Tahanan Cinta CEO
...🍂🍂🍂...
...Bab 1. Cerai?...
.
.
Malam itu, tampak di sebuah hotel mewah sedang di adakan pesta besar. Yaitu ulang tahun perusahaan bernama Argantara grup, yang berkecimpung di dalam industri fashion. Salah satu perusahaan adidaya dari 5 perusahaan di negara tersebut yang mendunia.
Terlihat beberapa orang pria berjas rapi, dan beberapa wanita memakai gaun mewah mereka memasuki aula hotel. Suasananya tampak ramai, di hiasi lampu-lampu yang gemerlap penuh cahaya membuat suasana semakin meriah. Yang jelas, acara ulang tahun itu tentunya di hadiri oleh orang-orang kelas atas.
Beberapa tamu penting, kolega dari Argantara grup menghadiri acara ulang tahun perusahaan yang telah berdiri 65 tahun lamanya itu.
"Selamat ya pak Ray, acara ulang tahun perusahaan Argantara terlihat sangat megah dan meriah," ucap seorang pria paruh baya dengan senyuman ramah di wajahnya
"Tentu saja pak, ini ulang tahun perusahaan Argantara. Tentu saja harus mewah dan megah, "jawab seorang pria dengan wajah tampan dan senyuman tipisnya.
"Selamat ya Ray, kamu berhasil," ucap seorang pria dengan senyuman ramah pada Ray.
Semua orang mendatangi nya untuk memberikan selamat pada pria yang dipanggil Ray itu.
Dia adalah Raymond Argantara, CEO dari perusahaan Argantara. Terkenal dengan sikap dingin dan cueknya, meskipun sikapnya yang dingin tapi ia bisa membuktikan kepemimpinan nya di perusahaan. Ia telah mengalahkan pewaris lain dan membuktikan bahwa dirinya adalah orang yang paling pantas menduduki posisi Presdir di perusahaan yang sebelumnya di kelola oleh kakeknya itu.
Perusahaan Argantara, semakin besar karena jasa Ray sebagai pemimpin nya. Di sanalah semua orang berkumpul untuk menjalin kerjasama dengan Argantara melalu Ray. Akan tetapi, pria dingin itu tampaknya tidak mudah di dekati.
***
Seorang wanita cantik memakai dress berwarna ungu, berambut panjang menghampirinya dengan senyum palsu di bibirnya. Wanita itu menggandeng tangannya, dan memanggilnya "Sayang "
Sampai kapan aku harus hidup seperti ini. Mencintai pria ini tapi harus berpura-pura menjadi istrinya. Keluh si wanita itu di dalam hatinya
"Oh jadi ini istri yang selama ini disembunyikan oleh Presdir Raymond Argantara? Cantik sekali ya," seorang pria tua memuji kecantikan wanita yang ada di samping Ray.
"Iya pak, sayang perkenalkan ini rekan bisnis ku pak Andreas," kata Ray pada wanita yang ia panggil dengan sebutan sayang itu. Dia memperkenalkan rekan bisnisnya.
Sayang?Apa dia memanggilku begitu? selama 2 tahun menikah dia tidak pernah bersikap seperti ini. Tapi ada apa dengan hari ini? kenapa dia mengenalkan ku pada semua temannya?
Wanita itu adalah Latisha Anindita seorang pegawai kantoran atau lebih tepatnya asisten manager yang bekerja di kantor yang sama dengan suaminya Ray. Dia adalah istri dari seorang Ray, yang berhati dingin dan keras hatinya. Ray dan Tisha sudah menikah selama 2 tahun lamanya.
Tisha melihat suaminya dengan wajah bingung, setahunya suaminya tidak pernah bersikap seperti ini padanya. Bahkan Ray selalu menutupi, merahasiakan Tisha sebagai istrinya dari orang luar, namun kali ini, Ray mengenalkan Tisha kepada semua orang yang hadir disana.
Pesta ulang tahun perusahaan berlangsung dengan meriah. Saat Ray sedang sibuk menyambut para tamu dan rekan bisnisnya, Tisha pamit pergi ke kamar mandi pada suaminya.
"Kak Ray, aku ke kamar mandi dulu ya," bisik Tisha pada suaminya.
