Sinar mentari mulai masuk melalui celah-celah jendela yang ada di kamar itu. Cahaya mentari membuat silau mata yang melihatnya. Tisha terbangun karena nya.
Sudah jam berapa ini hingga sinar mentari sudah terlihat? dan sesuatu apa yang sedang disentuhnya itu? ia seperti menindih sesuatu, tapi bukan guling atau bantal yang empuk. Sesuatu yang cukup keras dan berotot berada di sampingnya.
Tisha kaget bukan main, melihat suaminya dengan telanjang dada sedang dipeluk olehnya. Sesaat Tisha terdiam menikmati keindahan wajah tampan suaminya dari jarak dekat, memanfaatkan keadaan Ray yang masih tertidur.
Selama menikah, gadis itu tak pernah bisa melihat wajah Ray dari dekat. Mendekatinya pun, Tisha tak bisa karena tidak memiliki keberanian masuk melewati batas perjanjian kontrak menikah mereka.
Walaupun hanya sebatas transaksi, Tisha selalu menjalankan tugasnya sebagai istri dengan patuh. Baginya bisa melihat orang yang ia cintai dari dekat dan melayaninya, membuat orang itu bahagia, sudah cukup baginya.
Namun, tanpa ia sadari ia menginginkan lebih. Ia mengharapkan cinta dari suaminya, bukan cinta sepihak seperti yang ia rasakan.
***
Pelan-pelan, Tisha bergerak menuruni ranjangnya agar ia tak membangunkan suaminya. Tisha melihat ke arah Ray yang masih tidur di ranjang nya, entah kenapa ia malu melihat tubuh Ray yang telanjang dada itu.
Aku tidur dengannya? ah.. ini pasti sudah gila. Kenapa aku bisa berada di ranjang bersamanya? seingat ku, aku berada di sofa tapi kenapa aku bisa ada di ranjang bersama nya? tubuhnya.. bagus sekali, iya sih dia rajin berolahraga setiap hari Sabtu. Tapi aku tidak tau tubuhnya akan sebagus ini. Ah... Tisha apa yang kamu pikirkan? otakmu itu.. kenapa sih?
Wanita itu malu-malu melihat suaminya yang telanjang dada. Ia semakin malu saat melihat bibir suaminya yang ada sedikit noda lipstik di sana.
"Itu pasti lipstick ku.. warnanya sama. Semalam kami berciuman, aku berciuman dengan nya dengan bibir itu... " gumam Tisha sambil memegang bibirnya
Tisha menggeleng geleng, berusaha menyingkirkan apa yang sudah terjadi semalam antara ia dan Ray. Menganggap tindakan pria itu karena kesepian saja, toh Ray sudah memperjelas kalau dia tidak mencintai nya.
Tangan Tisha menyentuh kening Ray pelan-pelan, mematikan kalau pria itu tidak demam. Karena Tisha tau jika Ray telat makan, maka maag nya akan kambuh dan ia akan demam.
"Syukurlah" ucap nya lega, sambil melihat ke arah jam dinding di kamar itu yang menunjukkan pukul 6.30.
Buru-buru Tisha menyiapkan baju yang akan dipakai oleh suaminya ke kantor, setelah itu ia pergi ke kamar mandi untuk mandi.
SRASHH---
Terdengar suara air mengalir dari kamar mandi yang ada di kamar itu. Setelah yakin Tisha sedang mandi, Ray yang tadinya terlihat tidur pulas. Langsung bangun.
"Hahh HAH.. akhirnya aku bisa bernapas " Ray menghela napas nya. Dia seperti habis berlari saja.
Sial! kenapa aku harus melakukan ini? kenapa aku harus pura pura tidur di depannya?Kenapa aku malu? apa karena semalam? bisa gila aku.. harus bagaimana aku menghadapi nya? aku seperti orang yang berdosa saja. Ciuman itu bukan kesalahanku, wajar kan kalau aku menyentuh istriku.
Ray tidak sadar bahwa istri yang selalu ia abaikan selama 2 tahun itu bisa mengacaukan pikiran nya yang yang selalu rasional dan bertindak sesuai logika. Kejadian semalam itu adalah contohnya, bahwa Ray sudah bertindak sesuai hatinya, bukan logikanya. Ciuman semalam rupanya sudah membekas ke dalam pikiran dan hatinya, ia merasa malu sendiri dengan tindakan nya.
