Bab 16

Tidak ada percakapan apapun setelah Kennan meninggalkan Zara sendiri di taman depan rumah, karena dia telah memasuki kamarnya, hingga Rio dan Irma datang menjemput.

Apalagi beberapa hari kedepan, Kennan dan Rio akan berangkat ke Thailand untuk mengaudit anak perusahaannya di sana. Jelas sekali pasti pria itu akan sangat sibuk mempersiapkan keperluan dokumennya.

"Pi" Panggil Zara ketika di dalam mobil. Rio yang tengah fokus dengan kemudinya, sekilas melihat putrinya yang duduk di kursi penumpang melalui spion tengah. Begitu juga dengan Irma, ia menoleh ke belakang.

"Ya" jawabnya lalu beralih melirik ke spion samping

"Kalau mbak batalin ta'aruf dengan mas Yusuf boleh?"

Irma yang sedang menatap putrinya seketika menautkan alis. "Kenapa?" tanya Irma lembut.

Zara yang tak langsung menjawab pertanyaan dari maminya, Rio pun menanyakannya ulang.

"Kenapa nak?" dia laki-laki sholeh loh, baik juga"

Kanes yang duduk di samping Zara, jelas tak heran karena dia sangat tahu alasan kakaknya membatalkan ta'aruf, apalagi saat Ayu menceritakan tentang kejadian di kamar Kennan. Dia semakin yakin dengan instingnya.

"Mbak?" panggil Irma karena Zara belum juga memberikan jawaban atas pertanyaannya

Zara mengangkat kepala dan menatap irma bersamaan dengan panggilan darinya.

"Belum sreg mi" Setelah itu hening. Zara mengarahkan pandangan ke luar jendela yang ada di sebelah kanan. Suasana sudah mulai sepi, karena malam sudah melarut.

"Terserah mbak saja, papi nggak mau maksa kamu harus sama ini, sama itu, sama dia" ucap Rio memecah keheningan. "Papi maunya kamu memilih sendiri jodohmu, tapi" lanjutnya seraya memutar kemudi ke arah kiri, karena mobil mulai masuk ke kawasan komplek rumahnya "Kalau bisa cari yang benar-benar sayang sama kamu, dan bisa menjadi imam buatmu" lanjut Rio sambil menekan klakson sekedar menyapa satpam komplek.

"Iya pi" sahut Zara.

Mobil telah sampai di depan gerbang. Suasana rumah masih sangat gelap, karena lampu tidak ada yang menyala kecuali lampu teras. Irma sempat menyalakannya sebelum pergi.

Meskipun orang kaya, baik Danu dan Rio, mereka tidak memiliki sopir pribadi ataupun satpam rumah, mereka lebih senang mengerjakannya sendiri. Kecuali ART, mereka memiliki ART yang berangkat pagi dan pulang pada sore harinya, hanya untuk bersih-bersih rumah serta cuci setrika.

Dulu sempat ada saat anak-anaknya masih kecil, tapi semenjak anak-anaknya dewasa, mereka tak kembali mencari ART ketika ARTnya memutuskan untuk berhenti bekerja.

"Biar mbak yang buka gerbangnya pi" ucap Zara sambil melepaskan seatbelt" Kunci rumahnya mana mi, biar sekalian mbak buka"

Irma mengulurkan tangan menyodorkan kunci rumah mereka. Setelahnya, Zara segera turun dari mobil dan membuka gerbang.

Usai membuka pintu, dan menyalakan lampu ruang tamu dan ruang keluarga, Zara di kejutkan dengan notif pesan masuk. Ia segera meraih benda itu di dalam tasnya.

Mas Ken : "Sudah sampai rumah?" (22:10 Wib)

Tak berniat membalasnya, Zara kembali memasukan ponselnya. Namun, saat baru saja memasuki kamarnya, dan ponsel pun baru saja akan ia taruh di atas nakas, tahu-tahu nama Mas Ken muncul.

"Kenapa telfon si?" gumamnya. Menarik napas dalam-dalam sebelum menggeser ikon berwarna hijau.

Suasana sempat hening beberapa detik hingga orang di balik telfon mengucapkan salam.

"Assalamu'alaikum dek?" Suaranya terdengar lembut, tapi tetap saja membuat jantung Zara yang baru saja tenang kembali marathon.

Benar-benar mencintai seseorang lebih dari apapun, membuat Zara sering melakukan olahraga pacu jantung. Apalagi perasaan itu terpendam.

"Wa'alaikumsalam" jawabnya seraya duduk.

"Sudah sampai rumah?"