"Ya, jangan lama-lama sayang. Aku tunggu kamu," jawab Ray dengan senyuman manis di wajahnya yang ditujukan untuk sang istri
Haa? Sayang lagi? apa aku tidak salah dengar? ucap Tisha dalam hatinya
DEG!
Tisha kaget bukan main, suaminya yang dingin itu tersenyum? Bahkan senyuman yang manis tidak terlihat seperti berakting. Jikalau Raymond berakting mencintai nya di depan semua orang, aktingnya terlalu bagus dan cukup untuk membuat hati wanita itu berdebar bercampur geli mendengar nya.
Tidak, Tisha kamu jangan lemah lagi..., kamu harus bisa bicara. Kamu harus berani bicara, kamu tidak boleh tertipu dengan aktingnya. ucap Tisha di dalam hatinya, dengan mata yang penuh kesedihan.
Gadis itu berjalan menuju ke toilet wanita, disana ia berpapasan dengan seorang wanita cantik berambut panjang dan agak ikal. Wanita cantik itu memandangi nya dengan tatapan sinis, seolah meremehkan nya.
"Haa, aku kira siapa. Ternyata kamu ya istri palsu Raymond," ucap wanita itu dengan nada yang sarkastik.
Lagi-lagi rubah ini.. lebih baik aku menghindarinya saja.
Malas berurusan dengan wanita itu, Tisha berjalan begitu saja melewati nya. Wanita itu tampak marah karena diabaikan, dia menarik tangan Tisha yang akan masuk ke dalam toilet wanita.
"Apa-apaan sih?" tanya Tisha dengan suara meninggi.
"Kamu tidak sopan sekali ya, orang lagi bicara main tinggal aja!" seru wanita berambut ikal itu
Tisha menepis tangan wanita itu dengan kesal. Mereka berdua saling bertatapan tajam, seolah ada permusuhan di dalam tatapan mereka.
"Ray tidak mencintaimu, harusnya kamu sadar diri!" Seru wanita itu dengan suara meninggi.
"Kamu menghentikan tugas penting ku ke toilet, cuma buat ngomong gini?" tanya Tisha sinis
"Jadi menurutmu ini gak penting?" Wanita itu mendesis kesal.
"Benar, urusanku ke toilet lebih penting daripada bicara dengan mu," jawab nya ketus
" Kamu semakin berani ya gadis kampung?!" wanita itu melotot marah pada Tisha.
"Kalau kamu mau dia silahkan ambil saja, aku tidak butuh pria berdarah dingin berwajah datar seperti dia " ucap Tisha dengan penuh kekecewaan dan kesedihan di wajahnya. Matanya mulai berkaca-kaca.
Tisha segera masuk ke dalam toilet, ia berusaha sekuat tenaga menahan air matanya yang akan tumpah. Tangannya memegangi dada nya yang terasa sakit, ia teringat masa-masa saat bersama suaminya Raymond. Pria itu tidak pernah memberikan cinta pada Tisha sebagaimana suami pada istrinya. Sebaliknya, Tisha lah yang selalu mencintai Ray, namun balasan dari cinta nya pada Rey adalah kekecewaan dan kesedihan.
Bagaimana bisa aku yang mencintaimu sepenuh hatiku mendapatkan balasan seperti ini? Raymond Argantara, hari ini akan ku akhiri semuanya. Cinta sepihak yang menyakitkan ini.
Tisha mengepalkan tangannya, matanya membulat penuh tekad. Menyingkirkan air mata yang menggenang di matanya. Hari ini ia akan mengakhiri semua penderitaannya selama 2 tahun.
...***...
Di depan toilet wanita, Ray tampak bersandar di tembok, ia terlihat seperti sedang menunggu seseorang.
"Kenapa dia lama sekali? apa dia baik-baik saja?" tanya Ray dengan suara yang sedikit menunjukkan kecemasan.
Beberapa menit kemudian, Tisha keluar dari toilet wanita. Gadis itu tampak terkejut melihat Ray sedang bersandar di depan tembok toilet wanita.
Dia pasti mau marah-marah lagi karena aku kelamaan.
"Ma-af saya lama, pak " ucap Tisha sambil memalingkan wajahnya dari Ray.
