Si tukang bunga yang tidak bersalah itu berada dalam keadaan tidak menguntungkan. Dia bertemu dengan manusia dingin dan kejam, bernama Raymond Argantara. Benar-benar hari yang sial untuk pengantar bunga kecil seperti dirinya.
"Berikan bunganya padaku" kata Ray dengan nada suara yang memerintah
"Ma-maaf pak, tapi saya tidak bisa memberikan nya" wajah si tukang bunga itu mulai mengeluarkan keringat, entah apa sebab nya.
Gerry yang melihat nya juga merasa merinding, ia merasa iba pada si tukang bunga yang akhirnya harus berhadapan dengan pria seperti Ray.
Pak Presdir sekarang sepertinya bom yang akan meledak. ucap Gerry dalam hatinya
"Kenapa tidak bisa?"tanya Ray sinis
"Saya diperintahkan un-untuk memberikan bunga nya langsung pada orangnya"
"Aku suaminya, jadi aku saja yang terima bunga ini" Ray mengambil paksa buket bunga mawar pink yang besar itu dari tangan si tukang bunga. Ray menatap tajam buket bunga itu, ia juga melihat ada kartu ucapan di buket bunga itu.
"Tolong pak jangan seperti ini, saya hanya sedang menjalankan perintah dan amanah dari pemesan bunga ini, untuk Bu Latisha" ucap si tukang. bunga memohon
Bisa mati aku, kalau bos tau aku tidak menjaga amanah orang yang memesan bunga ini.
Ray tidak menggubris si tukang bunga yang sedang memohon padanya, mata Ray kini terfokus pada kartu ucapan yang datang bersama dengan buket bunga itu.
...Tisha, aku tidak tau alamat rumahmu. Jadi aku kirim ke kantormu. Benar-benar sebuah kehormatan untukmu loh..menerima bunga dari orang besar seperti ku...😘🤗...
...Dari teman lamamu, coba siapa tebak?...
Emot cium? emot peluk? ini pasti dari seorang pria. Sudah kuduga, alasannya meminta cerai karena dia berselingkuh dengan pria lain. Kurang ajar!
Gerry dan si tukang bunga itu langsung membeku melihat buket bunga itu di hancurkan oleh Ray di depan mata mereka. Si tukang bunga seperti nya akan menangis, seperti hatinya sendiri yang hancur.
Ray langsung membuang bunga itu dan kartu ucapan nya ke tempat sampah begitu saja. Sudah dapat ditebak bagaimana wajah pria itu saat marah, seakan semua orang yang ada di sekitar nya akan ikut hancur bersamanya. Tanpa bicara apa-apa lagi, Ray mengeluarkan uang berwarna merah dari dompetnya yang tidak tau berapa jumlahnya, dan ia berikan para si tukang bunga itu.
"Enyah dari hadapan ku sekarang juga!" ujar Ray kesal
"Tapi pak saya..." si tukang bunga terlihat bingung
"Apa uangnya tidak cukup? Gerry, aku tidak punya uang cash lagi..Berikan dia berapapun yang dia mau, asal dia enyah sekarang juga!" teriak Ray marah
"Pak tenang dulu, anda jangan emosi." kata Gerry menenangkan
Gerry pun terpaksa meminta kepada si tukang bunga untuk pergi dari sana, melihat emosi Presdir nya yang sedang meluap-luap seperti api membara. Dengan berat hati si tukang bunga itu pun pergi, memegang banyak uang dari Gerry dan Ray.
"Apa ini yang namanya berkah di balik kesialan? orang itu menyeramkan sekali. Untung saja uangnya banyak dan wajahnya tampan. ckckck ada ada saja" gumam si tukang bunga itu sebelum melangkah pergi menuju ke motor bebek yang dikendarai nya yang ada di depan jalanan kantor itu.
Tisha baru saja menyelesaikan urusan nya di kamar mandi dan bergegas pulang ke rumahnya sendiri. Bukan ke rumah tempat ia dan Ray tempati bersama, karena ia sudah membulatkan tekadnya untuk bercerai.
Bertahan disisi pria yang ia cintai dengan keadaan yang tidak jelas, Tisha memilih mundur. Ya benar, inilah yang terbaik untuk nya. Semakin erat digenggam akan semakin sakit, lebih baik melepaskan.. maka hati tak akan terasa berat dan sakit lagi. Begitulah pikir Tisha secara rasional.
Akan tetapi, hatinya tidak berfikir demikian...
Tisha melihat pria itu masih berdiri menunggunya di depan pintu yang luas di depan gedung Argantara grup yang megah itu. Pria yang ia panggil suaminya, wajah tampan, tubuh tinggi, segalanya tampak sempurna dari luar.
