Bab 1

"Mulut dan pikiranku selalu berlawanan jika berhadapan dengan mas Ken"

"Pak ini file hasil rapat kemarin, ada sedikit perubahan dalam penggunaan bahan baku, tolong bapak periksa sebelum di serahkan pada bagian CTO" dengan hati-hati Zara meletakan beberapa lembar dokumen di atas meja.

"Ok Za, nanti setelah ini akan saya cek ulang" sahutnya, kedua manik matanya yang tadi fokus pada layar laptop, kini beralih menatap Zara. Tatapan yang selalu membuat jantungnya seketika berdebam dan mampu membuyarkan konsentrasinya. "jika ada kekeliruan, akan saya tandai" lanjutnya.

Bukan sikap dingin yang dia tunjukan bukan, hanya saja, jika sedang fokus dengan pekerjaannya, Kennan cenderung abai dengan sekitar dan akan berbicara seperlunya.

Melangkah perlahan, Zara keluar dari ruang kerja milik sang bos.

Disini Kennan yang menjabat sebagai Direktur, akan bekerja sesuai arahan dari ayahnya sebagai pimpinan tertinggi sekaligus sebagai pemilik perusahaan. Dan Zara adalah sekretarisnya yang akan membantu Kennan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Tak ada interaksi apapun antara Zara dan Kennan hingga jam makan siang, karena mereka tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Saat jam istirahat, Zara melangkahkan kaki menuju kantin untuk makan siang, sebelumnya ia lebih dulu melaksanakan sholat dzuhur, di ruangan yang memang sudah tersedia sejak dulu di perusahaan ini.

Langkahnya melambat ketika dari kejauhan kedua netranya menangkap lelaki pujaannya tengah berbincang dengan Widia, di sebuah meja yang terletak di ujung dalam kantin.

Wanita cantik yang menjabat sebagai marketing menejer. Sosoknya sebagai anak dari pemimpin salah satu rumah sakit terbesar di kota ini, memberikan pengaruh baik bagi perusahaan milik Danu.

Seketika Zara teringat desas desus yang tersebar di antara para karyawan, bahwa wanita itu tertarik dengan sosok Kennan.

Zara, sempat melirik sejenak ke arah meja itu.

"Mereka berdua adalah teman sejak kuliah, sudah cukup lama saling mengenal, wajar kalau mereka bisa seakrab ini" batinya terus melangkah menuju tempat duduk yang masih kosong.

Sembari mengunyah makanan, tanpa sadar beberapa kali Zara mencuri pandang ke arah Kennan yang masih terlibat perbincangan. Entah apa yang mereka bicarakan, Zara sempat menangkap raut bahagia terlukis di wajah wanita itu, tersenyum memberingsut.

"Mas Ken pasti memujinya, atau melontarkan gombalan yang membuatnya tersipu malu"

Mendesah pelan, Zara kembali menikmati makanannya.

"Enggak sama pak Kennan say, biasanya selalu makan siang bareng"

Sapaan seseorang membuatnya reflek menoleh ke wajah Ika, teman sekaligus sekertaris dari papinya. Dimana papi Rio juga masih bekerja di sini sebagai asisten pribadi Danu yang merangkap jabatan sebagai CTO.

"Enggak, tadi aku keluar duluan, jadi enggak bareng"

"Tuh orangnya ada di situ" ucap Ika seraya menunjuk ke arah Kennan dengan dagunya "Sepertinya bukan hanya gosip Za, mereka memang terlihat seperti punya hubungan"

Perkataan Ika membuat Zara mendongak dan menatap wajahnya, lalu mengarahkan pandangannya ke samping kiri dimana Kennan duduk.

"Memang gosip apa tepatnya?" tanya Zara penasaran "Aku hanya mendengar kalau mbak Widia tertarik padanya"

"Aku dengar dari pak teguh si mereka pacaran, mba Widia juga sudah di bawa kerumahnya, di kenalin ke bundanya pak Ken"

Lagi-lagi ucapan Ika membuat jantungnya berpacu sangat kencang, susah payah Zara menelan makanan yang ia kunyah. Ia meraih gelas berisi teh tawar hangat untuk diminum.

"Dia sudah berkenalan dengan bunda Nina, Hufft Kenapa sesakit ini. Kenapa aku jadi merasa tidak terima jika bunda Nina nanti akan menyayangi mbak Widia"

"Za?" panggil Ika, namun tak ada respon darinya.

"Za" panggilnya lebih keras sambil menyentuh lengannya.

"Iy_Iya?" Kenapa Ka?"

