Setelah menyelesaikan semua pekerjaan nya, Ray dan Tisha bergegas menuju ke rumah besar. Wajah Tisha tampak tegang, ia seperti ketakutan akan sesuatu.
Melihat istrinya seperti itu, Ray mulai memberikan sedikit perhatian padanya. Mereka berdua sudah berada dalam mobil, dan dalam perjalanan ke rumah besar.
"Ada apa? apa kamu sakit?" tanya Ray
"Saya baik-baik saja" jawab Tisha
"Seperti nya tidak." jawab Ray sambil melihat ke arah istrinya yang duduk samping nya
"Tau apa bapak soal saya?" tanya Tisha malas
"Kenapa kamu bicara seperti itu? aku pikir kamu akan baik-baik saja dalam satu hari ini, tapi kenapa selama 2 hari ini kamu bersikap sangat aneh" tanya Ray pada Tisha, ia memberhentikan mobilnya, menepikan mobil nya dipinggir jalan.
Baru dua hari saja aku bersikap dingin padanya dan dia sudah seperti ini? lalu apa kabar denganku yang sudah dua tahun merasakan sikap dinginnya?. Tisha lagi-lagi kesal mengingat dua tahunnya yang terbuang sia-sia
"Dimana anehnya? dan kenapa saya tidak boleh bicara fakta? memang kenyataannya kalau bapak tidak tau apa-apa tentang saya " jelas Tisha
"Baiklah, kamu bersikap seperti ini karena ada yang kamu inginkan bukan? katakan saja apa yang kamu mau dan berhenti lah bersikap konyol " ucap Ray sinis
"Konyol? siapa yang konyol? aku?" suara gadis itu mulai meninggi.
"Bilang saja mau apa dan aku akan kabulkan keinginan mu"
"Oh baguslah kalau bapak mau mengabulkan nya, aku memang sedang ingin sesuatu." senyum pahit tertarik di bibir Tisha
Apa dia mau bilang itu lagi?. Batin Ray resah
"Tidak, jangan katakan apa mau kamu. Aku tidak mau dengar" ucap Ray sambil meremas setir mobilnya dengan erat.
"Katanya bapak mau mengabulkan keinginan saya? bapak tidak mungkin menarik ludah anda sendiri kan?" tanya Tisha memberanikan diri
"Kamu benar-benar ya!" Ray menatap Tisha dengan tatapan marah
"Saya mau cerai, saya mau cerai saya mau cerai!!!" teriak Tisha berulang kali mengucapkan nya, agar Ray mendengar dengan jelas apa yang ia inginkan.
"Aku akan menganggap tidak pernah mendengar nya " ucap Ray sambil menyalakan kembali mobilnya
"Jadi bapak mau seperti ini saja?saya serius pak, saya harus bercerai dari bapak!" ujar Tisha setengah berteriak
"Hentikan, kepala ku sakit mendengar mu berteriak terus!" Ray terlihat kesal mendengar istrinya mengomel meminta cerai.
Kenapa dia terus meminta cerai?sialan!
Ray pun melanjutkan perjalanan nya menuju ke rumah besar. Saking marahnya, Ray sampai menendang pintu mobil saat keluar dari mobilnya.
Tisha terpana melihat suaminya yang seperti itu, apa alasan Ray marah? Tisha tidak tahu, karena menurut pendapat nya, harusnya dia lah yang marah pada Ray yang tidak menghargai keputusan nya.
Apa juga salah Tisha? wanita itu hanya ingin melepaskan dirinya dari belenggu cinta nya pada Ray. Ia hanya ingin hati dan hidupnya terbebas dari perasaan nya sendiri. Maka berpisah adalah solusi yang terbaik untuknya.
Ray berjalan buru-buru mendahului Tisha. Wanita itu mengekori nya dari belakang. "Kalau bapak tidak mau bicara dengan saya sekarang, kita bicara setelah makan malam ini selesai " ucap Tisha pada pria yang berada di depannya dan membelakangi nya itu.
