannya.
Celaka! seperti nya aku dan nyonya masuk di saat yang tidak tepat. batin Gerry panik
" Pak sekretaris, seperti nya kita masuk di saat yang tidak tepat. Kita masuk lagi lain kali saja, seperti nya Presdir sedang sibuk" Tisha tersenyum pahit, lalu melangkah keluar dari ruangan yang baru saja ia akan masuki itu.
Tidak, ini tidak seperti yang kamu pikirkan! kenapa kamu berubah? kenapa kamu seperti tidak peduli padaku lagi?
Ray kecewa melihat Tisha pergi begitu saja dan tidak menghentikan nya saat bersama dengan Zee. Padahal sebelumnya gadis itu selalu marah ketika Ray berdekatan dengan mantan kekasihnya itu.
Kenapa? kita adalah suami istri, tapi rasanya jarak begitu jauh diantara kita? kita seperti orang asing.. Sial! kenapa aku seperti ini? perasaan tidak nyaman apa ini yang ada di dalam hatiku? Rasanya dada ku seperti di tusuk tusuk melihat senyuman pahit di wajahnya itu.
Pria egois itu memegang dadanya, ia merasakan ada bagian organ dalam tubuhnya yang sakit tapi tidak terlihat di mana lukanya. Sakit tapi tidak berdarah, melihat istrinya yang selama ini selalu memperhatikan nya, kini malah mengabaikan nya.
Ray segera menyuruh Gerry untuk menyeret Zee keluar dari ruangannya bahkan dari kantornya. Ia melarang Zee masuk ke kantornya tanpa alasan jelas dan secara sembarangan lagi. Zee merasakan Ray sudah mulai berubah padanya.
Segera setelah Zee pergi, dengan perintah Ray, Gerry membantu Tisha untuk membereskan barang-barang nya ke ruangan Presdir. Meja tempat Tisha bekerja berada dalam satu ruangan bersama ruangan tempat suaminya bekerja.
"Terimakasih pak sekretaris sudah membantu saya beres-beres" ucap Tisha sambil tersenyum lalu menyerahkan segelas kopi panas pada Gerry.
"Sama-sama nyonya, maksud saya Bu Tisha " jawab Gerry sambil menyeruput kopi nya pelan-pelan
Ray terlihat tidak senang melihat pemandangan di depannya itu. Ia mengerutkan dahinya, menggerutu di dalam hati nya. Kenapa ia tidak dapat kopi dari Tisha seperti Gerry? Ray berfikir kalau Tisha pilih kasih.
"Ehem, apa hanya Gerry saja yang di berikan kopi?" Ray berdehem, wajah dinginnya masih tetap sama.
Wanita ini begitu pilih kasih, kepada pria lain dia bisa tersenyum seperti itu dan membuatkan kopi. Kepadaku yang suaminya sendiri, dia cuek sekali.
"Bapak mau kopi juga?"tanya Tisha
"Yah, kalau ditawarkan sih boleh lah " jawab Ray dengan wajah jaim nya
Kalau kamu yang kasih, aku pasti mau.
"Pak sekretaris, bapak dengar kan? pak Presdir katanya mau kopi " ucap Tisha pada Gerry
Apa nyonya Tisha tidak mengerti maksud Presdir? seperti nya dia cemburu karena tidak dibelikan kopi oleh nyonya. Tunggu dulu? pak Presdir cemburu??!. Gerry melirik ke arah Presdir nya yang terlihat kesal, menatapnya tajam.
"Ah? pak presdir saya akan segera membuatkan kopi ke pantry" ucap Gerry dengan wajah bingung
"Tidak perlu! Gerry, seperti nya tugasmu masih banyak yang belum selesai, mulai sekarang aku sudah punya asisten pribadi yang akan mengerjakan tugas itu. Kamu tidak perlu repot-repot lagi " Ray tersenyum tipis memandangi istrinya itu
Apa kata-kata nya di tujukan untukku?. ucap Tisha dalam hatinya
"Baik pak presdir, saya akan kembali ke meja saya "
Sebenarnya keadaan ini cukup bagus dan mengurangi pekerjaan ku juga. Tapi bagaimana nasib nyonya? apa maksud pak Presdir memperkerjakan nya sebagai asisten pribadinya? Ini aneh sekali. Padahal pak Presdir tidak pernah mengizinkan siapapun masuk ke ruangan pribadinya.
Gerry menunduk hormat, lalu ia pun keluar dari ruangan Presdir.
"Kenapa kamu diam saja?" tanya nya pada Tisha
"Lalu apa yang harus saya lakukan?" tanya Tisha sambil duduk di kursi tempatnya akan bekerja
"Aku mau kopi"
"Lalu?" tanya Tisha bingung
"Tentu saja buatkan! kamu kan asisten pribadi ku sekarang!" seru Ray marah
"Baiklah pak " jawab Tisha patuh
Kenapa dia jadi menyebalkan dan banyak bicara? padahal harusnya dia mengabaikan ku seperti biasanya saja.