***
Perhatian Tisha pada Ray masih terlihat walau sedikit. Entah karena mereka sedang di rumah besar, makanya Tisha bersikap seperti istri yang baik. Atau karena Tisha memang benar-benar masih perhatian dan peduli pada Ray.
Kedua hal itu menjadi pertanyaan terbesar Ray, dan hatinya berharap kalau Tisha akan memperhatikan nya seperti dulu lagi.
Setelah kejadian berciuman semalam, Tisha dan Ray terlihat sama-sama canggung. Bahkan saat mereka masuk ke dalam mobil untuk pergi ke kantor bersama, tidak ada topik yang bisa dibicarakan.
"ehem, kenapa kamu tidak membuatkan ku bekal makan siang lagi seperti biasanya?" tanya Ray yang tangannya memegang kemudi
"Aku malas"
"Jawaban macam apa itu?"
"Kakak tidak tanya kenapa aku malas?" tanya Tisha
"Tidak "
"Kakak selalu menghindar setiap kita mau bicara serius tentang hubungan kita. Kali ini aku tidak bisa tinggal diam dan harus memperjelas semuanya, pertama-tama maafkan aku. Mulai hari ini aku tidak bisa tinggal denganmu lagi" jelas Tisha dengan suara yang pelan.
DEG!
Ray tersentak mendengar Tisha tidak akan tidak lagi dengannya. Tangannya sedikit gemetar, hatinya juga tidak tenang.
"Kamu tidak boleh pergi " ucap Ray tidak terima
Rumah tanpa ada kamu di dalamnya, bukanlah rumah. Bagaimana bisa kamu pergi?. Ray memiliki ketakutan di dalam hatinya, takut akan kepergian Tisha akan membuat rumahnya sepi lagi.
"Tapi aku akan tetap pergi, aku juga sudah memindahkan barang-barang ku. Lebih baik kita hidup terpisah sebelum bercerai" Tisha tersenyum, senyum yang pahit. Keputusan nya sudah bulat untuk mengakhiri hubungan pernikahan kontraknya yang niatnya sudah salah sejak awal.
"Lagi-lagi CERAI? ini masih pagi dan kamu sudah membuatku marah?" Ray memberhentikan mobilnya di tengah jalan, ia marah lagi pada istrinya.
"Sejak awal pernikahan kita adalah kesalahan. Tidak perlu menunggu 5 tahun untuk mengakhiri nya"
"Aku tidak akan menceraikan mu, tidak mau!" seru Ray
"Bisa katakan alasannya kenapa tidak mau bercerai?" tanya Tisha tegas
Pertanyaan Tisha tidak bisa dijawab oleh Ray. Bukannya Ray tidak bisa menjawab nya, tapi ia bingung bagaimana harus menjawab nya dan mulai dari mana.
"Karena kamu mencintai ku "
"APA?"
"Kamu mencintaiku, jadi orang yang mencintai ku harus ada di sisiku."
"Alasan apa itu? pemikiran macam apa itu? hanya karena aku mencintai kakak, jadi aku harus selalu ada disisi kakak, begitu kah? meskipun kakak tidak mencintai ku? sungguh egois! " Tisha mulai marah, terdengar dari suaranya yang mulai meninggi.
"Selama dua tahun, kita hidup dengan aman dan nyaman saja. Aku juga merasa nyaman denganmu, lalu apa masalahnya?"
"Haha.. " Tisha tiba-tiba tertawa, ia menertawakan masa masa dua tahun pernikahan nya dengan Ray.
Hanya kamu yang merasa nyaman, tapi aku tidak. Aku tersiksa dengan perasaan ini sendirian, aku menunggu mu.. tapi kamu tidak pernah menyambut ku.
"Kenapa kamu tertawa?" tanya Ray heran
"Kenyamanan itu hanya untukmu saja, aku tidak merasakannya. Kamu tau kenapa kak? itu karena aku selalu berdiri di belakang mu, aku menunggu mu seperti orang bodoh, berharap kamu akan menyambut ku... tapi kamu selalu mengabaikan kan ku? kakak pikir aku nyaman?"
"Lalu apa ini salahku? sifat ku memang begini, kamu juga tau kan?" tanya Ray tidak mau tahu
"Tidak, sifat kakak tidak seperti ini pada si rubah itu. Maksudku nona Zee.. "
"Memangnya sikapku pada dia seperti apa?" tanya Ray tak paham
"Kenapa tidak berkaca sendiri apa yang sudah kakak lakukan dengan mantan pacar kakak yang tersayang itu? " tanya Tisha sedih.
