Bab 14

Sudah beberapa hari ini Zara di buat kacau balau oleh sikap Kennan yang seolah menuntut Zara untuk berkata jujur. Namun Zara masih menyimpan rapat perasaanya.

Apalagi kemarin malam Yusuf sempat di undang makan malam oleh Rio di rumahnya. Zara merasa bahwa sang papi sangat mendukung hubungannya dengan lelaki sholeh itu.

"Mbak, tolong ini di antar ke rumah bunda ya" perintah Irma seraya menutup beberapa kotak makan.

"Nanti kalau ke rumah bunda pasti ketemu mas Ken, dan dia pasti kembali membuatku pontang-panting" Menggembungkan mulut, Zara menarik nafas berat "Aku harus menyiapkan mental dari sekarang"

"Sekalian kamu makan malam di rumah bunda, si Kanes juga sudah di sana. Nanti setelah jenguk omma Lily, mami sama papi mampir ke rumah bunda Nina"

Oma Lily adalah mama dari Rio, yang kini sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Padahal baru beberapa minggu lalu Rio membawa keluarganya menginap di rumah orang tuanya.

"Salam buat omma ya mi" Ucap Zara sambil menuang air minum ke dalam gelas "Bilang ke omma malam minggu besok giliran embak yang jenguk" lalu meneguk air dalam gelas hingga tandas.

"Iya nanti mami sampaikan. Coba telfon papimu, mau pulang jam berapa"

"Kayaknya sebentar lagi mi, tadi pas mbak pamit pulang, papi lagi ngrumpi sama Ayah, sama mas Ken juga, sepertinya si udah nggak ada kerjaan" ujarnya sambil membilas gelas bekas minumnya tadi.

Bersamaan dengan itu, terdengar decitan pintu dari arah ruang tamu

"Nah tuh dia orangnya" ucap Zara saat mendapati papinya sedang berjalan menuju dapur.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam" jawab Irma dan Zara bersamaan, lalu bergantian meraih punggung tangan Rio

"Jadi mi jenguk mamah?"

"Jadi dong pi" sahut Irma seraya membuka kulkas dan meraih botol air mineral, lalu menuangnya ke dalam gelas.

"Tapi kata papah sudah pulang, di rumah sakit cuma semalam doang" Rio menerima uluran gelas dari sang Istri dan langsung meneguknya"

"Syukurlah" jawab Irma, ia kembali fokus menata barang yang akan di bawa ke rumah mertuanya.

"Berati udah sembuh pi ommanya?" tanya Zara serius.

"Belum sembuh total, tapi omma kan memang nggak suka tinggal di rumah sakit, dan kata dokter bisa di rawat di rumah, jadinya di ijinin pulang sama dokternya"

"Coba pi, bujuk omma supaya mau nginep di rumah kita, kasihan bu dhe Rita, pasti cape kan ngurus omma sama oppa tiap hari. Sekali-kali kasih bu dhe Rita buat me time"

"Ucapan mbak Zara ada benarnya juga pi, kasih mba Rita kesempatan buat bebas tugas ngurus mamah sama papah"

"Palingan nggak boleh sama mbak Rita, dia kan nggak pernah mau jauh-jauh dari mama papa" pungkas Rio "Mami tahu kan, kita sudah sering minta ke mbak Rita"

"Iya juga si"

"Sayang banget ya pi, bu dhe Rita ke omma"

"Ya iya lah, omma yang melahirkannya, memangnya embak nggak sayang sama mami yang udah ngelahirin embak?" tanya Rio dengan satu alis terangkat.

"Ihh ya sayanglah"

"Harus sayang dong, betapa kerasnya perjuangan mami ngelahirin embak sama adik-adik" ucap Rio

"Sampai papi nangis meraung-raung" sambar Irma seraya tersenyum meledek "Masih ingat kan pi?"

"Papi nggak akan pernah lupa sama dokter yang udah ngetawain papi. Entah dokter itu sekarang ada dimana" selorohnya seraya berdiri "Papi mau mandi dulu" lanjutnya lalu melangkah meninggalkan dua wanita yang tengah terkikik

"Udah mbak, siap-siap kerumah bunda, nanti keburu sore"

"Ya udah mbak naik dulu mi"

"Hmm" Zara melangkah menaiki tangga, setelah medengar deheman dari Irma.