Seperti inilah kamu selalu membelakangi ku kak Ray. Selama dua tahun, aku lah yang selalu menatapmu dari belakang.
Langkah Ray terhenti, tangannya terkepal menahan kesal. Bibirnya tidak bisa bicara apapun, mendadak mulutnya menjadi kelu, lidahnya menjadi kaku seperti bertulang saja dan susah digerakkan.
Namun, ada salah satu bagian di dalam tubuhnya yang terasa sesak. Berdenyut-denyut kencang, entah kenapa. Ya, itu dia rasakan saat mendengar kata-kata Tisha, seakan-akan ia takut kalau istrinya akan mengatakan soal perceraian lagi.
Ray membalikkan badannya dan melihat ke arah Tisha yang berada tepat di belakang nya, ia sempat menatapnya. Tangan Ray menggenggam tangan Tisha.
DEG
DEG
Lagi-lagi Tisha berdebar karena nya. Niatnya untuk melupakan Ray tidak akan berjalan lancar selama mereka masih berada di dalam ikatan pernikahan dan sering bertemu.
"Jangan kepedean, aku memegang tangan mu seperti ini karena..."
"Saya tau, keluarga bapak harus melihat hubungan harmonis kita." potong Tisha
"iya itu benar, syukurlah kalau kamu tau" ucap Ray
Kenapa aku tidak senang mendengar nya? memang benar kan? di depan paman, bibi dan kakek, aku harus terlihat mesra dengannya. Entah kenapa aku merasa alasan aku memegang tangannya bukan karena ini saja. Lalu apa ya?
Tisha hanya tersenyum pahit, ia sudah biasa dengan perlakuan Ray yang dingin padanya. Ia pun membalas genggaman tangan Ray, menggandengnya, seolah ia adalah istri yang tidak terpisahkan dari suaminya.
Sama seperti dengan yang dirasakan oleh Tisha, kali ini dirasakan oleh Raymond. Ray merasakan bahwa ada yang salah dengan organ dalam tubuhnya saat bersentuhan dengan gadis cantik berambut panjang itu.
Tuh kan.. ini sudah ke berapa kali nya jantungku berdegup seperti ini. Saat memegang pinggulnya waktu di kantor, aku juga merasakan hal seperti ini. Saat menyentuh tangannya secara langsung, degupan nya semakin kencang dan terasa. Seperti nya aku butuh dokter. Ray menggandeng tangan istrinya semakin erat.
Mereka berdua masuk ke dalam rumah yang memiliki halaman yang luas itu, pintu nya juga lebar. Rumah yang memiliki 3 lantai itu terlihat sangat mewah. Disana tinggal Pak Faisal, Pak Dean, Bu Daniah dan kedua anaknya yang tak lain adalah sepupu Ray.
Bu Daniah menyambut kedatangan Ray dan Tisha dengan baik, namun senyuman yang ia tunjukkan masih tetap sama. Senyuman merendahkan dan mengejek pada Tisha.
"Kakek, bagaimana kabar kakek?" tanya Tisha ramah, pada pak Faisal yang duduk di kursi roda.
"Alhamdulillah kakek baik nak, kenapa kamu baru kemari? kakek kangen kamu nak" ucap pak Faisal sambil memeluk Tisha, ia menganggap Tisha seperti cucunya sendiri.
"Maaf kek, akhir-akhir ini Tisha sibuk dengan pekerjaan nya di kantor. Tapi, setelah ini Tisha akan sering mampir kesini kok lihat kakek" kata Ray pada kakeknya
Ada apa dengan nya? aku tidak pernah bilang begitu tuh?. batin Tisha keheranan
"Iya kek, nanti kalau senggang aku akan sering mampir kesini " ucap Tisha
"Daripada sering mampir kesini, gimana kalau pindah kesini saja. Jadi setiap hari kamu bisa ketemu kakek" kata Pak Faisal sambil tersenyum
"I..itu.. "
"Tuan besar, tuan muda, makan malam sudah siap " ucap seorang pembantu rumah tangga
Semua keluarga Argantara berkumpul di meja makan untuk segera menyantap makan malam mereka. Namun ada dua orang yang tidak hadir, yaitu kedua sepupu Ray (Armand dan Niko ).