Apa sih yang dia bicarakan?. Ray tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Tisha. Karena Ray benar-benar tidak ada perasaan lagi pada mantan pacarnya yang sudah mengkhianati nya itu. Baginya pengkhianatan adalah dosa tak termaafkan.
Aku ingat, malam itu aku menunggu lama di depan restoran tempat kita akan janjian makan malam, lalu aku melihat kak Ray dan wanita itu masuk ke dalam kamar hotel. Aku masih ingat bagaimana wanita itu tersenyum mengejekku, tidak menghargai ku sebagai istrimu. Aku tidak akan lupa...
"Kalau kakak butuh seseorang disisi kakak, pergi saja bersamanya. Karena aku juga akan pergi dengan pria lain setelah bercerai darimu" kata Tisha, berusaha tenang.
"Apa kamu bilang? ternyata benar, ada pria lain kan? makanya kamu bersikeras meminta cerai!!" teriak Ray marah
"Kenapa jadi ad pria lain? bukankah kita sedang membahas mu dan si rubah itu?" tanya Tisha tak mengerti, dia merasa tidak nyambung bicara dengan Ray.
Tak tahan dengan perdebatan yang tidak tahu kapan akhir nya, Ray pun mengusir Tisha dari mobilnya dengan kasar. Meninggalkan nya di tengah jalan yang jauh dari angkutan umum. Tisha melihat mobil yang dikendarai suaminya mulai menjauh.
"Sialan! pria brengsek, dia benar-benar meninggalkan ku? es batu tetap saja es batu! Astagfirullah.. apa aku mengumpat barusan? haha.. aku bisa mengumpat.. haha.." Tisha tertawa sendiri dengan tingkah nya, ia tak pernah mengumpat dan tak pernah berkata kasar ternyata bisa mengumpat juga
Sama hal nya seperti Tisha, Ray juga tampak marah-marah di dalam mobil. Pria itu berpikir untuk memutarkan mobilnya dan kembali pada Tisha. Tidak seharusnya ia meninggalkan Tisha sendirian di jalan sepi itu, saat ia akan memutar balikkan mobilnya.
Ray terkejut melihat Tisha berada dalam mobil bersama seorang pria yang tidak dikenalinya.
"Apa pria itu adalah selingkuhan nya? sialan" gerutu Ray kesal
...🍂🍂🍂...
Tisha sampai lebih dulu di kantor, setelah diantar oleh teman kampusnya yang kebetulan bertemu di jalan. Dia bingung karena Raymond belum sampai ke kantor, padahal Ray yang lebih dulu pergi meninggalkan nya di jalan sendirian.
Tisha segera menyiapkan kopi untuk menyambut kedatangan nya, menjalankan tugasnya sebagai asisten pribadi Ray. Beberapa menit kemudian, Ray datang dengan raut wajah yang dingin dan tampak kesal.
"Selamat pagi pak" kata Tisha dan Gerry, menunduk dan menyambut Ray dengan formal juga hormat.
Ray tidak menjawab, apalagi melirik kedua orang yang menyapanya itu. Ia berlalu begitu saja dan masuk ke dalam ruangan nya.
"Gerry, masuk!" ujar Ray
"Baik pak" jawab Gerry
Ada apa dengan pak presdir? kenapa wajahnya begitu lagi? apa dia bertengkar lagi dengan nyonya? kenapa sih nyonya selalu membuatnya kesal?
Benar saja, suasana hati Ray sangat buruk. Hari itu adalah neraka bagi orang-orang yang menghadiri rapat perusahaan. Apalagi orang yang melakukan persentasi menjadi sasaran kemarahan Ray.
"Buat ulang!"
Berikutnya ada lagi kesalahan sedikit dari karyawan nya..
"Monyet saja bisa membuat laporan seperti ini! buat lagi!" teriak Ray pada salah satu bawahannya. Begitulah berulang kali Ray memarahi para bawahan nya, dari mulai manager, ketua tim, staf keuangan, bahkan cleaning servis saja terkena kemarahan nya. Beberapa dari mereka di pecat karena sedikit kesalahan.
Di luar ruangan Presdir itu, ada 3 orang karyawan lagi yang akan dipanggil. Mereka merasa deg degan, ketakutan kalau ia akan menjadi orang yang dipecat berikutnya oleh Ray.
