Hampir semalaman Ray tidak tidur, ia selalu bersiap siaga menjaga istrinya yang sedang sakit. Dan benar saja, saat dini hari tiba suhu badan Tisha tiba-tiba meninggi.
Bahkan gadis itu mengigau beberapa kali memanggil ayahnya.
"Ayah.. ayah.. jangan pergi ayah.. aku tidak mau bersama ibu dan kakak.. kakak jahat..." Tisha mengigau dengan mata tertutup
"Tenanglah, aku disini. Tidurlah lagi"
Ibu dan kakak nya jahat? apa maksudnya? apa dia masih punya keluarga? kenapa aku tidak tau?
Ray yang tidak biasa merawat orang yang sakit sebelumnya, sebisa mungkin merawat Tisha yang sedang demam tinggi itu. Ray meletakkan handuk di kening Tisha untuk meredakan demamnya. Beberapa kali ia mengecek suhu tubuh istrinya.
Ray duduk di samping Tisha, mengatur temperatur suhu yang ada di kamar itu. Ray mulai mengantuk, tapi ia tidak mau tertidur sebelum keadaan Tisha membaik dan demamnya menurun.
Tak terasa jam menunjukkan sudah pukul 2 dini hari..
Mata Tisha terbuka pelan-pelan, ia merasa kepalanya sangat pusing dan badannya lemas.
"Kenapa kamu bangun? kamu masih perlu banyak istirahat. Apa kamu mau minum? atau kamu lapar?" tanya Ray sambil menatap lembut gadis yang masih berbaring itu
Kenapa dia menatapku begitu lembut? dia juga perhatian padaku. Apa aku bermimpi?. batin Tisha terlihat bingung
"Hey, jawab aku? apa kamu haus? atau kamu lapar? tubuhmu ada yang tidak enak?" tanya Ray
"Aku haus kak.." jawab Tisha lemas
Ray membangunkan dan mendudukkan tubuh istrinya, menopangnya agar tidak jatuh. Ray memberikan segelas air pada Tisha. Tapi Tisha kesulitan untuk meminum nya karena lemas, air minum itu terus berjatuhan dan membasahi piyama Tisha.
Kalau terus tumpah begini, bagaimana bisa dia meminum nya? dia juga harus minum obat pereda panas lagi. Ray tampak bingung melihat Tisha yang terus menumpahkan air minum dan obat sirup yang harus di minumnya.
"Aku minta maaf" ucap Ray tiba-tiba pada Tisha
"Untuk apa kakak minta maaf?"tanya Tisha dalam keadaan setengah tidak sadar.
"Telan lah"
Ray meminum sirup obat itu dan menyuapi Tisha dengan mulutnya. Hingga bibir mereka bersentuhan.
Hmphh!!"
GLEK
GLEK
Tisha berhasil meminum obatnya tanpa tumpah. Ray juga memberinya air minum melalui mulutnya juga, mereka terlihat seperti berciuman.
Hmph..
GLEK
" ini pasti mimpi, tapi kenapa terasa sangat nyata? kak Ray mencium ku lagi, kak Ray yang yang seperti es batu itu bersikap baik padaku. Haha.." Tisha mengigau dan kembali berbaring di ranjangnya. Beberapa detik kemudian setelah minum obat, Tisha jatuh tertidur pulas.
"Ya, ini mimpi atau bukan, kamu sendiri yang tau dan merasakan nya." Ray membelai pipi Tisha dengan lembut
****
Keesokan harinya, Tisha terbangun dengan tubuh yang terasa lebih baik, ia melihat suaminya sedang berpakaian dengan setelan jas untuk ke kantor.
"Kak Ray?"
"Kamu sudah bangun?" tanya Ray sambil mengikat dasinya ,dan melihat ke arah Tisha yang sedang duduk di ranjang.
Tisha terkejut saat melihat dark circle yang cukup tebal ada di bawah mata Ray. Ada apa dengan suaminya itu? Tisha bertanya-tanya dalam hatinya.
"Aku akan buatkan sarapan dulu" Tisha beranjak dari ranjangnya, kakinya yang terkilir masih terasa sakit." Ack! "
Kayanya aku memang tidak bisa bekerja dalam kondisi seperti ini.
"Diam saja di situ dan beristirahat, sarapannya sudah dibuat kok. " jawab Ray sambil mendudukkan kembali istrinya di ranjang. Tangan Ray menyentuh kening Tisha. " Syukurlah.." Ray bernapas lega
"Syukurlah? memangnya kenapa?" tanya Tisha
"Kamu semalam demam tinggi" jawab Ray sambil memakai jas nya.