Ray sedikit tersentak mendengar istrinya berbicara formal padanya. Padahal sebelumnya ia berbicara santai dengannya. Mereka berdua merasakan hal yang aneh pada diri mereka masing-masing.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Ray pada istrinya itu
Loh? kenapa dia gak marah? malah bertanya aku baik-baik saja atau tidak?. mata Tisha membulat kaget dengan pertanyaan suaminya seolah sedang mencemaskan nya.
"Saya tidak apa-apa, pak Ray disini tidak ada orang jadi anda tidak perlu berpura-pura lagi " Tisha memasang senyuman palsunya.
"Apa maksudmu aku sedang berpura-pura?" tanya Ray dengan suara yang mulai meninggi.
"Memang begitu kan. Oh ya pak, saya akan pulang duluan gak apa-apa kan? ada hal yang harus saya urus, berkaitan dengan pekerjaan kantor " ucap Tisha tegas.
Benar, Tisha Anindita.. kamu harus tegas. Kamu juga bisa bersikap dingin padanya.
Gadis itu merasa bangga pada dirinya sendiri.
Tisha tau jika ada sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan kantor, Ray tidak bisa mengatakan tidak dan selalu mendahulukan pekerjaan. Ia yakin dengan percaya diri bahwa Ray akan mengizinkan nya pulang lebih dulu.
" Hem, tidak bisa. Aku masih membutuhkan mu disini. " jawab Ray menolak.
" Ya, saya sudah duga kalau bapak akan.. APA???!!" rencana Tisha telah gagal untuk pulang duluan, padahal ia sudah mempersiapkan semua hal berkaitan dengan hubungan nya dan Ray.
Dia tidak setuju? bahkan jika berhubungan dengan kantor dan pekerjaan? si workaholic ini?.
Tisha terpana dengan sikap Ray yang tiba-tiba saja berubah di depannya, apa ini aktingnya? mungkin saja.
Ray menggandeng tangan Tisha dan mengajak wanita itu kembali ke aula hotel tempat pesta itu diadakan. Ray tampak terbuka tentang istri nya pada teman-teman bisnisnya, hal itu membuat Tisha keheranan dengan sikap Ray yang tidak biasanya.
Dia tidak mau berharap lagi pada Ray, berharap hanya akan menyakiti hatinya saja. Bahkan selama 2 tahun menjadi istri Raymond, Tisha hanyalah pajangan saja. Begitulah perasaan Tisha sebagai istri yang diabaikan selama 2 tahun itu. Tapi kenapa tiba-tiba pria itu bersikap baik padanya? Ah tidak! pasti ini hanya karena berakting? bukankah Ray selalu berakting seperti ini saat membawa Tisha keluar dari rumah apalagi bertemu keluarga besarnya.
Tisha adalah tameng nya, di saat Raymond membutuhkan seorang istri sebagai syarat mewarisi perusahaan Argantara. Raymond mengulurkan tangan,meminta Tisha menjadi istri kontraknya, kebetulan saat itu ibu Tisha tidak sengaja berhutang pada rentenir dan membuat Tisha terlilit banyak utang.
Diantara terpaksa menikah dengan Raymond yang saat itu membantunya membayar hutang. Tentu saja ada syaratnya, semua nya tidak gratis bagi Raymond seorang pengusaha. Jual-beli, untung rugi.
" Aku bayar hutangmu, tapi syaratnya aku butuh istri " ucap Raymond.
Kata-kata Ray tidak terdengar seperti lamaran romantis untuk Tisha. Tisha menerima uluran tangan dari penyelamat hidupnya itu, bukan hanya karena terpaksa menikah. Namun, karena Tisha juga mencintai Raymond yang pernah menjadi senior di kampusnya.
Begitulah hubungan pernikahan yang seperti simbiosis mutualisme itu berjalan, kontrak pernikahan pun ditandangani oleh Tisha dan Raymond. Ya ini adalah cerita 2 tahun yang lalu.
...🍂🍂🍂...
Malam itu berakhir dengan sangat melelahkan, acara ulang tahun perusahaan itu berakhir pada saat tengah malam. Berakhir dengan sukses, dan sempurna seperti apa yang Raymond perkirakan. Segalanya memang harus sempurna untuk Raymond dan semuanya sudah harus sesuai rencana yang diharapakan nya.
"Ayo kita pulang" ajak Ray pada istrinya.
"Pulang?"
"Kenapa? bukannya tadi kamu mau pulang?"
