Seolah kehilangan kendali, Ray tidak cukup hanya dengan mencium bibir istrinya. Entah apa yang merasukinya, tangan Ray mulai menjamah beberapa bagian sensitif tubuh wanita itu.
Ray menangkup tubuh istrinya dan membawanya ke ranjang. Tubuhnya terasa panas, Tisha juga tidak diam saja. Ia takut di apa apakan oleh suaminya. Ia melawan dan mendorong Ray, tapi tenaga pria itu terlalu kuat untuk ia lawan.
"HENTIKAN! kamu bilang kamu tidak mencintai ku, kenapa kamu menyentuh ku seperti ini?! jangan seperti ini kak Ray. " tangan Tisha memukul mukul tubuh Ray yang berada di atas tubuhnya.
Egois kamu Ray! kamu benar-benar egois.
Kedua tangan Ray menggenggam, mengunci tangan Tisha. Ray menyelipkan jari-jari nya, ke dalam jari-jari cantik milik Tisha.
Aku sedang dalam keadaan sadar, aku tidak mabuk. Tapi kenapa aku ingin sekali melahapnya?
Ray menatap gadis yang berada di bawah tubuhnya itu dengan tatapan nanar, napas nya mulai memburu. Ray menelan saliva nya kuat-kuat, ia baru sadar kalau gadis yang selama ini menjadi istrinya sangatlah cantik. Seperti apa kata Sam, sahabat nya.
Bibir Ray tidak dapat di kondisikan lagi, ia mencium pelan-pelan wajah istrinya tanpa terlewat. Tangannya semakin erat menggenggam tangan istrinya.
Tidak, dia tidak mencintai ku. Aku tidak boleh membiarkan dia memiliki mahkota ku sebelum dia bilang mencintai ku. Sadarlah Tisha! bukankah kamu mau bercerai? Tisha memalingkan wajahnya yang terkena ciuman Ray, seolah ia tak mau disentuh olehnya. Kakinya yang ingin menendang Ray, tidak bisa bergerak bebas karena Ray menguncinya.
Melihat penolakan dari Tisha, Ray pun memaksanya. Mencium, melahap bibirnya yang belum terbuka sepenuhnya untuknya. Ray tidak menyerah, ia terus berusaha membuat gadis itu untuk membuka mulutnya. Ray ingin segera menikmati bagian dalam bibirnya itu, menyesap nya, sebagian hal itu adalah bagian gejolak birahi nya, atau mungkin bagian dari ekspresi cintanya? entahlah!
Tisha tidak membuka mulutnya meski Ray memaksanya, ia tidak menikmati apa yang dilakukan suaminya. Tubuhnya memang memiliki reaksi menerima sentuhan suaminya, tapi hatinya tidak mau bercinta dengan suaminya yang tidak pernah mencintai nya.
"Buka mulutmu Tisha!" ujar pria itu
"Tidak mau" Tisha menggeleng
"Kamu mau membantah perintahku? kamu lupa ya, aku ini suamimu"
"Hubungan kita bukan suami istri yang seperti itu, kak.." ucap nya dengan sedih
Mata Ray mulai memincing, ia tidak menyerah sampai gadis itu membuka mulutnya. Pada akhirnya Ray harus menggigit bibir ranum miliknya agar mulut yang ingin ia nikmati itu terbuka.
" Hmphh... "
" Hahh.." erangan meluncur dari mulut Ray yang sedang sibuk menyesap manisnya bibir milik istrinya.
Manis, ini sangat manis. Ternyata begini rasanya berciuman. ucap Ray yang juga baru pertama kalinya berciuman. Selama pacaran dengan Zee, ia tak pernah melakukan kontak fisik melebihi pelukan dan ciuman pipi saja.
Suara becek terdengar saat kedua lidah itu bertemu, saling bersahutan. Ray tampak menikmati ciuman pertama dengan istrinya. Sementara Tisha, hanya mengikuti alur nya saja. Bibirnya sudah terbuka dan dilahap oleh suaminya yang dingin dan egois.
Ciuman pertamanya sudah diambil oleh pria yang sangat ia cintai dengan cara yang tidak menyenangkan, dalam keadaan yang kurang nyaman.
Apa yang basah ini? ucap Ray dalam hatinya saat merasakan ada sesuatu yang basah menyentuh pipinya.
Ray segera menghentikan aktivitas nya setelah melihat wanita yang ada di bawahnya itu menangis sampai tersedu-sedu. Tidak tega melihatnya menangis, Ray melepaskan nya. Ia kembali duduk di ranjangnya.
" Hiks.. hiks.." Tisha menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Ia malu seperti sudah melakukan dosa besar.