"Demam? benarkah?" tanya Tisha mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam.
"Kamu tidak ingat?" tanya Ray
"Tidak" jawab Tisha jujur
"Haa..baiklah, aku akan ambil sarapan dulu untukmu setelah itu baru minum obat" Ray melangkah menuju ke luar kamar itu.
"Kak.. tolong jangan berbuat baik padaku seperti ini, perlakukan saja aku seperti biasa nya. Bukankah kamu selalu memperlakukan ku seperti manusia kasat mata?" tanya Tisha dengan senyuman pahit di wajahnya
Benar, aku selalu memperlakukan nya seperti manusia yang kasat mata. Aku pikir dengan tidak bicara apapun, kamu tidak pergi dariku dan bertahan dengan apapun yang terjadi. Ternyata, aku salah.. sikapku yang dingin malah membuatmu ingin berpisah denganku.
Ray sempat terdiam lalu ia membalikkan badannya ke arah Tisha "Mulai sekarang aku tidak akan begitu, kamu jangan lupa kita adalah kekasih sekarang"
Tisha terpana mendengar kata-kata Ray, yang terdengar serius dan tidak dingin seperti biasanya.
Sebelum berangkat bekerja perhatian Ray mengambilkan semangkuk bubur dan segelas susu untuk istrinya itu. Disana juga ada bi Ani yang sedang beres-beres rumah.
Setelah memastikan Tisha memakan habis semua buburnya, dan minum obat. Ray segera bersiap-siap berangkat kerja.
"Kakak mau kerja?"
"Emangnya mau kemana lagi?"
"Tapi mata kakak item banget, apa kakak baik-baik saja? apa aku menganggu kakak semalam?" tanya Tisha cemas
"Tidak apa-apa, sudahlah kamu istirahat saja. Aku mau kerja"
"Aku buatkan bekal makan siang untuk kakak ya"
"Tidak perlu, mulai sekarang aku tidak akan memaksamu melakukan itu lagi kalau kamu tidak mau"
"Tapi aku mau melakukan nya, tunggu ya. Aku akan masak dulu" Tisha mencoba berdiri
"Kaki mu kan masih sakit, mana bisa memasak." kata Ray melarang
"Kaki ku yang sakit bukannya tanganku, aku bisa dibantu sama Bi Ani" kata Tisha semangat
"Ternyata selama ini kucing penurut yang ada di rumahku itu adalah kucing yang keras kepala ..haa.. " gumam Ray sambil tersenyum tipis
"Kakak bilang apa?"
"Tidak ada, ayo kalau kamu mau memasak" Ray menghampiri Tisha.
Ray membantu istrinya berjalan ke dapur dengan memapahnya, disana ada bi Ani yang sedang bersih-bersih dapur. Dapur terlihat tampak berantakan.
"Ada apa bi? apa ada gempa?" tanya Tisha sambil melihat barang-barang yang berserakan dimana-mana.
"Hehe bukan gempa non, tapi tuan habis memasak bubur" jawab Bi Ani sambil tersenyum
Tisha melirik ke arah suaminya, ia tak percaya bahwa suaminya akan memasak untuknya. Ini pertama kalinya ia mencoba masakan Ray, ada rasa terharu dan senang di dalam hatinya.
"Ehem.. aku terpaksa memasak karena tadi bi Ani belum datang" ucap Ray sambil mengalihkan pandangannya.
Aku tidak tahu kalau kak Ray akan memasak untukku, pantas saja tadi dia terus bertanya apa buburnya enak atau tidak. Aku senang sekali.. tapi aku juga sedih karena kita akan berpisah.
"Terimakasih kak, pantas saja buburnya enak" Tisha tersenyum
"Kamu mengejekku? buburnya jelas jelas tidak enak, tadi kamu bilang sendiri rasanya aneh " kata Ray kesal
"I..itu karena.." Tisha tersenyum bingung
"Karena kamu pikir itu buatan Bi Ani, kan? " tanya Ray sebal
"Iya itu benar" jawab Tisha cepat
"Jadi bubur buatan ku tidak enak, kan?" tanya Ray dengan bibirnya yang mengerucut
"Aku tidak bilang tidak enak, aku hanya bilang rasanya sedikit aneh"
"Bukankah itu artinya sama dengan tidak enak?" tanya Ray
"Swear deh! buburnya enak kok" Tisha tersenyum dan menunjukkan kedua jarinya.