Ya itu kan tadi, bukan sekarang. Dasar es balok tidak berperasaan.
"Ya, tapi apa urusan bapak sudah selesai?" tanya Tisha malas.
"Belum" jawab nya singkat.
Terus kenapa kamu ngajak aku pulang kalau urusanmu belum selesai?. Tentu saja ini diucapkan nya di dalam hati.
Kenapa dia diam saja?Apa dia kesal karena belum makan malam?. Ray melihat wajah istrinya yang cemberut.
"Sebelum pulang, kita makan malam dulu."
"Makan malam?" Tisha terperangah dengan ajakan suaminya, karena ia tak pernah mendapatkan ajakan makan malam bersama berdua. Kalaupun ada makan malam bersama, itupun karena ada pertemuan keluarga. Selama ini Tisha selalu makan sendirian di rumah, dan menunggu Ray pulang bekerja.
"Kamu kan belum makan malam" ucap pria itu datar seperti biasanya.
Sejak kapan dia perhatian padaku?dia juga tau aku belum makan malam. Kenapa dia begini hari ini?
"Baiklah" jawab Tisha setuju.
Tolong jangan buat aku percaya diri kalau kamu perhatian padaku kak Ray. ucap gadis itu dalam hatinya, memendam kesedihan.
Sebelum pulang ke rumah mereka, Tisha dan suaminya makan malam bersama di restoran yang ada di dalam hotel itu. Ray berinisiatif memesankan makanan untuk Tisha, hal yang tidak pernah di lakukan olehnya selama 2 tahun menikah.
Suasana makan malam itu terasa hening karena dua-dua nya tidak saling bicara. Sesekali Ray menatap Tisha dengan tatapan heran penuh pertanyaan, kenapa sang istri yang biasanya selalu cerewet padanya, mendadak jadi pendiam. Disisi lain, Tisha juga menatap suaminya dengan heran, bercampur bingung, karena Ray tidak bersikap seperti biasanya.
Setelah selesai makan malam yang hening, mereka berdua berada di tempat parkir dan bersiap untuk pulang ke rumah.
"Pak, apa tidak perlu saya yang menyetir?" tanya seorang pria paruh baya berjas rapi, dia adalah Gerry, sekretaris Ray.
"Tidak usah, aku pulang dengan istriku. Jadi, aku akan menyetir sendiri" ucap Ray sambil mengambil kunci mobil yang ada di tangan Gerry.
"Baik pak" jawab Gerry patuh " Hati-hati di jalan, Presdir dan nyonya " Gerry memasang senyuman ramah pada pasangan suami-istri itu.
Tisha membalas senyuman Gerry dengan senyuman ramah juga. Melihat istrinya tersenyum pada pria lain, sekilas pandangan tajam dari mata Ray tertuju pada sekretarisnya itu.
Apa aku berbuat kesalahan?. Batin Gerry yang merasa ngeri melihat tatapan tajam dari bos nya itu.
Ray berinisiatif membukakan pintu mobil untuk istrinya lebih dulu. Kemudian ia menyetir mobil dan pulang menuju ke rumah mereka. Di dalam perjalanan hanya keheningan lagi yang tercipta, mereka tidak bicara satu sama lain bahkan sampai pulang ke rumah.
KLAK
Tisha membuka pintu rumahnya lebih dulu karena ia yang selalu memegang kunci, Ray mengikutinya dari belakang. Terlihat rumah yang gelap karena lampu yang padam.
Entah kenapa perasaan Tisha berdebar sangat kencang mengingat apa yang akan ia katakan pada Ray. Perlakuan Ray padanya hari ini membuatnya berpikir pikir lagi, haruskah ia melakukan nya saat itu juga?
"Tidurlah, kamu pasti lelah," ucap Ray pada istrinya, sambil menghempas kan tubuh kekarnya di sofa empuk yang berada ditengah rumah. Tangannya melonggarkan sedikit tali dasinya yang tampak menyesakkan nya.
Tisha, kamu harus berani. Cukup! kamu harus menyudahi semuanya pada detik ini juga.
Tanpa bicara apa-apa, gadis itu masuk ke dalam kamarnya. Beberapa saat kemudian ia kembali dan membawa sebuah map berwarna merah. Gadis itu menghampiri Ray yang tengah rebahan di sofa. Ia ikut duduk, namun duduk di depannya.
