Bab 6

Siang ini Kennan, Zara serta Widia akan kembali ke Surabaya. Sebelum pulang, Kennan dan Zara akan mengunjungi mba Yuni yang menetap di Jakarta bersama suami dan anaknya.

Mereka menempati bekas rumah Nina saat Nina dan Kennan tinggal di sini. Danu memberikan rumah itu atas persetujuan Nina, sebagai bentuk terimakasih karena mba Yun sudah menemani Nina selama di Jakarta saat dulu.

Tepat pukul 10:40, meeting terahir dengan para klien selesai di laksanakan, kesepakatan serta tanda tangan kontrak sudah di kantongi Kennan.

"Wid kita mau mampir ke rumah saudara kami, kamu mau ikut, atau tunggu di sini?" tanya Kennan seraya merapikan beberapa dokumen, lalu memasukannya ke dalam map zipper.

"Aku disini saja, aku sedikit cape" Widia merasa tak ada semangat setelah semalam Kennan memutuskan untuk membatalkan kesepakatan tentang hubungan mereka.

"Ok, aku dan Zara sekalian cek out dari sini ya, nanti siang kita ketemu di bandara"

Widia menganggukan kepala sebagai jawaban.

Kennan dan Widia berjalan bersisian sembari mengobrol, sedangkan Zara, mengekor di belakangnya. Mereka akan menuju ke kamar masing-masing.

****

Sudah beberapa menit Zara dan Kennan berada di dalam mobil, namun Kennan belum juga melajukan mobilnya "Dek, stop diemin mas ya, pliss" Ucapan Kennan memecahkan keheningan di antara mereka.

"Aku enggak diemin mas, aku cuma mau menjaga jarak, berdekatan dengan mas hanya membuatku sakit"

Zara menelan salivanya "Apa mas merasa aku mendiamkan mas?"

Kennan mengangguk "Mas kangen rempongmu dek" Laki-laki itu bernafas sejenak "Sebelumnya, mas berhasil merokok hanya empat batang perhari, karena apa?" Karena rempongmu dek" Kennan menjawab pertanyaannya sendiri sebelum Zara menjawabnya. "Akhir-akhir ini kamu enggak pernah lagi cerewetin mas supaya jangan merokok, dan hasilnya, bahkan hampir 2 bungkus yang sudah mas hisap dalam sehari"

Zara hanya diam mendengar unek-uneknya. Matanya kian memanas ketika menampung genangan air di kelopak matanya.

Tik..

Satu titik berhasil terjun tanpa sepengetahuan Kennan, dan Zara langsung mengusapnya.

"Kamu enggak kasian sama masmu?" tanyanya.

"Seharusnya mas bisa mengendalikan diri mas sendiri" sahut Zara menunduk, dengan tangan saling meremat "Kita nggak akan selamanya bersama. Suatu saat, pasti kita akan memiliki kehidupan masing-masing" Zara berusaha menormalkan perasaannya sebelum melanjutkan ucapannya "Mas dengan istrinya, dan aku dengan suamiku" dada Zara, dengan kurang ajarnya berpacu kian hebat.

"Kalau begitu, sebelum kita memiliki kehidupan masing-masing, sebelum kita sibuk dengan pasangan kita, mari kita saling menyayangi seperti dulu. Dan mas janji, mas enggak akan mencari pasangan sebelum kamu mendapatkan pasanganmu" pungkasnya dengan dada bergetar, tubuhnya kian lemas bak tak bertulang "Sakit tahu nggak dek, di diemin sama kamu"

"Mas nggak tahu, kalau menjauh dan bicara seperlunya pada mas, juga membuatku tersiksa. Betapa sakitnya ketika aku tak lagi bisa meberikan perhatian pada mas. Bahkan aku nggak pernah siap jika mas memiliki pasangan. Andai aku mempunyai keberanian seperti mba Widia untuk mengungkapkan perasaanku pada mas, tapi nyatanya aku terlalu cemen. Aku tidak memiliki keberanian sebesar itu"

"Dek" panggil Kennan, ia menatap penuh lekat, menyusuri setiap titik wajah wanita di sebelahnya. "Kamu nangis?"

"Maaf kalau sikapku akhir-akhir ini begitu dingin, maaf sudah mendiamkan mas"

"Nah kan kamu pasti merasa bersalah udah diemin mas beberapa hari ini" ucapnya seraya meraih selembar tisu di atas dashboard. "Di lap dulu ni" lanjutnya menyerahkan tisu "Mas paling nggak bisa lihat kamu nangis"

Zara meraih tisu dari uluran tangan Kennan, lalu mengusapkannya di area mata dan hidung.