"Sudah" Entah kenapa Zara tetap saja salah tingkah meski orangnya tidak ada di depannya.

"Kenapa nggak balas sms mas tadi?"

Zara memilih tak mau menjawab pertanyaanya

"Dek" Panggil Kennan "kok diam?" apa kamu gerogi meski bicara melalui telfon?"

Di benak Zara tiba-tiba terlintas ekspresi sikap Kennan, yang selalu membuatnya kepanasan. Karena keringat dingin selalu muncul saat berhadapan dengannya.

Meskipun tidak menyakiti secara fisik, tetapi, secara psikis, Zara seperti ketakutan sendiri. Namun dia tak pernah menyalahkan Kennan, karena ini juga kesalahannya yang telah memendam rasa cintanya sendiri.

"Sudah mandi?" Dia bertanya lagi dengan nada yang terdengar lebih lembut, namun tak sedikitpun membuat rasa was-wasnya berkurang.

"Belum" sahut Zara singkat

"Ya udah mandi dulu"

"Iya"

Mendengar jawaban Zara, Kennan diam sampai beberapa detik, kemudian percakapan di tutup oleh salam dari Kennan.

*******

Setelah ciuman itu, dan interupsi Zara yang tak di respon oleh Kennan, saat dia memintanya untuk berhenti dan kembali duduk malam tadi, membuatnya tak ingin bertemu dengan lelaki itu. Ia merasa jengkel, tapi tidak berani melampiaskan kejengkelannya pada pria itu.

"Selamat pagi mbak Zara?" sapa reseptionis di balik telfon "Ada seorang wanita yang ingin menemui embak, apa mbak Za bersedia menemuinya?"

Zara mmenautkan kedua alisnya seperti berfikir. "Siapa mbak?" tanya Zara kemudian

"Namanya Karisa, kalau mbak bisa menemuinya, akan saya suruh menunggu di lobi"

"Karisa?" siapa dia?" seingatku, aku nggak punya teman bernama Karisa

Karena penasaran, ia pun menyetujui untuk menemui wanita asing itu.

"Akan saya temui mbak, tolong suruh tunggu beberapa menit"

Sebelum turun, Zara berniat minta izin pada Kennan yang berada di dalam ruangannya.

Dengan ragu Zara mengetuk pintu milik atasannya.

"Maaf pak, saya mohon ijin menemui seseorang di bawah" ucapnya dari ambang pintu, sekilas ia menatap wajah Kennan, lalu menunduk kembali. Ia sama sekali tak berani melakukan kontak mata dengannya.

"Kamu minta ijin ke siapa?" tanya Kennan datar "Sudah ku bilang berkali-kali, tatap wajah lawan bicaramu, hargai seseorang yang sedang bicara denganmu dengan menatap wajahnya"

Mendesah pelan, akhirnya dengan berat hati Zara mengangkat kepalanya.

"Cewek apa cowok?" tanya Kennan yang membuat dahi Zara mengernyit.

"Cewek?"

"Temanmu?"

"Iya"

"Mau apa dia menemuimu di kantor?"

Zara menggeleng, tatapanya bukan ke Kennan, dan Kennan tahu persis kemana arah pandangan Zara jatuh.

"Tatap aku Za?"

Dengan susah payah menelan ludah, Zara memberanikan diri menatap mata Kennan.

"Temuilah, jangan terlalu lama"

Tanpa menjawab, Zara kembali menutup pintu dan bergegas menaiki lift.

"Apa mbak yang bernama Zara?" ucap Wanita itu "Saya Karisa mbak" lanjutnya seraya mengulurkan tangan.

"Saya Zara" jawabnya menerima uluran tangannya.

Saat ini mereka duduk berhadapan di lobi kantor.

"Pasti embak bertanya-tanya siapa saya" ucapnya seolah tahu apa yang di pikirkan Zara.

Tanpa Zara sadari, Kennan menyusul turun, karena penasaran dengan teman yang akan menemui wanita kesayangannya. Dia juga tidak menyadari bahwa Kennan duduk di meja lain di belakangnya.

"Saya adalah tunangan mas Yusuf"

BERSAMBUNG

Regards

Ane

Terpopuler

Comments

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

wew cara tuhan memisahkn mu zara... teryt pertanyaan yusuf tentng poligami ini kali ya... apa wanita ini tak direstui oleh keluarga yusuf

2023-11-29

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

GOOD, JDI ZARA BISA BATALKN TA'ARUF DGN MULUS

2022-11-11

0

☠🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

☠🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

lah dah punya tunangan ternyata si nyungsep eh Yusup 🤭🤭

2021-12-14

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!