Ya Allah, aku berciuman. Aku berciuman dengan kak Ray.. maafkan aku ya Allah. keluhnya dalam hati merasa bersalah, Tisha terlalu malu untuk mengangkat wajahnya
Ray merasa dirinya sudah gila, tingkat rasionalitas itu seperti nya sudah turun sangat jauh.
Sial! Ray apa yang kamu lakukan?kenapa kamu jadi tidak rasional?. Ray merutuki dirinya di dalam hati
"Su-sudah, jangan menangis lagi.. aku sudah berhenti " ucap nya pada Ray
"Kak Ray.. kamu...kamu pencuri!" Tisha menyeka air matanya, ia langsung beranjak dari ranjang nya, dan duduk.
"Pen-pencuri?"
"Kamu mencuri ciuman pertama ku, kamu penjahat!" keluh Tisha kesal
"Hey, itu juga ciuman pertama ku, kenapa kamu merasa seperti aku yang berdosa?!"
"Aku tidak percaya, yang jelas kamu sudah mencuri ciuman pertama ku. Kamu melanggar kontrak "
Ciuman pertama? dia pasti sudah pernah melakukan ini dengan si rubah itu.
"Apa? beraninya kamu bicara soal kontrak padaku?" Ray melihat ke arah istrinya, dan tampak kesal
"Kenapa aku tidak berani? kamu jangan lupa kak, isi kontraknya poin nomor 7. Dilarang melakukan kontak fisik secara intim, dan jika ada yang melanggar poin ini maka salah seorang yang dirugikan berhak meminta satu permintaan dan harus di kabulkan" jelas Tisha sambil tersenyum
"Apa yang kamu bicarakan? tidak ada poin seperti itu "
Dia pasti mau minta cerai lagi. Tidak bisa, aku harus membakar surat kontraknya nanti.
Tisha tau kalau Ray akan mengelak, maka dari itu ia membuka ponselnya dan memperlihatkan foto surat kontrak yang ia ambil pada saat penandatanganan kontrak.
" Lihat ini! ini poin yang jelas dan aku yang dirugikan " Tisha memperlihatkan foto itu pada Ray. Suaminya memalingkan mata tidak mau melihatnya.
Sial! ternyata dia sudah mempersiapkan segala hal. Bodoh, kenapa aku menulis poin seperti itu di dalam sana?
"Aku cuma mau cerai, itu saja. Aku tidak mau yang lain " ucap Tisha sedih
Ray menutup telinga nya, ia tak mau mendengar Tisha bicara tentang cerai lagi. Akhirnya mereka berdebat seperti anak kecil, hal yang tidak pernah mereka lakukan selama dua tahun itu. Padahal Ray jarang sekali bicara, tapi dalam perdebatan itu Ray tidak mau kalah dari Tisha.
Entah kenapa hatinya merasa sedikit senang berdebat dengan istrinya itu. Tisha sudah berhasil membuatnya banyak bicara. Mereka pun lempar-lemparan bantal untuk melampiaskan kekesalan mereka, alhasil kamar mereka berantakan oleh bulu bulu yang ada di dalam bantal.
"Setidaknya aku harus mendapatkan permintaan maaf, kakak sudah mencium ku tanpa izin!" ujar Tisha sambil memukul suaminya dengan bantal.
"Haa.. suami mana yang meminta maaf setelah mencium istrinya?" tanya Ray sambil tersenyum lembut, dan melawan Tisha dengan bantal yang ia pegang.
DEG!
Sadarlah kamu Tisha.
Tisha sempat terpana melihat senyuman suaminya, senyuman tulus bukan senyuman sinis yang selalu ia tunjukkan padanya. Tapi senyuman manis dan lembut tertarik dibibir suaminya yang belum pernah ia lihat darinya.
Keduanya terlihat seperti anak kecil yang sedang berperang. Sesekali mereka tertawa meski dalam perasaan yang kesal. Suasana tegang diantara pasangan suami istri itu mulai mencair. Ray merasakan kenyamanan saat bersama Tisha, ia baru menyadari nya.
"Cepat minta maaf! kalau tidak.. aku akan terus menyerang mu"
"Sini serang aku kalau berani " kata Ray menantang
BUK
BUK
Perang bantal masih terus berlanjut, tiba-tiba Ray tertawa melihat bulu-bulu yang menempel di rambut dan wajah Tisha.
"PUAah... hey itu curang, bagaimana bisa kakak tidak mengalah pada wanita?" tanya Tisha yang tertimbun bantal bulu di ranjang itu.
"PFut.. Hahaha.. kamu seperti manusia bulu." Ray tertawa sambil memegang perutnya.
Tisha terdiam, menghentikan serangannya. Ia kebingungan setengah mati, apa yang terjadi dengan bongkahan es batu di depannya itu? apa ia tidak salah dengar? pria itu tertawa, dan menertawakan nya.