"Jadi, kesimpulan dari pembicaraan kita kali ini" ujar Kennan kedua tangannya bertumpu pada roda kemudi "Kita habiskan waktu kita untuk bersenang-senang berdua sebelum kita menemukan pasangan kita masing-masing. Kita akan menghabiskan waktu libur sama-sama, lihat sunrise dan sunset sama-sama, dan shoping sama-sama. Janji" sambungnya menolehkan wajah ke samping kiri

Kennan melihat Zara menganggukan kepala "Jangan hanya mengangguk dek, jawab dong"

"Janji" sahutnya

"Kalau diemin mas lagi, kira-kira mau di hukum apa?"

Zara mengernyitkan dahinya, memindai pandangannya ke arah wajah Kennan sejenak, lalu kembali menatap lurus ke depan

"Hukumannya cium aja ya" tegas Kennan yang langsung di lempari tatapan tajam dari Zara. Laki-laki itu terlihat menaik turunkan kedua alisnya, dengan sudut bibir menyunggingkan senyuman

"Kalau diam berarti deal"

"Enggak" sahut Zara cepat.

Kennan meresponnya dengan kekehan "Gitu aja udah pasang muka menyeramkan, gimana kalau di cium beneran, kayaknya mas nggak bisa tidur tujuh hari tujuh malam" ucapnya masih dengan kekehannya.

"Mas" seru Zara.

Alih-alih marah, justru Kennan semakin ingin menggodanya "Jadi pengin nyium beneran"

Mendengar godaanya, tangan Zara reflek mencubit pinggang Kennan "Aww" Sahutnya

"Makannya jadikan aku pacarmu, nanti kamu bebas menggodaku" sayangnya Zara hanya mampu membatin. "Ayo jalan sekarang"

Sebelum mengoper tuah gigi, Kennan mengulurkan tangan kirinya membelai kepala Zara "Ingat ya kalau diam-diam lagi, dan irit bicara, hukumannya cium" seloroh Kennan.

"iissh siapa yang setuju dengan hukuman itu" Desis Zara yang di respon senyuman miring oleh Kennan.

"Andai semudah itu ngungkapin perasaan mas dek, sayangnya mas takut. Jika kamu tahu mas mencintaimu, mas yakin kamu pasti akan menjauh dari mas, maka dari itu mas lebih baik menyimpannya sendiri, supaya tetap bisa bersamamu, tidak masalah kalau hanya sebagai kakak"

"Kita mampir ke supermarket dulu mas, beli oleh-oleh buat bibi Yun"

"Oke" sahut Kennan sambil memutar roda kemudi ke arah kanan dan pandangan melirik ke arah spion.

********

Mami sama bundamu sehat kan nduk?" tanya bi Yun setelah menjawab salam dari Zara

"Alhamdulillah sehat, Bi" Zara lalu mencium punggung tangannya "Yang di tanyain pasti bunda sama mami dulu" keluhnya lalu mengerucutkan bibir.

Bi Yuni terkekeh geli.

Sedangkan Kennan masih sibuk mengeluarkan beberapa oleh-oleh yang sempat di beli sebelum kemari.

"Ayo kita masuk"

"Assalamu'alaikum bi" Seru Kennan, kedua tangannya membawa beberapa kantong plastik dan paper bag.

"Walaikumsalam, gimana kabarnya nak?"

"Sehat bi" jawabnya setelah mencium punggung tangan pengasuhnya saat kecil. Kennan mengambil posisi duduk di sebelah Zara "Bibi gimana?"

"Bibi sehat juga. Nenek umi, kakek abi, kakek sama nenek bambang juga sehat to?"

"Kita semua sehat" sahut Kennan "Lama banget loh, bibi enggak ketemu bunda sama mami. Sibuk apa, kok jarang pulang kampung?

"Kalau bibi si nggak sibuk, tapi suami bibi kerjanya enggak ada liburnya"

"Ya udah deh, besok-besok Ken yang bawa bunda sama mami ke sini"

"Bawa sekalian calon istrinya nak?"

"Ken lebih suka bawa Zara bi, dari pada calon istri"

Seketika Zara mencubit Paha Kennan "Bercanda terus dari tadi"

"Dia emang jail Za"

"Jail banget malah bi"

Mereka bertiga tertawa renyah. Lalu mba Yun mengajaknya makan siang bersama, sembari mengobrol, mereka menyantap makanan yang sudah bi Yun persiapkan sebelumnya.

Mereka juga sempat melakukan panggilan vidio conference dengan bunda Nina dan juga mami Irma.

***BERSAMBUNG...

Regards

Ane

Terpopuler

Comments

Iin Nya Riswan

Iin Nya Riswan

nyesek😭😭😭😭

2023-04-05

0

fitriani

fitriani

nunggu saat ken dan zara taw perasaan masing2

2021-12-27

0

sherly

sherly

jd ingat cinta untuk nagara..

2021-12-23

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!