"Kenapa kakak masih disini?" tanya Tisha pada suaminya itu
Tanpa ekspresi dan tanpa kata, Ray menarik tangan Tisha dengan kasar. Menyeret wanita itu tanpa ampun, tanpa ada kesempatan Tisha untuk melawannya. Gerry tampak kaget melihat Presdir nya yang semarah itu, ini pertama kali ia melihat Presdir nya seperti itu.
Tubuhnya yang mungil dan cukup ringan bagi Ray itu, membuatnya dengan mudah di seret oleh Ray.
"Apa yang kamu lakukan? lepaskan aku!" Tisha terkejut menerima perlakuan seperti itu dari Ray, ini juga pertama kali baginya.
Ray mendorong gadis itu masuk ke dalam mobil nya, lalu menutup pintu mobil tanpa memikirkan keselamatan Tisha.
"Pak, biarkan saya yang menyetir" kata Gerry dengan perasaan tegang, ia memberanikan dirinya bicara dengan Presdir yang terlihat murka itu.
"Bicara sepatah kata lagi, aku pecat kau!" Jari Ray menunjuk pada Gerry, penuh amarah.
Mulut Gerry tak berani bicara apa-apa lagi, mulutnya terbungkam rapat. Perasaan nya tampak tegang melihat Ray mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Nyonya, semoga nyonya baik-baik saja" Gerry mengatupkan tangannya seraya berdoa untuk keselamatan Tisha.
🍂🍂🍂
Mobil yang dikendarai Ray dan Tisha masih melaju dengan kecepatan tinggi, Tisha mulai ketakutan dengan cara mengemudi Ray yang terbilang gila itu.
"Apa yang kakak lakukan? kakak gila ya? menyetir yang benar!" seru Tisha
"Entahlah, apa saat ini aku bisa menyetir dengan benar atau tidak." gumam Ray dengan nada bicara nya yang dingin
Tisha terperangah melihat sikap suaminya yang berubah menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Padahal tadi suaminya itu baik-baik saja.
Apa ada sesuatu yang membuatnya marah? tapi kenapa? siapa dan apa?
"Baiklah, apa ada seseorang yang membuatmu marah? kakak bisa menceritakan nya padaku, kita bicara baik-baik. Jangan melampiaskan nya pada hal lain" ucap gadis itu dengan nada lemah lembut.
"Bicara baik-baik?" Ray sedikit menoleh pada Tisha, dengan sorot mata yang penuh murka.
Matanya seperti api yang membara, yang siap menyambar siapa saja yang menyentuh nya. Begitulah kondisi Ray saat ini.
CKITTT...
BRUAKK
Sebuah tong sampah di depan rumah, penyok terlindas oleh mobil berkecepatan tinggi itu. Tisha ketakutan melihat suaminya ngamuk.
Ray memberhentikan mobilnya di depan rumah yang ditempati nya bersama sang istri. Tanpa peduli memarkirkan mobilnya dimana, ia menyeret Tisha keluar dari mobil.
"Kak.. kakak kenapa seperti ini?" tanya Tisha yang tangannya ditarik oleh Ray
Kenapa dia membawaku kemari? aku kan sudah bilang tidak mau tinggal lagi bersamanya? dan kenapa dia murka padaku?
Ray tidak bicara apa-apa, ia hanya menyeret gadis itu masuk ke dalam rumah.
Di dalam rumah, terlihat bi Ani sedang membereskan ruang tamu. Bi Ani tidak sengaja melihat pertengkaran suami istri itu.
"Bi Ani! keluar!" teriak Ray membentak
"Tu-tuan.. " Bi Ani melirik ke arah Tisha yang hampir menangis karena kekasaran Ray padanya. Bi Ani seperti nya mencemaskan Tisha.
"Aku tidak suka mengulangi ucapan ku!" Ray membentak lagi pembantu rumah tangga itu.
Bi Ani, tolong jangan pergi. Kumohon...bi.. jangan tinggalkan aku sendiri bersamanya. Tisha melirik pada Bi Ani dengan wajah memelas.
Bi Ani tak berdaya, apalah kuasanya untuk membantah majikan? ia hanya seorang pembantu yang dibayar untuk membereskan rumah saja. Bi Ani keluar dari rumah itu, hingga sekarang hanya tinggal Tisha dan Ray saja yang berdua di dalam rumah itu.
KYAAA.....
Tisha berteriak, ketika tubuhnya di hempaskan oleh Ray ke ranjang tempat suaminya selalu tidur.