"Kamu tau kan kopi yang ku mau?" tanya Ray sambil membalikkan dokumen yang ada di mejanya dan mengamati nya satu persatu.
Bagaimana mungkin Tisha bisa melupakan kopi kesukaan suaminya? selama 2 tahun Tisha sudah belajar dan berusaha menjadi istri yang baik untuk suami nya. Dia tau semua hal yang disukai dan tidak disukai suaminya, pria yang ia cintai setulus hatinya itu, yang bahkan tak pernah melihatnya sama sekali.
"Saya tau, moccacino tanpa whipe krim " jawab Tisha
Tisha pergi ke pantry untuk membuatkan Ray, kopi yang ia inginkan. Sementara itu Ray terlihat serius dengan dokumen yang menumpuk di mejanya. Perlahan-lahan tumpukan dokumen itu sudah hampir selesai ia kerjakan semua.
Beberapa menit kemudian, Tisha datang dan membawakan kopi ke meja Ray. Gadis itu kembali duduk ke meja nya, ia juga mengerjakan beberapa hal yang berkaitan dengan jadwal Ray. Tisha bisa bekerja dengan baik meski ia tak menikmati pekerjaan nya sebagai asisten Ray.
Sore itu selesai rapat, Ray menerima telpon dari sang kakek yang mengajaknya makan malam bersama di rumah besar. Kakek nya menyuruh Ray datang bersama Tisha.
"Kakek mengundang kita ke rumah besar"
"Ada apa? apa kakek baik-baik saja?" tanya Tisha cemas, ia tau kalau selama ini kesehatan pak Faisal ( kakek Ray ) kurang baik.
"Tenang saja, kakek baik-baik saja kok. Kakek hanya ingin mengajak kita makan malam bersama, disana juga ada bibi, paman dan juga sepupu ku yang lain." jelas Ray pada istrinya itu
Perasaan Tisha sangat tidak nyaman, saat ia mendengar kalau bibi, paman dan sepupu sepupu Ray akan hadir dalam makan malam itu. Tisha teringat kejadian tidak menyenangkan saat berada di dekat mereka, wajahnya menjadi sedih.
#FLASHBACK
2 tahun yang lalu..
1 minggu setelah pernikahan Ray dan Tisha. Pasangan pengantin baru itu mendatangi rumah keluarga besar Argantara. Di sanalah Tisha pertama kali bertemu dengan keluarga besar Argantara dalam sebuah makan malam.
Tisha hanya mendapatkan sambutan hangat dari pak Faisal, sedangkan paman, bibi dan kedua sepupu Ray sama sekali tidak menyambut nya dengan baik.
"Ray, selamat ya atas pernikahan kamu " ucap Bu Daniah ( bibi Ray ) dengan sedikit senyum di bibirnya.
"Sama-sama " jawab Ray dingin dan singkat
"Ray Ray, aku bisa mengerti tujuan kamu menikah dengan cepat demi merebut perusahaan Argantara. Tapi aku tidak mengerti kenapa harus dia?" tanya seorang pria yang mungkin usia nya tidak jauh berbeda dengan Ray. Dia adalah Armand ( sepupu Ray) anak dari Bu Daniah.
Armand melirik ke arah Tisha dengan pandangan sinis. Tisha tersentak mendengar penghinaan yang ada di depannya itu. Memangnya apa yang salah dengannya? kenapa Armand memandang nya dengan tatapan sinis seolah merendahkan nya?
"Tolong garis bawahi, Kak Armand. Aku tidak merebut, tapi perusahaan Argantara memang milikku " Ray tersenyum penuh percaya diri
Tidak akan kubiarkan kalian merebut perusahaan yang sudah dibangun oleh kakek dan ayahku, walau kalian adalah keluarga ku sendiri. ucap Ray dalam hatinya
"Kenapa kalian malah ribut-ribut begini di meja makan? ini tempat makan bukan tempat berdebat!" ujar Pak Faisal pada anak dan cucu cucunya.
Saat itu Tisha menyadari kalau Ray tidak memiliki hubungan baik dengan paman, bibi dan kedua sepupunya yang selalu menginginkan posisi Presdir Argantara. Sesekali Bu Daniah mengundang Tisha ke rumahnya, Tisha ingin menolak namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Demi menghormati keinginan bibi suaminya, ia selalu datang memenuhi panggilan nya.
Bu Daniah dengan sengaja mengundangnya ke rumah hanya untuk membantunya menyiapkan makanan saat arisan keluarga. Bahkan Bu Daniah juga secara terang-terangan menghina Tisha di depan semua temannya karena Tisha berasal dari keluarga miskin yang terlilit banyak hutang.
