Bab 5 Sebuah pernyataan

"Kamu hanya adiknya Za, sama seperti Ayu, Kanes, dan Bima"

Mas Ken : "Cepat keluar, mas di depan kamarmu" 04:12 Wib

Mata Zara mengerjap beberapa kali saat membaca pesan dari Kennan. Hingga dua kali pesan itu di baca, Zara akhirnya bersiap mengganti piyamanya dengan setelan santai serta khimar. Setelah dirasa siap, dia menyambar dompet mini berisi ponsel, dan beberapa kartu. Saat pintu terbuka, menampilkan pria dengan mengenakan celana pendek yang di padukan dengan kaos serta jaket. Kennan segera menggandeng tangan Zara, namun segera di tepis olehnya.

"Aku bisa jalan sendiri mas"

Kennan menghentikan langkahnya sebentar, mengambil napas panjang, dan mengembuskannya kasar, lalu kembali melangkahkan kakinya setelah mengurai genggamannya.

Ia membuka dan menutup pintu mobil untuk Zara, berjalan memutari depan mobil selagi Zara memasang seatbelt. Sebuah mobil yang di sewa Kennan jika dalam situasi bisnis di luar kota.

Hening dan sunyi, mereka seperti dua orang yang tidak saling kenal, tidak ada obrolan di dalam mobil selama perjalanan menuju pantai.

Karena jalanan yang masih sepi, dan ini masih terlalu pagi, hanya beberapa kendaraan saja yang berlenggang melewati jalan kota. Membuat Kennan begitu leluasa mengendalikan mobilnya. Tidak membutuhkan waktu lama, mereka telah sampai di tempat tujuan.

Pemandangan indah di pagi hari, adalah hal yang selalu di tunggu oleh penyuka sunrise. Momen matahari terbit, kerap ditunggu oleh Zara dan Kennan. Kecintaannya terhadap view itu, membuat mereka sering menghabiskan waktu pagi di laut. Mencari spot terbaik dan terindah untuk menikmati sunrise.

Duduk di sebuah bangku, sembari menikmati hembusan angin yang terasa sejuk saat memasuki rongga hidung.

"Kamu masih marah sama mas?" tanya Kennan, ia memindai wajah Zara penuh selidik

"Aku enggak pernah marah sama mas"

Zara menoleh ke samping, seketika netra mereka bertemu membuat jantungnya berdetak kencang.

Kennan yang tadinya bersandar di sandaran bangku, melakukan pergerakan kecil, kedua sikunya bertumpu pada lutut, dengan kedua tangan saling bertaut.

"Maaf kalau kemarin mas sudah bicara dengan nada membentak"

"Boleh aku tanya sesuatu?"

Kennan menatap Zara, selama hampir setengah menit sebelum menjawabnya "Tanyakan saja!"

Zara menarik napas dalam-dalam, perasaan gerogi tiba-tiba muncul

"Katanya mau tanya"

Wanita berparas cantik itu terdiam.

"Kenapa mas menjadikan mbak Widia sebagai pelarian mas?" Zara memberikan jeda untuk dirinya sendiri "Bukankan secara langsung mas menyakiti mbak Widia?"

"Widia bilang seperti itu?" tanya Kennan

"Aku menginginkan jawaban bukan pertanyaan balik"

"Aku tidak pernah menjadikan dia pelarianku, dia sendiri yang menginginkan, dia sendiri yang memohon agar aku memberikan waktu 30 hari untuknya"

Zara mengatupkan bibirnya, seolah tak percaya dengan ucapan Kennan

"Aku tidak sejahat itu Za". Panggilan mas dan adek mendadak berubah

Dua orang mengalihkan pandangannya ke arah indahnya matahari terbit, saat warna orange di satu titik langit mulai menampakan sinarnya.

Pemandangan yang begitu memukau bagi Zara dan Kennan, hingga lebih dari 10 menit berlangsung, keheningan masih menyelimutinya.

"Aku terlalu takut, jika kejujuranku nanti, akan merubah keadaan kita Za, karena kamu pasti menganggap perasaanku hanya sebatas rasa sayang seorang kakak terhadap adiknya. Padahal lebih dari itu, jikalau aku menyatakan cintaku padamu, dan kamu menolaku, maka kamu akan menjauh dariku, bisa di pastikan hubungan kita akan semakin renggang, aku tidak mau itu terjadi, aku belum siap berpisah darimu"

"Tangisan saat kamu lahir, selalu terngiang di telingaku, membuatku ingin terus menemani dan melindungimu Za"

"Widia bilang apa lagi?" tanya Kennan tiba-tiba

"Enggak ada"

"Mas akan mengakhirinya sepulang dari Jakarta"

Sebenarnya Zara ingin sekali menanyakan tentang sahabatnya, wanita yang ingin sekali Ken lupakan, namun nyalinya menciut, ia tak memiliki cukup keberanian, selain itu Zara belum siap dengan jawabanya yang pasti akan membuat hatinya teriris.

Dering ponsel berbunyi di saku jaket Kennan. Pria itu segera meraih dan melihatnya

Widia calling...

"Iya Wid?"