Kenapa kak Ray terlihat sangat anak kecil kalau sedang ngambek ya? apakah ini sisi gemas nya? selama ini aku selalu melihat sosoknya yanh dingin tanpa emosi. Tapi hari ini aku lihat kak Ray menunjukkan emosinya. Apa es batu di hatimu itu sudah mulai mencair atau ini hanya ilusi ku saja?
Setelah perdebatan kecil di pagi hari itu antara Ray dan Tisha. Gadis berusia 23 tahun itu segera memasak nasi goreng tanpa kecap kesukaan Ray, spesial dengan telur ceplok. Ray senang karena akhirnya ia bisa memakan masakan istrinya lagi setelah hampir satu minggu, Tisha tidak memasakkan makanan untuknya karena insiden meminta cerai.
Bau masakan yang lezat itu sudah tercium oleh hidung Ray yang tajam. Ray tersenyum melihat istrinya memindahkan nasi goreng dari penggorengan ke kotak bekal berwarna hitam. Terakhir, telur ceplok dan sosis berwarna merah di letakkan di atas nasi goreng tanpa kecap itu.
"Ehem.. terimakasih, aku akan bawa ke kantor." kata Ray sambil mengambil kotak bekal berwarna hitam itu.
" Tunggu kak, ini ada satu kotak lagi." kata Tisha sambil mengerahkan kotak bekal berwarna biru pada Ray.
"Tidak usah repot-repot, aku makan satu porsi saja cukup kok"
"Haha, ini bukan untuk kakak. Ini untuk pak Gerry" jawab Tisha sambil tertawa kecil
"Kenapa dia juga dikasih?" tanya Ray kesal
"aku tau kalau pak sekretaris kadang melewatkan makan siangnya, saking sibuknya ia mengatur jadwal kakak. Jadi, berikan ini padanya ya.. please.." kata Tisha
Kenapa aku harus memberikan nasi goreng buatan istriku pada nya? huh!
Tanpa bicara apa-apa, Ray langsung membawa kotak bekal yang di peruntukan untuk sekretaris nya itu. Ray kembali dengan mode wajah dingin nya, kali ini ditambah wajah cemberut tidak seperti dirinya yang biasanya.
Tisha tersenyum melihat kepergian suaminya itu, ia senang karena Ray sedikit demi sedikit menunjukkan emosinya.
"Aku berharap selama satu bulan ini, kamu bisa membuka hatimu lagi. Meskipun hatimu bukan diperuntukkan untukku, karena aku hanya ingin kamu bahagia kak.." gumam Tisha sambil memegang dadanya.
...🍂🍂🍂...
15 menit kemudian...
Kantor Argantara grup, seperti biasanya ketika datang ke kantor nya ia selalu disambut oleh beberapa pegawai disana.
Mereka menghormati Ray sebagai pimpinan tertinggi di perusahaan mereka. " Selamat pagi pak"
"Hm... ya" jawab Ray singkat dan dingin
Ray berjalan melewati para karyawan yang menyapa dan menyambutnya. Ray diikuti Gerry, masuk ke dalam lift menuju ke kantor Presdir. Gerry mencium sesuatu yang lezat dari kantong kresek yang dibawa Ray, terlihat seperti kotak bekal.
"Apaan kamu ngendus ngendus kaya gitu?" tanya Ray tidak senang
"Tidak pak, saya hanya mencium bau yang lezat di sekitar lift ini" jawab Gerry sambil kembali menegakkan badannya
"Hah, penciuman mu sangat tajam" Ray tersenyum sinis, dengan wajah terpaksa ia memberikan kotak bekal berwarna biru itu pada Gerry.
"Ini untuk saya pak?" tanya Gerry sambil memegang kotak bekal dari Ray.
"Ya, itu buatan istriku" jawab Ray
"Makanan buatan nyonya pasti enak"
"Tentu saja, kamu harus menghabiskan nya. Kalau tidak habis, kamu akan ku kirim ke Afrika" ancam Ray serius
"Iya pak, sebuah kehormatan untuk saya di buatkan bekal oleh nyonya"
"Hey hey! ralat ucapan mu barusan, makanan itu dibuat untukku dan bukan untukmu. Kamu hanya dapat sisa makanan dariku, paham?" kata Ray tegas
"Baik, pak Presdir saya mengerti" jawab Gerry patuh, dengan senyum profesional nya.
Apa pak presdir sedang cemburu? Apa hubungan nyonya dan Presdir sudah mulai membaik? sampai nyonya membuatkan lagi bekal cinta nya untuk pak Presdir.
