Bab 7

"Terkadang kejujuran akan mengubah suatu keadaan"

Duduk di meja kerja, Zara menatap jarum jam di tangan, mencoba menerka-nerka, sedang apa Kennan dan Widia di dalam ruangannya.

"Apakah mas Ken sudah mengakhiri hubungannya dengan mbak Widia?, atau apakah mas Ken tetap melanjutkannya hingga waktu yang mereka tentukan?"

Sekembalinya mereka dari Jakarta, mereka mampir ke kantor untuk menyerahkan berkas-berkas berisi kesepakatan kerja sama dengan para klien ke bagian direksi.

Setelah pembicaraanya tadi siang di dalam mobil, dan setelah dari rumah bi Yun, pikiran Zara di buat terusik oleh sikap Ken. Dia seolah lupa dengan janji yang dia ucapkan sendiri. Ken bersikap datar terhadap Zara, di hadapan Widia. Sepertinya, Zara berfikir Ken mengatakan itu supaya dia behenti mendiamkannya.

Entah apa yang mereka bicarakan di dalam sana, rasanya Zara ingin sekali menerobos pintu itu dan menguping pembicaraan mereka.

Menghela nafas panjang, wanita itu kembali fokus dengan sisa pekerjaan yang harus di laporkan besok pagi.

Hampir setengah jam Widia di dalam ruangan Ken, otaknya kembali berfikir yang tidak-tidak. Namun beberapa detik kemudian pergerakan pintu membuat Zara menolehkan wajahnya..

Tanpa sepatah katapun, Kennan dan Widia berjalan melewati mejanya.

Fokusnya, kini antara pria itu, dan pekerjaannya.

Beberapa menit berlalu, Kennan kembali dengan sikap yang berbeda.

"Dek, sekarang kamu siap-siap, papi masih di ruangannya, katanya nanti mau mampir ke lantai sini, kerjaan kamu mas yang lanjutin"

"Ranselku mas"

"Udah biar mas bawa pulang, besok minta cuciin ke bunda, mas masih banyak pekerjaan"

"Biar aku yang cuci bajuku sendiri, ngapain ngerepotin bunda"

"Mas sibuk" sahutnya seraya membantunya mengemasi beberapa lembar file di atas mejanya "tadi kopernya langsung mas masukin ke bagasi, nggak bisa ambil sekarang dek"

"Mas mau lembur sampai jam berapa?"

Zara melihat Ken melirik jam di tangannya "begitu ini selesai, mas akan langsung pulang"

"Bukan jawaban itu yang ku mau" ucap Zara sedikit datar "Mas lembur sampai jam berapa?" tanyanya ulang, pria itu tersenyum, senyuman yang beberapa hari ini tidak di lihat oleh Zara.

"Jam 10" jawabnya "Kamu pulang sama papi ya, besok nggak usah berangkat"

"Kenapa?"

"Lupa kalau besok hari sabtu?"

"Tapi besok jadwalku setengah hari" protes Zara

"Tapi enggak usah berangkat. Bilang sama mami besok malam mas makan di sana sama ayah sama bunda, suruh mami masak banyakin, jangan lupa kamu bantuin mami masak"

"Apa mas akan lembur dengan mbak Widia?" tanyanya dengan keberanian yang tidak pernah dia duga

Kening Kennan mengerut "Kenapa?"

"Eng-nggak kenapa-kenapa" Zara mendadak gugup. Entah kenapa, ia merasa tidak suka jika Kennan bersama Widia.

"Mbak, udah selesai?" tanya papi Rio tiba-tiba, membuat kedua orang itu kompak memindai pandangannya. Untunglah ada papi, kalau tidak, obrolan tentang Widia pasti akan berlanjut.

"Sudah pi"

"Ken, papi pulang dulu ya, kamu sudah di tunggu sama ayah di atas"

"Iya pi" Mas Ken mencium punggung tangan papi. "Hati-hati pi"

"Iya, kalian juga hati-hati" sahut papi "Yuk sayang kita pulang" ajaknya pada anak gadisnya

Saat hendak melangkah mengikuti langkah papi, diam-diam Ken menarik tangan Zara "Mas ngga lembur sama Widia" bisikannya membuat hatinya kian lega.

*********

Keesokan harinya, dua keluarga berniat mengadakan makan malam bersama. Ini sudah menjadi kebiasaan mereka sejak dulu. Kadang keluarga Rio yang datang ke rumah ayah Danu, dan kadang ayah Danu yang datang ke rumah papi Rio

Sepulang dari minimarket, Zara melihat ada mobil yang sangat familiar baginya terparkir di halaman rumah.