"Kak Ray, kamu ini kenapa? kenapa kamu begini?" tanya Tisha
Ray melempar kartu ucapan yang sudah di remas-remas olehnya ke wajah Tisha. Ray berusaha mengatur napasnya, mengatur kemarahan yang sudah memenuhi pikiran nya dengan duduk di samping Tisha.
Tisha mengambil kartu ucapan yang sudah di remas-remas oleh Ray. Kemudian ia membacanya.
Ini pasti Zayn.
"Siapa pria itu?" tanya Ray datar
"Maksud kakak, orang yang mengirim kartu ucapan ini?" tanya Tisha
"Memangnya siapa lagi?" suara Ray mulai meninggi
"Dia adalah teman lamaku saat di sekolah menengah atas"
"Teman lama? kamu pikir aku akan percaya? teman macam apa yang mengirim kartu ucapan dengan emot cium dan emot peluk?"
Perasaan Tisha terasa aneh, mendengar omelan suaminya. Tisha tersenyum dan memegang tangan Ray pelan-pelan.
"Apa kakak cemburu?" tanya Tisha dengan mata yang berbinar-binar menatap suaminya.
"Cemburu?"
Apa benar ini cemburu? tidak mungkin, jika aku cemburu.. itu artinya aku mencintainya. Aku kan tidak mencintai nya. Kemarahan ini karena aku merasa dikhianati oleh orang terdekat ku saja. Bukan cemburu!
Tisha merasa senang, ia yakin kalau Ray mulai mencintainya. Terbukti dari kemarahannya itu menunjukkan bahwa suaminya cemburu, karena ada seorang pria yang mengirimkan kartu ucapan padanya.
Namun harapannya sirna saat Ray menepis tangannya dengan kasar, lagi-lagi Tisha di jatuhkan dengan begitu kejam!
"Ya kan? kamu cemburu?" tanya Tisha sekali lagi.
"Mengapa aku harus cemburu padamu? aku tidak punya perasaan apapun padamu" jawab Ray dengan nada sarkastik yang menusuk hati
"Kamu tidak akan mengakuinya, bahkan sampai akhir pun?" tanya Tisha sambil beranjak dari ranjang nya tempat duduk. Air mata sudah menggenang di bawah matanya, bersiap untuk jatuh.
"Mengakui apa? bahwa aku mencintaimu? tidak, aku tidak akan pernah mencintai siapapun lagi."
Ray tampaknya masih trauma dengan cinta dan itu karena Zefanya. Gadis pertama yang ia cintai, dan menjadi kekasihnya selama 7 tahun. Tapi pada suatu hari Zefanya meninggalkan Ray dan pergi bersama pria lain. Sejak saat itu Ray tidak pernah membuka hatinya untuk siapapun lagi, terutama percaya pada cinta. Karena baginya cinta adalah pembodohan.
"Lalu kamu menganggap ku apa? jelaskan padaku kenapa kamu begini? kenapa kamu marah kalau bukan cemburu?" tanya Tisha sambil menggigit bagian bawah bibirnya
"Haa.. mana mungkin aku cemburu padamu? apa artinya bagiku? aku hanya menganggap mu seorang teman hidup, aku butuh kamu sebagai pendamping yang sempurna. Setiap hari menyiapkan makanan untukku, menyambut ku saat pulang kerja di rumah ini, aku ingin kamu memperhatikan ku setiap hari. Hanya begini lah aku menganggap mu" jelas Ray
JLEB!
Bagaikan tertusuk benda tajam, begitulah hati Tisha saat ini. Apa ini yang namanya sakit tidak berdarah?
Rasanya sangat sakit, menusuk, lukanya tidak terlihat di luar, entah bagaimana juga mengobatinya? Apakah dengan plester? dengan obat merah? atau di balut perban? tentu saja tidak bisa!
Karena hatilah yang terluka, bagian terdalam dan sensitif di dalam tubuh manusia...
Air mata jatuh perlahan membanjiri pipinya, setelah mendapatkan jawaban yang egois dari suaminya. Ia mengerti bahwa suaminya menginginkan cinta dan kasih sayang dari seseorang, dia ingin diperhatikan. Tapi, ia tidak mau membagikan perhatian dan membukanya untuk orang lain. Apa yang ia harapkan dari pria yang selalu menutup hatinya dari kenyataan?
"Kamu menang kak.. aku menyerah.." Tisha sudah kehilangan kata-kata, ia memegang kepalanya. Menegakkan kepalanya, bertujuan agar air mata tidak jatuh lagi, namun sial ! air mata nya tidak berhenti menetes.
Aku tidak mau dipermainkan lagi, sudah cukup kamu membuat lubang besar di hatiku.
"Apa maksud kamu?" tanya Ray dengan nada dinginnya, tanpa perasaan. Pria itu sama sekali tidak bergeming melihat Tisha menangis. Wajahnya sama sekali tidak berubah.