TING!
Mereka sampai di lantai paling atas gedung itu, lebih tepatnya ruangan presdir, sekretaris dan asistennya bekerja. Segera setelah sampai di ruangan nya, Presdir Argantara grup itu duduk di kursinya.
"Oh ya pak saya akan melaporkan tentang nomor itu dan pria yang bernama Zayn" kata Gerry
"Baik, katakan sekarang"
"Bukankah sekarang kita harus bekerja dulu Pak?" tanya Gerry
"Gerry, disini bos nya kamu atau aku?"
"Tentu saja bapak" jawab Gerry dengan cepat
"Lalu, apa hak mu menyuruhku bekerja?" tanya Ray marah
"Maaf pak, saya tidak berhati-hati" kata Gerry memohon maaf
Sial! menyinggungnya sedikit saja aku sudah merasa kedinginan.
"Cepat katakan laporan mu"
"Orang yang bernama Zayn itu adalah orang yang sama dengan pria menghubungi nyonya" kata Gerry
"Informasi detail! aku ingin detail" Ray tegas
"Ba-baik pak" jawab Gerry takut
Gerry menjelaskan tentang pria yang bernama lengkap Zayn Alterra itu secara detail. Zayn Alterra, pria berusia 23 tahun itu adalah seorang artis terkenal, penyanyi, aktor dan model papan atas yang berasal dari sekolah seni di luar negeri. Keluarga nya yang masih berasal dari keluarga kerajaan di Inggris, namun Zayn menolak posisi ahli waris karena ingin mengejar mimpinya sebagai publik figur yang selalu ia inginkan. Zayn juga adalah teman SMA, satu kelas dengan Tisha.
"Ini fotonya pak"
Tidak disangka, nyonya bisa di dekati oleh artis terkenal, belum lagi dia adalah kerabat dari keluarga kerajaan.
Gerry menunjukkan sebuah foto majalah, dan di depan itu ada foto Zayn. Ray agak insecure setelah melihat gambar Zayn di majalah itu, ia membandingkan dirinya dengan Zayn.
"Hah, pria ini terlihat sangat tidak Maco. Kulitnya terlalu putih untuk ukuran seorang pria, dia juga tidak tampan. Kenapa semua orang menyebutnya tampan? bagaimana bisa orang seperti ini dijadikan artis. Huh!" gerutu Ray kesal melihat foto itu.
Dia memang sedikit lebih tampan dariku, dia juga kerabat dari keluarga kerajaan, kenapa pria seperti ini mengejar wanita yang sudah menikah? Apa dia tidak takut dengan rumor dan gosip yang akan menghancurkan karirnya? Atau dia tidak tau kalau Tisha sudah menikah denganku?
"Menurut saya bapak lebih tampan dari Zayn ini"
"Bagus, kamu naik gaji" kata Ray sambil tersenyum senang
"Terimakasih pak, bapak juga terlihat sangat Maco, itu sebabnya Nyonya sangat mencintai bapak" Gerry memuji Presdir nya dengan semangat
"Bonus bulan ini, 20 persen kamu juga dapat" Ray tersenyum senang.
Asik! naik gaji, bonus! Gerry kegirangan di dalam hatinya.
"Oh ya Gerry, katanya ada artis dari luar negeri yang akan menjadi model brand new perusahaan kita. Orang itu adalah Zayn yang ini kan?" tanya Ray
"Benar pak, besok siang anda ada jadwal pertemuan dengannya, manager, juga CEO agensi perusahaan nya. " jelas Gerry detail
"Bagus, biarkan aku menunjukkan posisinya" Ray tersenyum seperti sedang merancang sesuatu di kepalanya.
Ray dan Gerry memulai rutinitas mereka di kantor. Namun Ray terus senyum-senyum melihat kotak bekal makan siang buatan istrinya itu, ia tidak sabar menantikan makan siang. Gerry menyebutnya bekal cinta.
...---***---...
Readers! mohon maaf belum bisa up pagi lagi, cuma bisanya malam untuk novel ini😘🤗 insyaallah kalau sudah kondusif dan bisa ngetik malam nya, pagi juga sudah bisa up.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 214 Episodes
Comments
Umi Abi
ha ha 😂😂 puji terus ger siapa tau nanti uang nya numpuk
2022-08-05
0
Lovely
Aji mumpung buat Gerry 😍
2022-05-27
0
mama yuhu
btw... herey penjilat. tauk saja bos lg gak mood gegara zayn😁😁
2022-04-24
1