"Mas Ken sudah disini" gumamnya

Saat dia memasuki rumah, terlihat sosok Kennan tengah bermain catur bersama papi Rio.

"Dari mana dek?" tanyanya mengalihkan pandangan sejenak pada Zara

Zara menunjukan kantong plastik berisi bahan makanan yang akan di masak untuk makan malam bersama.

"Sudah pulang" tanya mami sembari menaruh gelas berisi minuman di atas meja "apa yang kamu beli nak?"

"Banyak mih, di motor juga masih ada" Zara menoleh ke arah Bima yang tampak serius dengan ponselnya. Dia adiknya yang paling bontot, karena kesehariannya berada di pesantren, membuatnya jarang sekali berinteraksi. "Dek, bantuin embak ambil barang di motor ya" Tanpa menjawabnya, dia langsung melakukan apa yang embaknya perintahkan.

"Sini mami bantuin bawa"

"Enggak usah" tolak Zara "Mami kan bawa nampan"

Saat di dapur, Zara menata barang belanjaan ke dalam kulkas, sebagian barang ia taruh di atas meja.

"Mbak, tolong ini bawa ke depan untuk papi sama mas Kennan dan juga Bima"

Beberapa klapetart tertata rapi di atas nampan. Kudapan yang Zara buat tadi pagi setelah sarapan.

Zara dan mami ikut bergabung bersama ketiga lelaki itu.

"Kanes belum pulang mi?" tanya Zara seraya menikmati manisnya klapetart

"Belum"

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam" jawaban seisi rumah nyaris bersamaan

Kanes, mencium satu persatu tangan orang tua dan kakaknya

"Mas Ken di sini?" tanya Kanes saat giliran mencium punggung tangannya.

"Iya"

"Embak, gimana progresnya, lancarkan?" tanya Kanes antusias, dan langsung duduk di sebelah Bima.

Kennan sempat memindai wajah Kanes yang juga sedang meliriknya.

"Progres apa dek?" Zara benar-benar belum paham maksud progres yang di tanyakan Kanes.

"ihh si embak, progres yang semalam kita bahas sama Bima"

Kini giliran Kennan menatap Bima, lalu beralih ke wajah Zara, sedangkan Zara membuka mulutnya membentuk huruf O.

"Embak mau ke atas dulu ya" Pamit Zara, dia sengaja menghindar karena tidak ingin membahasnya di depan Kennan

"Pi, Kalau ta'arufnya berjalan lancar, papi setuju enggak kalau nikahnya embak di percepat" Pancing Kanes sengaja bertanya pada papinya dengan suara lantang.

Disini konsentrasi Kennan mendadak buyar.

"Ta'aruf?" Kennan melihat Kanes dengan tatapan seolah mengharapkan penjelasan.

"Kenapa mas Ken mendadak pucat, apa dia nggak suka kalau embak ta'aruf, apa mas Ken juga mencintai mba Zara?" Kanes menggelengkan kepalanya, dengan sudut bibir sedikit terangkat "haist sorotan matanya benar-benar tidak bisa ku tebak"

"Ta'aruf dengan siapa dek?" ucapnya lagi. Pria berusia 27 tahun itu sangat menunggu jawaban dari Kanes.

"Rahasia dong" jawabnya lalu berdiri dan berlenggang hendak menuju kamar. "Mi, aku ke atas dulu ya, mau ganti baju" lanjutnya yang di anggukan kepala oleh Irma.

Kanes memang sengaja membuat Kennan penasaran, dia ingin melihat bagaimana reaksinya saat tahu Zara sedang ada proses ta'aruf.

Kennan, masih menatap punggung Kanes, saat Kanes menoleh ke belakang, pandangan mereka bertemu, membuat Kennan salah tingkah.

"Sikap mas Ken kok mendadak aneh, kenapa yah?" lirih Kanes seraya menaiki anak tangga. "Aku akan menanyakan ke Ayu, apakah masnya yang udah jahatin embaku, udah punya pacar atau belum"

BERSAMBUNG

Regards

Ane

Terpopuler

Comments

Lia ajalah 💋

Lia ajalah 💋

semangat 💪😘 nes...lebih baik kamu comblangi mereka berdua buar cepetan jadian

2021-12-26

0

N Hayati

N Hayati

aduh jd takut zara ke org lain

2021-11-02

0

Demi sya

Demi sya

greget iih

2021-10-29

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!