Bab 17

Zara tercengang mendengar ucapan wanita di hadapannya. Begitu juga dengan Kennan, ia tidak menyangka, tapi dalam hatinya bersorak, seperti ingin melompat-lompat mengekspresikan kegembiraannya. Belum di ketahui oleh Kennan, bahwa Zarapun sudah lebih dulu berniat membatalkan ta'arufnya.

"Tunangan?"

Karisa tersenyum kecut "Lebih tepatnya beberapa waktu yang lalu"

Zara semakin di buat bingung oleh ucapannya.

Lagi-lagi wanita itu tersenyum, entah apa arti dari senyuman itu, Zara mengernyitkan dahi, menatap lekat wajahnya

"Beberapa waktu lalu?" tanya Zara bingung

"Sekarang sudah menjadi mantan, karena beberapa hari yang lalu, mas Yusuf membatalkannya"

Masih belum percaya ucapan Karisa, Zara tak merespon ucapannya.

"Beberapa hari lalu,,, apa setelah mas Yusuf datang pertama kali ke rumah, dan akulah yang dipilih, setelah dia memutuskan pertunangannya"

"Dia memutuskan pertunangan kami setelah tahu bahwa saya tidak bisa punya anak" lanjut Karisa membuyarkan lamunan Zara sekaligus membuatnya semakin terkejut. "Dan setelah saya cari tahu, ternyata dia juga sedang menjalani ta'aruf dengan mbak Zara"

"Panggil Zara saja" sambar Zara cepat.

"Tadinya saya sangat marah, karena ternyata mas Yusuf tidak bisa menerima kekuranganku, tapi setelah keluargaku menasehatiku, saya jadi faham dan seketika itu saya memposisikan diriku sebagai mas Yusuf"

"Apa mbak Karisa, menemuiku untuk membuatku membatalkan ta'arufku dengannya?" tanya Zara penuh selidik

Wanita itu mengangguk "Secuil rasa marah tentu ada" sahutnya "Dan saya ingin membalas perbuatan mas Yusuf padaku, tapi,," Karisa menggantung seperti menilai sosok Zara.

"Tapi apa mbak?"

"Tapi setelah saya melihatmu, saya jadi merasa minder sendiri"

"Kenapa?" Zara bertanya sambil menautkan kedua tangannya

"Mbak cantik, dan sepertinya baik, saya rasa mbak memang lebih pantas di pilih oleh lelaki seperti mas Yusuf" Karisa Menghirup nafas dalam, berusahan menormalkan perasaanya sebelum melanjutkan ucapannya "Dan seketika saya lupa dengan tujuan awalku menemui embak"

Ada rasa nyeri di hati Zara. Baru saja akan menjalin sebuah hubungan, justru lelaki itu mengawalinya dengan kebohongan. Pantas saja selain Kennan menjadi alasan utama bagi Zara untuk tidak melanjutkan ta'arufnya, seolah Zara memiliki insting yang kuat bahwa pilihan pada Yusuf memang belum tepat.

"Maaf sudah mengganggu waktu mbak" ujarnya seraya menegakkan duduknya "mbak Zara tenang saja, aku akan membatalkan rencanaku untuk menggagalkan hubungan kalian"

"Selain diriku, apa ada alasan lain kenapa tiba-tiba mbak mengurungkan niat awal mbak menemuiku?"

"Ada" jawabnya tegas "Saya merasa tidak pantas untuk dendam, di mana saya terlahir dari keluarga yang tahu persis tentang agama"

"Tapi sebelum mbak menemuiku, saya juga berniat menyudahi ta'arufku dengan mas Yusuf"

"Kenapa?" tanya Karisa heran

"Setelah 2 kali bertemu dengan mas Yusuf, saya berusaha keras membuka hati untuk menerimanya, tapi tetap tidak bisa"

Karisa semakin tidak mengerti akan ucapan Zara "Kenapa?" pertanyaan itu terulang kembali

"Saya mencintai pria lain"

Selain Karisa yang terkejut dengan ucapan Zara, lelaki yang sedari tadi menguping pembicaraannya pun tak kalah terkejut.

"Mas yakin laki-laki itu pasti aku Za" Batin Kennan yang masih duduk di balik punggung Zara

"Begitu ya?" pertanyaan Karisa di iringi gerakan Kennan yang berdiri hendak kembali ke ruangannya. Sudah cukup bagi Kennan menguping pembicaraan dua gadis itu.

"Sekali lagi saya minta maaf" pungkasnya, "tujuan awal saya memang tidak baik, tapi setelah saya benar-benar melihat mbak Zara, saya menyadari perbuatanku salah"

"Maaf" ucapnya sekali lagi

"Saya tidak di rugikan, jadi mbak tidak perlu meminta maaf"

******

Seperginya Karisa, Zara berniat kembali ke mejanya, ia memikirkan betapa tidak beruntungnya dia, bahkan dua kali ta'arufpun gagal.

"Mbak Widia" sapa Zara, mereka bertemu ketika Zara keluar dari lift

"Za, aku baru saja ke mejamu tadi, dan karena kamu nggak ada, file yang kamu minta aku taruh di meja, kamu cek lagi selisih margin dengan bulan lalu, setelah itu langsung bisa serahkan ke pak Ken untuk di tandatangani"

"Baik mbak"

"Kalau begitu aku permisi Za, masih banyak pekerjaan"

"Iya mbak"

Suara pintu menyadarkan Zara dari lamunan. Pandangannya lurus menatap layar komputer, namun pertemuan singkat dengan Karisa benar-benar mengacaukan isi kepalanya "Za, berkas dari Widia sudah di kamu?" tanya Kennan

"Sudah, sedang saya cek ulang"

"Sini biar mas yang cek" Kennan berjalan memutar dan berdiri di samping Zara yang tengah duduk

"Nggak usah bentar lagi juga selesai"

"Tapi nggak akan selesai kalau kamu ngerjainnya sambil melamun Za" Ujarnya. " Ayo berdiri biar mas yang koreksi" Karena Kennan memaksa, membuat Zara tak bisa membantah.