Wah, si es batu ini tertawa? apa jangan-jangan dia sudah mencair? rasanya aku tidak percaya. Seharusnya aku mengabadikan momen ini. Saat diam dia terlihat tampan, saat tertawa dia lebih tampan lagi. Kenapa Tuhan menciptakan nya begitu sempurna?
"Kamu menertawakan ku?" tanya Tisha kesal
Dalam sekejap tawa itu hilang dan berganti lagi dengan wajah dinginnya.
Apa barusan aku tertawa?. Ray tidak percaya bahwa ia baru saja tertawa.
Setelah memastikan Ray meminum obat dan teh nya. Tisha membereskan semua bulu-bulu yang berserakan di lantai dan ranjang itu. Keduanya terlihat lelah dan berkeringat setelah berperang bantal.
"Bagaimana bisa kakak diam saja? bantu aku beres-beres "
"Tidak mau, aku ngantuk. Aku mau tidur, besok aku harus bekerja" Ray berbaring dengan santai setelah mengganti bajunya dengan piyama tidur.
"Memangnya aku tidak ngantuk, besok aku juga bekerja" ucap Tisha sebal
Ray cuek saja dan mengambil selimut lalu membalikkan tubuhnya ke arah lain.
Setelah selesai beres-beres, Tisha duduk di sofa sambil minum teh hangat untuk merilekskan tubuhnya. Tak lama kemudian ia ketiduran di sofa itu dengan posisi duduk.
"Hey, Latisha!" Ray merasa ada yang tidak beres karena ia memanggil istrinya berkali-kali tapi tak ada jawaban.
Ray pun beranjak dari ranjangnya dan melihat istrinya tertidur. " Bagaimana bisa dia tidur dengan posisi duduk seperti ini?"
Seperti memanfaatkan kesempatan, Ray menatap wajah istrinya yang sedang tertidur itu. Menyentuh wajahnya dengan lembut, hal yang tidak pernah ia lakukan pada Tisha.
"Aku mungkin tidak mencintai mu, tapi aku nyaman bersama denganmu. Aku ingin kamu kembali ke dirimu yang dulu dan memperhatikan ku. Jadi, aku tidak akan melepaskan mu " Ray menangkup tubuh istrinya, memindahkan yang tertidur itu ke ranjang.
Ray juga memberikan selimut untuk istrinya yang tertidur pulas itu. Tangannya membelai lembut kening Tisha dengan hati-hati.
"Ternyata kalau sudah pulas, dia tidak akan terbangun meskipun aku menyentuhnya seperti ini" pandangan Ray beralih pada bibir cantik milik istrinya yang belum lama ia rasakan manisnya.
Sekali lagi Ray mengecupnya dengan lembut, ia tersenyum setelahnya. " Manis."
Sebelum tidur, Ray berfikir untuk menghapus beberapa poin kontrak pernikahan nya. Ia malah berencana untuk menghancurkan nya. Ray berbaring di samping Tisha, mereka pun tidur satu ranjang.
...***...
Keesokan harinya, pagi pagi sekali Pak Faisal dan perawatnya mengintip ke arah kamar Raymond yang tidak terkunci, untuk memastikan kalau pasangan suami istri itu sudah berbaikan.
Lalu terlihat lah pemandangan indah, Raymond dan Tisha yang tidur sambil berpelukan. Belum lagi dada Ray terekspos nyata. Kaki Tisha bertumpang di kaki Ray, menindihnya.
"Hum.. ternyata mereka sudah berbaikan. Baguslah" senyuman bahagia terlihat di wajah keriput pak Faisal
"Benar tuan besar, seperti nya keributan semalam bukan keributan yang besar." kata Santi sambil tersenyum
Pak Faisal melihat Ray dan Tisha dengan penuh kasih sayang. Ia berharap kalau Ray akan selalu bersama dengan Tisha dan hidup bahagia.
Pak Faisal sangat yakin kalau Tisha bisa membuat es yang ada di hati Ray mencair. Sejak kematian kedua orang tuanya, Ray berubah menjadi dingin dan sulit di dekati. Kehadiran Tisha yang ceria dan sedikit cerewet akan membantunya lebih menikmati hidup dan keluar dari rasa bersalahnya.
...--***--...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments
Umi Abi
ha ha 😂😂 pemandangan indah ga tau aja semalam perang bantal
2022-08-05
0
Lovely
Perjalanan hidup brsama cinta, sulit trselami, mengelak pun tdk bisa jika takdir brkehendak.
Jodoh hidup, sang pencipta sdh menyiapkan, tapi kita juga hrs brusaha 😀
2022-05-27
0
mama yuhu
haayyuu tisha semangat mencair kan s baru☺☺sabarrr
2022-04-20
1