"Aku sudah kehabisan kata-kata, tapi kakak bisa mendengar satu hal terakhir dariku. Apapun yang kakak lakukan ke depannya, tidak bisa membujuk ku lagi untuk kembali ke jalan ini. Apa yang sudah kakak lepaskan, tidak akan kembali dengan mudah. Apa yang sudah hancur tidak akan bisa kembali seperti semula" jelas Tisha sambil bercucuran air mata
"Apa maksud perkataan mu ini? jangan bermain kata denganku! katakan saja intinya!" teriak Ray kesal
"Itu adalah hatiku, aku tidak akan kembali. Tinggallah sendirian, cintai dirimu sendiri." Tisha menatap suaminya dengan tajam, ia menunjukkan wajah yang terluka.
Hatiku, tidak akan ditawan lagi olehmu. Aku ingin bebas dari tawanan mu, Raymond.
Tisha pun melangkah pergi keluar dari rumah itu, saat sampai di depan rumah. Ray menyusul Tisha, ia tampak kesal.
"Kamu mau pergi kemana?! Kembali kemari!" teriak Ray
Tisha mengabaikan Ray, ia melangkah terus sampai ke depan gerbang. " Kalau kamu bergerak satu langkah lagi, aku tidak akan membiarkan mu masuk ke dalam rumah ini lagi" ancam Ray pada Tisha
"Bagus, jangan pernah bawa aku ke rumah ini lagi. Terimakasih semuanya, surat cerai dan semua hutangku akan ku lunasi semuanya! " seru Tisha kesal
Ray menelan saliva nya, matanya tampak sedih melihat istrinya pergi meninggalkan nya. Tapi ia tetap diam di tempat, malah melampiaskan nya pada tembok.
"Sialan!! Sialan!! kenapa aku ditinggalkan lagi??! kenapa??!" punggung tangan Ray berdarah karena memukul tembok rumahnya.
Petir menggelegar, langit yang mendung, menandakan akan segera turun hujan. Mungkin saja? karena langit mendung tidak selalu hujan.
Tisha masih berjalan menyusuri trotoar, dengan hati yang hancur. Air mata yang mengucur, mengiringi langkahnya.
ZRASHH...
Lalu hujan pun turun dengan derasnya, bersama air mata yang mengalir di wajahnya. Tangisannya semakin menjadi-jadi di tengah hujan, beruntungnya disana tidak ada siapapun yang lewat.
"Bagus sekali, waktu yang tepat.. hujan ini datang disaat yang tepat, menyapu air mataku...hu... hiks " Tisha menangis tersedu-sedu, meratapi nasibnya yang harus sendirian disaat seperti ini..Tanpa siapapun disisi nya.
Disakiti oleh cinta pertama nya..
Menikah tanpa cinta..
Hidup bergelimang hutang, bukannya bergelimang harta..
Tisha tak punya tempat bergantung selain dirinya sendiri.
Kakinya melangkah sudah sampai perempatan jalan, ia melihat ada seorang pengamen jalanan sedang menyanyikan sebuah lagu sambil memainkan gitarnya di sebuah warung makan pinggir jalan.
🎶🎶🎶
Aku kira perbedaan yang menyatukan kita
Setelah sekian lama kini semuanya sirna
Apakah yang terbaik cinta harus berakhir?
Ini semua karena mu, terserah apa mau mu
Aku masih bisa berdiri dan menatap matahari
Meski tak lagi tempatku di hatimu,
ooh
Tak perlu ku mengejarmu karena kau takkan kembali
Cinta kini tak untukku
Cintamu bukan untukku
Hoo-ho-ooh
Bukankah dulu begitu besar cintamu?
Entah apa yang terjadi di hatimu (di hatimu)
Oh, di hatimu (di hatimu)
Di hatimu, uuh
🎶🎶🎶
Mendengar nyanyian si pengamen itu, Tisha menangis semakin terisak. Ia tak peduli air hujan yang sudah membasahi tubuhnya. Yang jelas semua air mata itu tumpah!
...---***---...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments
Dinna millinia
kenapa kabur ya set² sih, kirain awal ya kaburnya ke luar kota atau luar negeri ehh gak tau ya cuma begitu mana ttp stay di kantor pula 🙈 klo emng udh bulat seharusnya ke intinya bukannya set² begini
2022-10-02
0
Umi Abi
ya ampun begitu banget ya
2022-08-05
0
Lovely
No komen 😵😏
😥😫😢😢😢😢😢 mereka brtengkar, aku yg trluka 😭😭😭😭😭😭
2022-05-27
0