Perlakuan seperti itu tidak hanya satu atau dua kali ia dapatkan dari keluarga Ray. Sangat sering Bu Daniah memaksanya datang ke rumah dan memperkejakan nya sebagai pembantu.
Suatu hari Ray pulang ke rumah besar, ia melihat Tisha sedang menyiapkan makanan untuk para tamu Bu Daniah yang sedang duduk di sofa.
"Kenapa istriku bisa ada disini Tante?" tanya Ray
"Istri kamu gak sengaja berkunjung kesini, jadi sekalian aja deh Tante suruh ikut gabung ke perkumpulan ibu-ibu arisan. Ya kan, Tisha?" Bu Daniah memasang senyuman palsunya, seolah tidak bersalah
"I-iya Tante "
"Bagus lah,kamu jangan membuatku malu" bisik nya pada Ray pada Tisha, dengan nada yang dingin tanpa perasaan.
Bukannya membantu Tisha keluar dari keadaan sulit, Ray malah menutup mata melihat istrinya di hina dan diperlakukan seenaknya oleh keluarga nya. Melihat Tisha yang diperlakukan seperti itu oleh Ray, Bu Daniah, dan kedua sepupu Ray semakin merendahkan Tisha.
Selama 2 tahun itu Tisha selalu sendirian menghadapi semua perlakuan keluarga Ray, karena Ray sama sekali tidak mempedulikan nya.
#END FLASHBACK
.
.
Kali ini aku harus menolak, aku tidak mau lagi di hina dan di rendahkan. Apalagi tidak ada Ray yang akan membelaku. Aku tidak mau merasakan sakit lagi. Tisha melamun dan terlihat sedih.
Ray melihat Tisha yang berdiri terdiam mematung di depannya. " Hey, kamu dengar aku?" tanya Ray
"Bisakah saya tidak ikut?" tanya Tisha
"Kenapa?apa kamu sakit?" tanya Ray dengan nada suara yang hangat, tidak seperti biasanya.
"Apa harus ada alasan sakit saja agar saya tidak ikut kesana? saya hanya tidak mau ikut!" ucap Tisha kesal.
"Ya baiklah kalau kamu tidak mau ikut, aku akan bilang pada kakek " ucap Ray santai
Seperti nya keadaan nya tidak baik, aku tidak memaksanya pergi. Biarkan saja beristirahat di rumah. ucap Ray cemas pada Tisha
Kenapa? kenapa baru sekarang kamu bersikap seperti ini? Dulu.. dulu kamu selalu memaksaku walau aku tidak mau dan dalam keadaan sakit pun aku harus pergi denganmu. Kenapa sekarang kamu berubah?
Ray terkejut saat melihat wajah Tisha yang terlihat tidak baik, matanya berkaca-kaca.
"Hey, apa kamu baik-baik saja?" tanya Ray cemas
Kata-kata ini yang sangat ingin sekali aku dengar darinya, sambil menatapku dengan cemas, menanyakan padaku apakah aku baik-baik saja? tapi selama 2 tahun itu, dia tidak pernah melakukan nya. Apapun yang dia lakukan aku tidak akan merubah keputusan ku untuk bercerai, aku tidak akan goyah! karena kalau hubungan ini dilanjutkan, hanya akan menjadi toxic.
"Saya tidak butuh perhatian bapak, juga tidak usah bilang pada kakek. Saya akan datang malam ini untuk makan malam bersama " ucap Tisha sambil tersenyum pahit
"Kalau kamu tidak bisa datang, tidak apa" ucap Ray
"Saya akan datang " ucap Tisha tegas
Tisha kembali ke tempat duduknya, kembali mengerjakan tugasnya bersama komputer yang ada di depannya. Ray juga kembali ke tempat duduknya, diam-diam ia melihat ke arah istrinya yang tampak serius dengan komputer nya.
Sebenarnya ada apa dengan nya? dia yang selalu perhatian padaku, menyiapkan sarapan, menyiapkan bekal makanan, yang selalu tersenyum setiap pagi, menyambut kepulangan ku dengan senyuman hangatnya. Kenapa sekarang dia seperti tidak peduli padaku? Kemana Tisha Anindita, gadis yang selalu tersenyum hangat dan cerewet di depanku itu? sebenarnya, ada apa juga denganku?
...---***---...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
Umi Abi
haduh dasar ga peka
2022-08-05
0
Junita Junita
bukankah si zee itu mntan si Rey kok msih pangil sayang ya thor.mlah dudk di pangkuan si Rey lgi
2022-08-01
0
Lovely
Ohh Ray... Brubahlah... Seblm trlambat.
Wanita jika brkehendak, apa lagi tentang Batin, sulit akan brubah konsep.
2022-05-27
0