Zara pun menurut dan memberikan tempat duduknya pada Kennan.

"Aku ke toilet dulu"

"Hemm" sahut Kennan tanpa menoleh padanya.

Zara sengaja berlama-lama di dalam toilet, dia belum siap berhadapan dengan Kennan yang pasti akan kembali mengobrak-abrik ritme jantungnya.

Hingga lebih dari sepuluh menit, Zara keluar dari toilet, ia tak mendapati Kennan di mejanya, itu artinya, lelaki itu telah selesai mengecek pekerjaannya. Namun saat baru saja sampai di meja, ia melihat secarik kertas dengan tulisan tangan Kennan.

"Setelah dari toilet, langsung ke ruangan mas"

Zara berdecih geram setelah membaca pesan singkatnya. Ia berusaha menetralisir rasa gugup yang tiba-tiba menguasainya, sebelum memasuki ruang ujian mentalnya.

"Duduk Za" perintah Kennan sambil mengklik tombol close pada layar monitor.

Baru saja duduk, tahu-tahu Kennan sudah menyingkirkan kursi di sebelah Zara dan duduk di tepian meja.

Dengan posisi seperti ini, membuat Zara seketika ingat beberapa waktu lalu.

Sedikit menekan, Kennan menyentuh dagu Zara agar menatap wajahnya "Ada perlu apa temanmu menemuimu?"

Zara diam menatap Kennan, baru kali ini Zara menatap Kennan begitu lama. Sampai kemudian Kennan menarik tangan Zara pelan agar berdiri di depannya, tepat di tengah-tengah antara kaki kiri dan kanan milik Kennan.

Kedua tangan Kennan memegang kedua tangan Zara.

"Apa ada sesuatu yang kamu pikirkan?" tanyanya lagi.

"Apa aku harus memberitahu mas?" Entah kenapa pikiran Zara menjadi setenang ini.

Kennan menghela napas tepat di depan wajahnya "Jika itu membebanimu, kamu harus membaginya denganku"

Zara menelan salivanya, rasanya enggan untuk menceritakan apa yang di katakan Karisa padanya.

"Makannya" ucap Kennan tenang "Jangan di biasakan menyimpan masalahmu sendiri" Tangannya yang tadi memegang tangan Zara, kini beralih merangkum wajahnya "Jadi begini kan?" pekerjaanmu tadi sangat berantakan" Kennan menghirup napas panjang, lalu mengembuskannya pelan "Setelah wanita itu menemuimu, apa kamu masih ingin melanjutkan ta'arufmu?"

"Kok mas tahu?" tanya Zara memicingkan matanya.

"Mas tahu semuanya, karena mas duduk di belakangmu tadi"

"Mas nguping?"

Kennan mengangguk "Karisa tahu mas di situ?"

"Nggak mungkin nggak tahu kan?" tanya Kennan balik

"Dia nggak curiga kalau mas nguping?"

"Ya enggak lah, aku kan pura-pura jadi tamu juga"

"Ish" Desih Zara

"Za" panggil Kennan mengunci kedua mata Zara "Mas cinta kamu"

Entah kenapa suara Zara seperti tertahan di kerongkongan, hingga ia masih belum mampu untuk mengatakan Aku juga mencintaimu.

Mereka sama-sama terdiam dan hanya saling menatap lekat.

Sepersekian detik, bibir Kennan kembali menyentuh bibir Zara. Menciumnya dengan sangat lembut. Ciuman yang tenang dan dalam, tanpa sadar, Zara membalas ciumannya.

Entah sejak kapan, tahu-tahu Kennan sudah berdiri membuat Zara sedikit berjinjit. Sekian detik berlalu, ciuman pun terlepas.

"Tanpa kamu menjawabnya" ucap Kennan dengan kening masih saling menempel "Mas tahu kalau kamu juga cinta sama mas"

Hening

"Kalau kamu nggak cinta sama mas, Kamu nggak akan membalas ciuman mas"

"Kalau mami sama bunda tahu, mereka pasti akan memarahi kita"

"Ini yang pertama dan terahir, mas janji"

"Bukan yang pertama?"

"Memangnya kapan mas melakukannya?"

"Tadi malam" jawab Zara

"Nggak, mas cuma nyentuh doang kok"

"Sama aja dosa"

"Allah maha pengampun, nanti kita sama-sama taubat"

"Tapi harus serius taubatnya"

Kennan terkekeh, masih belum merubah posisinya. Menangkupkan kedua tangan di pipi Zara dengan kening saling menempel, dan tangan Zara memegang pergelangan tangan Kennan "Sepulang dari Thailand, mas akan cari waktu yang tepat buat ngomong ke ayah sama papi, kalau mas cinta kamu"

Bersambung

Regards

Ane

Terpopuler

Comments

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

ngak papa dah gede ini... 😂😂

2023-11-29

0

Lucinta Gua

Lucinta Gua

Gpp ada nakal2nya aku suka 😍😍😍

2023-08-09

0

Nunx Nurhayati

Nunx Nurhayati

uhuuy... akhirnya 😍😍😍

2022-01-23

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!