"Kemana kedua anak mu itu, Daniah?" tanya pak Faisal dengan suara yang tegas
"Niko dan Armand sedang ada urusan bisnis di luar ayah " jawab Daniah sambil menyantap makanan nya, ia terlihat gugup.
Jika bukan karena Raymond, anak anakku tidak akan kesusahan di luar sana.
"Urusan bisnis apa yang bisa mereka lakukan?paling juga mereka sedang berjudi atau bermain wanita di luar " ucap Ray dengan nada suara yang sinis
"Ray, kamu jangan sembarangan bicara ya!" ucap Dean ( paman Ray) marah
"Aku tidak bicara sembarangan, aku punya bukti nya kalau om, Tante sama kakek mau lihat " jawab Ray sambil menyantap makanan nya dengan santai
"Ray, kamu jangan kurang ajar ya!" teriak Daniah marah pada Ray
Kenapa dia tidak mati seperti ayah dan ibunya?. ucap Daniah dalam hatinya
Hubungan Ray, dengan paman dan bibi juga kedua sepupunya sangat tidak baik. Bahkan Tisha yang orang luar saja bisa merasakan nya, itu karena ada kemungkinan kedua orang tua Ray di bunuh oleh paman dan bibi nya untuk mendapatkan perusahaan yang di kelola oleh papa Ray.
"Cukup! tidak bisakah kita makan dengan tenang!" ujar Pak Faisal
Suasana nya tegang sekali, kak Ray juga terlihat sedih. Apa dia sedang ingat orang tuanya?. Tisha melihat ke arah Ray yang matanya terlihat sedih.
Ray selalu sedih setiap hari ulang tahunnya, karena pada hari ulang tahunnya itu bertepatan dengan hari meninggalnya kedua orang tua nya dalam kecelakaan mobil. Dan selama dua tahun itu, setiap Ray sedih, selalu ada Tisha yang menyemangati dan menghibur nya.
Mulai sekarang aku tidak bisa menghiburmu dan menemani mu lagi kak Ray, aku harap wanita lain bisa melakukan nya untukmu. ucap Tisha sambil menyantap makanan nya.
Ray dan Tisha pamit pulang setelah menyantap makan malam mereka, namun sesuatu terjadi pada Ray. Tubuhnya tiba-tiba oleng saat sedang berjalan
"Ray, kamu kenapa nak?" tanya pak Faisal cemas pada cucunya itu.
"Pak Ray, maksud ku Kak Ray kenapa?" tanya Tisha sambil memegangi tubuh Ray yang oleng, menatapnya dengan cemas
"Tidak apa-apa, ayo kita pulang.. uhhh.." ucap Ray sambil memegang perutnya yang terasa sakit.
Kenapa harus di saat seperti ini? aku tidak mau terlihat lemah di depan paman dan bibi. Apalagi di depan Tisha.
"Bagaimana bisa kita pulang? kamu tidak baik-baik saja " tanya Tisha cemas
Apa dia melewatkan waktu makan nya lagi?
Ray tersenyum tipis, ia senang karena Tisha masih peduli dan cemas padanya.
"Ray, kamu menginap saja disini sama Tisha ya? kamu tidak bisa menyetir mobil dalam keadaan seperti ini " jelas pak Faisal
Akhirnya Tisha membawa suaminya itu ke dalam kamar yang ada di lantai dua. Kamar yang sebelumnya di tempati Ray sebelum dia dan Tisha pindah ke rumahnya sendiri.
Tisha dengan wajah cemasnya membuatkan teh hangat di campur madu untuk suaminya itu. Ia sudah menduga kalau suaminya melewatkan jam makan nya lagi. Sudah hidup dua tahun bersama Ray, Tisha banyak tau soal kehidupan dan keseharian pria itu.