"Harusnya aku yang tanya kamu kenapa?" hhhh melamun terus" keluh Ika, lalu menyuapkan sendok kedalam mulutnya.

"Aku nggak apa-apa" sekali lagi Zara melirik ke arah Kennan yang jaraknya hanya 7 meter. Ia membelalak saat pandangannya bertemu dengan lelaki yang juga sedang meliriknya.

"Astaghfirullah" gumamnya dengan gerakan cepat dan kembali fokus menghadap ke piring di atas meja. Keringat dingin mendadak muncul di pelipisnya.

"Kenapa lagi Za, kamu kok aneh gitu si?" Ika menatap heran pada temannya.

"Enggak" Elaknya "Cepat di habisin, bentar lagi jam istirahat usai"

*********

"Tadi kenapa nggak ajak mas makan siang bareng?" tanya lelaki itu tiba-tiba, membuat jantung Zara melompat-lompat. Kedua tangan Kennan ia daratkan di sisi meja kerja milik Zara.

"M-mas Ken"

Tubuh Ken sedikit membungkuk, tatapannya menghunus hingga ke bagian terdalam mata wanita berhijab di depannya "Tadi kenapa enggak ajak mas makan siang bareng?" tanyanya ulang.

"Tadi mas kan makan bareng sama mba Widia"

"Tadi mas mencarimu, tapi kamu sudah nggak ada di mejamu, mas cari di kantin, terus ketemu sama Widia, dia ajak mas duduk di bangkunya"

Zara sedikit menarik ujung bibirnya ke kiri "Bilang ke mami, nanti mas makan malam di sana, suruh mami masak banyak-banyak"

"Apa mas juga mau ngenalin mbak Widia ke mami?" Ucapan Ika saat di kantin membuat Zara melontarkan pertanyaan konyol itu, yang membuat Ken mengernyitkan dahi.

Alih-alih menjawab, Kennan justru menyuruhnya untuk bicara di dalam "Ke ruangan mas sekarang" ucapnya tanpa menunggu jawaban Zara, Kennan langsung melangkah memasuki ruangan tanpa menutup kembali pintunya.

"Duduk" perintah Kennan saat Zara sudah berada di depan meja kerjanya.

Jantung wanita itu berdebar hebat, perasaan pun mulai gelisah. Sempat ragu, akhirnya Zara duduk di kursi tepat di hadapan mejanya.

"Tadi kamu tanya apa?" mau ngenalin Widia ke mami?" Ucapnya serius "Kalau iya kenapa?"

Tak menjawab pertanyaanya, Zara memilih diam sambil menggigit bibir bawah bagian dalam. Sepertinya ada amarah tertahan yang ingin Zara tumpahkan, namun tidak tahu bagaimana caranya.

Tiba-tiba saja Kennan berdiri, berjalan melangkah, dia menyingkirkan kursi lainnya di sebelah Zara, lalu mendudukan dirinya di sisi meja, dengan kaki menyatu dan tangan ia lipat di dada.

"Apa ada larangan buat mas ngenalin Widia ke mami?" tanyanya seraya mengurai tangannya lalu mendaratkan di tepi meja tepat di sisi pinggang kanan kirinya "kalau ada, mas enggak jadi membawa Widia ke rumah mami"

"Nggak ada" sahutnya singkat

"Yakin?"

"Terserah mas saja"

"Kalau jawabannya terserah, it's ok. Tunggu di rumah nanti malam" ujarnya lalu duduk kembali di kursi singgasananya.

"Ini dokumen yang tadi pagi, tolong kamu serahkan ke bagian CTO, ada beberapa yang keliru, tapi sudah mas perbaiki"

Zara mengulurkan tangan dan meraih dokumen itu. lalu bergegas keluar dari ruangan yang di anggapnya keramat.

Kennan memang tak pernah membebaninya pekerjaan yang terlalu berat, jika ada file yang perlu di revisi, ia akan melakukannya sendiri, tanpa menyuruh Zara untuk membetulkannya kembali.

Menarik nafas panjang, lalu wanita itu membuangnya perlahan, seraya menggembungkan mulut, Berusaha menetralisir rasa yang berkecamuk di bagian dada.

BERSAMBUNG

Regards

Ane

Terpopuler

Comments

rain

rain

aku berasa jadi zara, ikutn dag dig dug jantungku😂

2022-10-15

1

noname

noname

nanya dong ini zara siapa sih?? aku kok lupa ya.. ini pa msh sdranya kenan??

2022-01-21

0

agustani bksda

agustani bksda

mngkin gini ya rasanya
cinta bertepuk sebelah tangan

2021-12-17

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!