"Bagaimana ini? sudah tiga orang dipecat oleh Presdir." tanya seorang pria gemetar
"Kita harus minta tolong pada siapa?" tanya seorang pria lainnya dengan wajah takut.
Ketiga orang lainnya yang dipecat sedang meratapi nasib mereka di luar kantor Presdir.
Gerry menghela nafas, ia tidak bisa berdiam diri saja melihat orang-orang itu dipecat karena kesalahan kecil. Emosi Ray saat ini seperti badai yang bisa menghancurkan siapapun yang ada didepannya.
" Pak Gerry, tolonglah kami.. kami tidak mau dipecat"
"Iya pak, tolonglah kami pak. Kami punya anak istri di rumah"
Ketiga karyawan yang nasibnya berada di ujung tanduk itu memohon pada Gerry, orang terdekat Ray untuk di selamatkan. Gerry juga sudah menasehati Ray agar tidak memecat mereka, akan tetapi emosi menguasai pikiran dan hatinya. Membuat pria itu tak bisa berfikir dengan jernih.
"Haa...baiklah saya akan coba bicara pada seseorang yang mungkin bisa meredakan amarahnya"
" Terimakasih sebelumnya pak Gerry"
Kasihan orang-orang ini. Baiklah, aku hanya bertaruh kalau nyonya bisa meredakan amarah Presdir, berarti benar penyebab emosi Presdir hari ini karena nyonya.
Gerry mengambil ponselnya penuh tekad, lalu menghubungi Tisha yang sedang bekerja di kantor Presdir. Saat Ray sedang sibuk memarahi salah satu karyawan nya. Tisha segera mengangkat telpon itu dengan suara setengah berbisik.
Ada apa pak Gerry menelpon ku? bukannya dia ada diluar? kenapa juga si es batu ini marah-marah terus? harusnya aku yang marah karena sudah ditinggal pergi. gumam Tisha di dalam hatinya
"Halo pak Gerry, ada apa?" tanya Tisha
"Nyonya, saya mohon tolong mereka. " ucap Gerry
"Mereka siapa? dan tolong apaan?" tanya Tisha
"Tolong hentikan Presdir agar jangan memecat mereka, hanya nyonya yang bisa" Gerry memohon
"Aku tidak tau apa maksud pak sekretaris. Aku tidak ada hubungan nya dengan ini, jadi aku juga tidak bisa menghentikan nya"
"Ini semua karena nyonya, suasana hati Presdir saat ini karena dia marah pada nyonya. Jadi, nyonya harus memenangkan nya. Saya mohon nyonya! kasihan mereka yang ada disini, mereka punya anak istri bahkan cucu yang harus di nafkahi" Gerry merengek pada istri bos nya itu
Masa sih? dia marah seperti ini karena aku? memangnya aku orang penting dalam hidupnya? konyol. Hanya karena marah padaku, dia melampiaskan nya pada orang lain? rasanya gak mungkin. batin Tisha berfikir
"Baiklah.. akan ku coba, tapi aku tidak janji ini akan berhasil"
"Saya mohon sekarang ya nyonya!" ujar Gerry
"Ya baiklah.. huftt.." Tisha menutup telpon nya, ia merasakan tatapan tajam dari suaminya yang sedang duduk di meja presdir.
Mana mungkin aku bisa meredakan amarahnya? pak sekretaris mikir apa sih. Tisha merasa tidak percaya diri kalau dia bisa meredakan emosi Ray yang meledak ledak itu.
Gerry tersenyum, ia sedikit lega setelah pembicaraan nya dengan Tisha dan berharap kalau Tisha berhasil membujuk Ray menarik kembali pemecatan terhadap karyawan karyawan di kantornya.
"Pak Gerry, anda menelepon siapa pak?"
"Nyonya Presdir" jawab Gerry
"Semoga saja nona Zefanya, bisa meredakan amarah pak Raymond ya" kata salah satu karyawan itu.
Nona Zefanya? kenapa mereka semua menganggap kalau dia adalah nyonya Presdir? ya ampun, ini salah paham besar. Pantas saja nyonya selalu bertengkar dengan Presdir, seperti nya ini adalah salah satu alasannya.
****
Tisha mendekati meja Presdir dan menyela omongan nya pada seorang karyawan. Ray yang tadinya sedang marah pada karyawan nya itu jadi terdiam.