"Ini, minum dulu obatnya. Lalu minum teh nya, supaya perut kakak baikan " ucap Tisha sambil menyimpan gelas berisi air teh, gelas berisi air putih dan sebutir obat di meja.
"Ternyata kamu tau banyak tentang ku. Padahal selama ini kita jarang berkomunikasi " Ray tersenyum pahit, ia sadar kalau jarang sekali Ray dan Tisha bicara berdua untuk mengenal satu sama lain.
"Aku memang tau banyak tentang kak Ray, meski kita jarang mengobrol. Itu karena aku selalu memperhatikan kak Ray " Tisha tersenyum pahit
Aku tau semua banyak hal tentangmu, tapi yang aku tidak tau adalah isi hatimu.
"Kamu memperhatikan ku?"tanya Ray menengadah dan duduk di ranjang nya.
Aku tau dia menyukaiku, tapi aku tidak tau kalau dia memperhatikan ku sampai seperti ini. Apa mungkin dia...
Tisha tidak ingin berbicara lebih banyak tentang masa lalu yang pahit baginya, ia memilih menyudahi pembicaraan yang hanya akan membuka luka di hatinya.
"Minumlah obat nya, lalu minum teh nya. Nanti teh nya keburu dingin "
"Tisha, apa mungkin kamu mencintai ku?" tanya Ray tiba-tiba
Tisha terperangah, diantara terluka dan bahagia mendengar pertanyaan dari suaminya yang mengundang pernyataan di kepalanya. Apakah akhirnya dia sudah tau perasaan nya? Tisha tak percaya kalau ia dan Ray akan sampai pada pembicaraan tentang cinta, yang tidak pernah mereka bahas sebelumnya.
Apa gunanya dia tau aku mencintainya atau tidak? dua tahun sudah berlalu dan sekarang aku dalam proses move on.
"Aku tidak mencintai kakak "jawab Tisha
"Bohong.. kamu mencintai ku kan?" tanya Ray serius
Yang aku tau, dia hanya menyukaiku. Tapi untuk cinta, aku benar-benar tidak tahu.
"Benar aku mencintai kakak, tapi itu dulu. Sekarang aku tidak mencintaimu lagi " air mata menetes dari mata Tisha, ia berusaha menahannya namun tidak bisa. Tisha tersenyum pahit melihat Ray.
"Kamu berbohong lagi.. kamu masih mencintai ku.." Ray terlihat sedih, ada rasa tidak nyaman di hatinya saat melihat wanita itu menangis, tapi ia tak tahu apa.
"Kalau aku masih mencintai kakak, aku tidak mungkin meminta cerai. Logika nya seperti itu bukan?" Tisha menyeka air matanya, ia menatap suaminya dengan kesedihan di hatinya.
Kenapa aku harus menangis di depannya? pria ini sama sekali tidak pernah peduli padamu, bahkan jika kamu menangis darah sekalipun. Sadarlah Tisha.
"Kita menginap saja disini, kakak masih sakit. Minum obat dan tehnya, aku akan tidur di kamar lain supaya kakak bisa istirahat " jelas Tisha yang masih peduli pada suaminya itu.
Ray terdiam dengan wajah yang tidak bisa ditebak wajah seperti apa itu dan apa yang ia rasakan.
Gadis itu keluar dari kamar suaminya, ia menangis tanpa suara, bersandar di pintu kamar tempat suaminya akan tidur. Tanpa ia sadari, pak Faisal dan perawatnya melihat nya menangis dan bertanya-tanya apa yang terjadi pada cucu menantunya itu.
"Tuan besar, nona muda menangis " ucap perawat yang bernama Santi sambil melihat ke arah Tisha yang sedang bersandar di pintu
"Santi, dorong kursi rodanya. Ayo kita tanya cucu menantuku. " kata Pak Faisal cemas
Ada apa dengan Tisha dan Raymond? tadi mereka baik-baik saja?