"Aku dan Zara sedang keluar"

"Ke laut, maaf aku hanya tidak mau menganggu tidurmu, karena kami pergi saat masih petang"

"Kamu sendiri saja, aku akan sarapan dengan Zara"

"Kasihan sekali mbak Widia, tapi aku salut dengan kejujuran tentang perasaanya terhadap mas Ken, apalagi dia mengatakannya di depan orangnya langsung, dan meminta waktu untuk membuat mas Ken jatuh cinta padanya. Dari pada aku yang hanya mampu memendamnya"

"Kita balik" ucap Ken sesaat setelah mengakhiri panggilannya, kemudian berdiri. Saat hendak melangkah, tiba-tiba tedengar pertanyaan dari Zara yang membuat Kennan mengurungkan langkahnya.

"Mas yakin, akan mengakhiri kesepakatan yang kalian buat?"

"Iya"

"Why?"

"Mas enggak mau di pandang jahat sama adik-adik mas, mas tahu, ketika kamu dengar masmu menjadikan seorang wanita sebagai pelarian, kamu pasti menganggap masmu ini orang yang kejam. Padahal yang sebenarnya, mas sama sekali enggak merasa menjadikan siapapun menjadi pelarian mas. Mas ingin menjadi kakak yang baik untuk kalian" ungkap Kennan.

"Nah kan ada lagi ujian mental ke tiga, kamu hanya adiknya Za, sama seperti Ayu, Kanes, dan Bima"

"Masih mau duduk di sini?" tanyanya, ketika Zara masih dengan posisi duduknya. Tak menjawab, Zara segera berdiri

"Mau sarapan apa?" Kennan memecah keheningan saat di dalam mobil.

"Terserah mas?"

"Mas paling enggak suka kalau jawabanmu terserah"

"Ya udah mampir dulu ke rumah makan, nanti kan bisa pilih menu di sana"

Mendengus pelan, Kennan memarkirkan mobilnya ketika sampai di area rumah makan siap saji.

*******

Saat menuruni anak tangga, Kanes mendapati kedua orangtuanya duduk di ruang keluarga, dengan televisi yang menyala terang. Keduanya terlihat begitu romantis, seolah dunia hanya miliknya, Irma yang memeluk Rio dari samping, dan tangan Rio mengusap-usap kepala Irma.

"Rasanya seperti lihat ABG lagi pacaran" gumam Kanes, ia terus berjalan menghampiri orang tuanya, lalu mangambil posisi duduk di tengah-tengah mereka, dengan terpaksa Rio menggeser duduknya.

"Papi sama mami tatap-tatapan terus, kasihan tv nya engga di lihat" ucap Kanes seraya menenggelamkan kepalanya di dada Irma. Rio merubah posisi duduknya menghadap putri ke duanya, dengan melipat satu kaki dan kaki lainnya di biarkan menggantung menapak lantai.

"Pi, kapan embak pulang" tanya Kanes

"Besok siang, kenapa memangnya?"

"Itu, tadi si Bima sms Kanes, nanyain mbak Zara kapan pulang, soalnya ada laki-laki yang mau ta'aruf dengan embak, beberapa waktu lalu katanya mereka udah saling tukar proposal ta'aruf"

Irma tampak kaget dengan ucapan Kanes "Kok mami nggak tahu Nes?"

"Kanes juga baru tahu dari Bima tadi"

"Seperti apa orang itu?"

"iih papi, ya mana Kanes tahu, katanya Bima si cucu dari temannya kakek Abi. Bima juga di suruh sama kakek abi, buat nanyain mbak Zara"

"Ya udah kita tunggu embak pulang" sahutnya

"Kalau cucu dari teman kakek Abi, mungkin orang baik-baik ya pi?"

"Belum tentu juga mi, kita kan belum tahu" jawab Rio seraya mengusap kepala Kanes. "Nes udah malam, bobo sana!"

"Belum ngantuk pi"

"Tapi harus istirahat"

"Haiisst papi mah, bilang aja mau berduaan lagi sama mami"

Ucapan Kanes di respon kekehan kecil oleh Rio

"Ya udah Kanes naik dulu" ucapnya lagi sambil mencium pipi Irma, dan Rio bergantian.

Saat melangkah hampir di depan tangga, Kanes berhenti lalu menoleh ke belakang "Nah kan, benar dugaanku, papi mepet-mepet lagi duduknya, kali ini pake cium-cium kepala mami. Rasa-rasanya, aku enggak pernah lihat papi sama mami berantem. Mami yang selalu sabar, dan hampir enggak pernah marah ke papi, membuat papi tahluk di depan mami, seolah menyerahkan hidupnya pada mami"

Ia kembali berjalan menaiki anak tangga.

"Ngomong-ngomong soal ta'aruf, berati si embak udah lupain mas Ken, gitu kali ya. Hhhh Andai saja aku enggak kadung janji buat nutupin rahasia embak, pasti si Ayu udah ku beri tahu, kalau mbak Zara cinta sama mas Ken. Aku yakin Ayu pasti akan setuju mbak Zara jadi kakak iparnya"Kanes terus bergumam selama menaiki tangga hingga memasuki kamarnya.

BERSAMBUNG

Regards

Ane

Terpopuler

Comments

Yomi Umiati

Yomi Umiati

kerennnnnnnnn 👍

2022-01-29

0

Lia ajalah 💋

Lia ajalah 💋

gapapa juga kali nes bicara jujur mumpung harii gini ..malahan kalo ditutupin trs ntar malah ada yg tersakiti 😥😥

2021-12-26

0

nonce

nonce

bilangin aja 🤭

2021-12-16

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!