"Mau berapa banyak lagi bapak memecat karyawan?" tanya Tisha
"Apa peduli mu? seorang asisten, lebih baik kamu kerjakan saja tugasmu di sana!" ujar Ray sinis
Kenapa dia peduli pada karyawan karyawan ku?. Ray menatap seorang manager keuangan yang sedang ada disana dengan tajam.
Hiiyy apa salahku? kenapa aku merasa seperti akan dibunuh oleh tatapan Presdir?
"Saya akan pergi makan siang, ini sudah waktunya makan siang" ucap Tisha sambil melangkah pergi
Emosinya sangat berlebihan, tapi aku harus memenangkan nya. Sigh..
"Hey! bagaimana bisa kamu..
Bagaimana bisa dia meninggalkan bos nya dan makan siang sendiri?
"Apa bapak mau makan siang bersama?" tanya Tisha sambil tersenyum pada Ray
Apa ini berhasil?. Tisha menunggu reaksi dari Ray.
Ray tidak bisa menolak ajakan Tisha, karena selama 3 hari itu Tisha selalu mengabaikan nya. Ia tak mau diabaikan lagi oleh istrinya.
"Aku beri kesempatan satu kali lagi padamu, pergi dan beritahu orang-orang di luar kalau mereka harus menyerahkan laporan nya kembali besok pagi. Harus sudah ada di mejaku " jelas Ray tegas
Apa aku selamat?
"Maksudnya, mereka tidak di-di pecat?" tanya manager keuangan gugup
"Apa kamu tuli? mau ku ulangi lagi ucapan ku?" tanya Ray kesal
"Tidak pak Presdir, saya mohon maafkan saya. Saya akan segera memberitahukan pada mereka, dan juga terimakasih "
Kata-kata dari asisten pribadi pak Presdir sangat berpengaruh pada Presdir. Pak Presdir langsung menurut padanya. Kedepannya aku harus baik-baik pada nona asisten, agar posisi ku aman.
Manager keuangan itu membawa dokumennya dengan wajah gembira, ia tersenyum pada Tisha, lalu berjalan melewatinya. Tisha sendiri tak percaya setelah melihat secara langsung bahwa emosi suaminya terpengaruh dari dirinya.
"Ngapain melamun disana? katanya mau makan siang?" tanya Ray yang beranjak dari kursinya, melihat Tisha berdiri mematung di depan pintu.
"Ah iya, saya akan makan siang sama pak Gerry."
"Kenapa dengan nya?"
Bukannya dia mengajakku?.
"Karyawan memang harus makan bersama karyawan kan?" Tisha tersenyum
"Kamu istriku, jadi makan siang bersama ku" kata Ray
"Tapi semua orang di kantor ini tidak tau kalau saya istri bapak, jadi tidak baik kalau kita makan bersama dan terlihat orang luar" kata Tisha sambil membuka pintu
"Sekarang aku sudah tidak peduli..aku tidak menyembunyikan nya lagi. " Ray memegang tangan Tisha dan menggandeng nya.
Kenapa aku masih merasa seperti ini? kenapa dia bersikap seperti ini lagi? tapi.. aku tetap ingin cerai..
Aku tidak akan melepaskan orang yang mencintaiku. Meskipun aku tidak mencintai nya.
Ray menggandeng tangan Tisha, mereka berdua berjalan bersama untuk masuk ke dalam lift. Semua orang disana melihat mereka bergandengan tangan, mereka mulai berbisik bisik dengan membicarakan Tisha dan Ray.
Hati Tisha menjerit bahagia, ia tak bisa memungkiri bahwa ia senang saat suaminya memegang tangannya. Hal yang tidak pernah di lakukan nya semenjak mereka menikah, dan yang di lakukan Ray kali ini bukanlah pura-pura.
...---***---...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments
Porman Siahaan
thor knp sih tulisanx bicara dlm hati, terus diulang lg yg didlm hati, jdbacax bosannnn
2023-03-31
0
Umi Abi
xixixi gedeg aku sama si es batu
2022-08-05
0
Lovely
Saya : Ray..!! Kamu itu gimana sih 😏
Cinta sama Tisha, ngak!! Tapi lihat Tisha senyum n perhatian ke org lain, marah n emosi 😡
Ray : Bodoh!!! Saya akan mempertahankan org yg mencintai saya 😤
Tisha : Kamu egois Ray 😵😲
Ray : Biarin 😏
Saya n Tisha : Dasar Hati Es 😡😠😤
2022-05-27
0