" Baik pak" jawab Santi sambil mendorong kursi roda pak Faisal.
Saat akan menghampiri Tisha, gadis itu ditarik kembali oleh suaminya masuk ke dalam kamar. Pak Faisal pun mengurungkan niatnya untuk menemui Tisha dan berkata agar mereka menyelesaikan urusan mereka sendiri.
...***...
Ray menarik tubuh Tisha masuk ke dalam kamar, ia menjatuhkan tubuh Tisha ke sofa.
"Apa yang kakak lakukan?!" tanya Tisha kaget dengan tindakan Ray yang tiba-tiba
"Bagaimana bisa kamu pergi seperti itu? jawab dulu, kamu masih mencintai ku kan?" tanya Ray sambil mencengkram kedua tangan Tisha dengan erat
Ada apa dengan es batu ini? kenapa dia tiba-tiba seperti ini?. Tisha terkejut melihat suaminya tidak bersikap seperti biasanya.
"Apa itu penting?!" tanya Tisha kesal
"Iya itu penting!"
"Lalu jawab pertanyaan ku yang ini dulu, kenapa kakak bersikap seperti ini, apa itu karena kakak mencintai ku?" tanya Tisha membalikkan pertanyaan para Ray. Matanya tampak sangat menantikan jawaban Ray. Jika Ray menjawab cinta, maka ia akan tetap tinggal, jika Ray menjawab tidak. Mungkin keputusan nya untuk pergi sudah benar.
Perlahan-lahan Ray melepaskan cengkraman nya dari istrinya. Pria itu sempat termenung, lalu ia tersenyum tipis.
" Haa.. cinta? aku...? mencintaimu? tidak sama sekali. Aku tidak mencintaimu "
Ya benar, aku tidak mencintainya. Aku bersikap seperti ini karena aku tidak mau dia pergi dariku. Aku tidak punya seseorang yang menemaniku. Ini bukan cinta, aku hanya membutuhkan nya untuk teman hidup. Itu saja.
Panah seperti menusuk ke dalam hatinya untuk ke sekian kalinya, hatinya kembali patah dan hancur karena suaminya itu.
Tisha beranjak dari sofa yang sebelumnya ia duduki, memasang raut wajah terluka. Gadis itu menatap suaminya dengan tajam.
"Kalau kakak tidak mencintai ku, untuk apa kakak bertanya padaku tentang perasaan ku? apa gunanya kita hidup bersama dalam satu atap kalau tidak ada perasaan? maka bercerai akan lebih baik "
"Aku sudah bilang aku tidak mau bercerai, meskipun aku tidak mencintaimu. Kamu juga tidak bisa pergi, kamu hanya akan menjadi wanitaku saja! itu berlaku untuk seumur hidup mu" Ray memegang tangan Tisha dan menatap wanita itu
"Kakak sungguh egois hiks " Tisha menangis lagi dibuatnya.
"Benar, aku egois. " tangan Ray menyentuh bibir Tisha dengan lembut, matanya mengarah pada bibir itu dengan tatapan nanar. Tangannya yang satu lagi, menyeka air mata Tisha dengan lembut.
Bukannya bahagia mendapatkan sentuhan dari suaminya yang lembut untuk pertama kalinya, hatinya malah terasa sakit.
"Sial, aku bisa gila"
Ray mulai membenamkan bibirnya yang panas,pada bibir Tisha yang memiliki warna lipstick nude itu.
" Hmph.."
Mata Tisha membulat saking terkejutnya, ini pertama kalinya ia berciuman dengan pria. Air mata masih terus mengalir dari matanya.
...---****---...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
Umi Abi
ha ha 😂😂 si kaku bisa aja
2022-08-05
0
Lovely
Brcinta, melebur menjadi satu. Maka Ray dpt menyadari akan perasaan yg sebnrnya 😍💋
2022-05-27
0
mama yuhu
ray kaku dlm berhubungan dgn perasaan.. gak peka.. syedih🥺🥺🥺
2022-04-20
1