"Kamu belum tidur?" tanya Ray dengan nada dinginnya, sambil melirik ke arah Tisha yang sudah duduk di sofa yang ada di hadapan nya.
Ada apa dengannya hari ini?dia tampak pendiam tidak seperti biasanya? dia bahkan tidak tersenyum padaku. Hanya tersenyum palsu saja yang ia tunjukkan. batin Ray heran
Tisha, ini pilihan terbaik. Kamu harus lepas dari semua perasaan ini, dengan cara ini kamu akan bebas dari cinta yang mengikat hatimu.
Dengan hati yang berat, tangan yang gemetar. Tisha memberanikan dirinya untuk membuka map berwarna merah itu.
"Kak, aku mau bicara," ucap Tisha dengan nada yang serius.
Cukup! aku harus menyudahi semuanya. Ini sudah benar. Hatinya berteriak kesakitan, terasa berat untuknya mengatakan ini semua.
Ray yang tadinya sedang rebahan santai, segera duduk dengan tegap. Ia menatap wanita yang ada di depannya itu dengan serius.
"Ya, aku dengar"
"Kak, aku mau cerai!" seru Tisha tegas.
Akhirnya aku mengucapkan nya juga.
DEG!
Ray terdiam, seolah ia sedang menerka apa yang baru saja ia dengar. Mencerna apa yang baru saja masuk ke telinganya itu. Apa katanya? istrinya mengajak cerai?.
Dengan susah payah mengumpulkan nyalinya, Tisha menunjukkan surat cerai itu ke hadapan Ray.
"Sesuai kesepakatan jika aku bisa membayar hutangku, aku bisa bercerai dari kakak. Aku sudah punya setengahnya, tapi setengahnya lagi akan ku berikan nanti setelah aku menjual rumahku. Aku ingin bercerai sekarang! " jelas Tisha dengan wajah yang serius.
Dia pasti akan langsung setuju bercerai, toh dia tidak mencintai ku. Setelah bercerai dariku mungkin dia akan bersama dengan mantan pacarnya si rubah itu. Siapa pun dan apapun itu, aku tidak boleh peduli padanya lagi. kata Tisha dalam hatinya penuh percaya diri.
Ray tidak bergeming, wajahnya yang selalu datar kini tampak menunjukkan sebuah emosi. Emosi yang bernama kemarahan, ditambah tangannya terkepal dengan gemas.
"Cerai? Jangan mimpi! Bisa apa kamu tanpaku?" tanya Ray sambil mengambil surat cerai yang berada di map merah itu.
Jadi sikap anehnya hari ini karena dia ingin bercerai dariku? apakah ada pria lain di hatinya?
"APA?" Tisha terperangah melihat ke arah suaminya yang tampak marah itu.
Apa masalahnya? kenapa Ray tidak setuju sesuai dengan apa yang dipikirkan nya?
SREK
SREK
Raymond merobek robek surat cerai itu, robekan kertas itu pun berserakan ke meja yang ada di depan sofa. Tisha tidak mengerti kenapa suami nya bersikap seperti itu.
Apa ini? kenapa tidak sesuai dengan apa yang ku pikirkan?
"Kenapa kakak merobek surat nya? aku kan sudah bilang aku akan membayar hutang ku. Jadi ceraikan aku saja!" ucap Tisha penuh kesedihan di dalam hatinya.
Tangan Ray menekan pipi Tisha dengan keras, tangannya yang satu lagi meraih tubuh mungil Tisha hingga tubuh mereka berhimpitan.
"Cerai? Hah! kamu tidak akan bisa! Jika kita bercerai, hanya aku yang bisa mengajukan cerai!" seru Ray sambil menatap tajam istrinya dan mendekap tubuh istrinya
Dia kenapa sih? Kenapa malah jadi begini?
...--***--...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
Rizal Zanuar Jr.
baru mendarat,setelah terombang ambing di novel kultivasi.pengen ganti suasana biar gx boring,baca cinta cintaan dulu.pdhl suka bikin badmod klo bca novel genre kek gini bikin emosi jiwa,tpi gpp buat ganti suasana
2023-03-05
2
Nur Khasanah
keren kak
2022-11-15
1
Umi Abi
mampir 🚀🚀🚀
2022-08-05
1