*******

"Masak apa bund?" tanya Zara sesaat setelah mengucapkan salam dan mencium punggung tangan Nina "Nggak masak daging kan bun, Soalnya mami bawain rendang ini, sama oseng kerang"

"Enggak, bunda masak sayur asem, sambal terasi, sama bikin bakwan"

"Mbak bantu ya bund" ucap Zara "Ini ada kentang bun?" tanyanya saat melihat kentang yang beberapa menit lalu sudah di goreng dan saat ini sedang di tiriskan.

"Oh iya bunda lupa, mau bikin perkedel juga"

"Ya udah biar mbak Ulekin kentangnya"

"Ok sayang"

Saat dua wanita beda generasi itu tengah fokus dengan aktifitasnya, terdengar bunyi ponsel berdering.

"Ponsel siapa bund?"

Nina menoleh sesaat ke arah sumber suara "Ponsel mas ken mbak, bisa tolong antar ke kamarnya" perintah Nina "Siapa tahu penting"

"Nah kan, baru aja sampai, ujian mental harus sudah di mulai"

Saat meraih ponsel Kennan yang tergeletak di atas kulkas, Zara membaca nama yang memanggil.

"Frea?"

Dengan berat Zara melangkahkan kaki menaiki tangga sambil menyiapkan mental.

Beberapa kali Zara mengetuk pintu kamar pria yang selalu membuat jantungngya melompat-lompat, namun tak ada jawaban dari sang empunya kamar. Perlahan Zara memutar handle pada pintu lalu membukanya, dan melongokan kepalanya "Kosong?" Gumam Zara dengan menautkan kedua alisnya.

"Ah itu baik, jadi ujian mental bisa di tunda" gumamnya lagi sambil melangkah masuk.

Saat di dalam kamar, suara gemercik air semakin jelas "Ternyata mas Ken lagi mandi, aku harus cepat-cepat taruh ponsel ini, lalu segera keluar dari kamarnya"

Saat baru saja mendaratkan benda tipis itu di atas meja, terdengar suara pintu terbuka, membuat Zara terlonjak kaget, dan reflek mengalihkan pandangan pada sosok lelaki bertubuh atletis dengan hanya memakai handuk yang melingkar di pinggangnya, memperlihatkan dada bidangnya.

Kennan yang juga terkejut, melambatkan gerakan satu tangannya yang sedang mengeringkan rambut dengan handuk. Namun keterkejutannya hanya sesaat, ia kembali menggerakan tangan di kepalanya dengan gestur santai, dan tangan lainnya menutup pintu kamar mandi.

"M-mas Ken?" ucap Zara dengan terbata.

Kennan berjalan mendekati wanita yang tengah sibuk mengatur ritme jantungnya.

"Ada apa?" tanya Kennan yang terus melangkah maju, membuat Zara melangkah mundur.

"A-aku, cu-cuma antar ponsel" katanya sambil berusaha menelan ludah.

Kennan melirik ponsel di atas meja sekilas, lalu kembali menatap Zara.

Mereka diam saling menatap dengan kondisi batin yang pasti berlawanan. Zara yang di selimuti keresahan, dan Kennan yang begitu tenang.

"Kenapa?" tanya Kennan seraya mengikis jarak wajah mereka "Takut?" Kini wajahnya semakin dekat. Kennan sedikit menunduk.

Zara menggeleng.

"Lalu?" tanyanya yang tahu-tahu tangan kirinya menempel di tembok, tepat di sisi kepala Zara, sedangkan tangan kananya mengangkat dagu Zara. "Apa mau jujur sekarang?" tanyanya lagi.

Zara masih diam membisu.

"Kamu tahu kan?" ucap Kennan, manik matanya sama sekali tak teralihkan menatap bola mata Zara yang bergerak gelisah. "Kalau mulut untuk bicara, dan telinga untuk mendengar" Tangannya yang tadi memegang dagu milik Zara, kini beralih meraih ujung jilbab yang menjuntai hingga ke batas perut.

Dengan kondisi yang tak terkikis, membuat Zara semakin panik.

"Masih belum mau mengatakan?" tanya Kenan, kali ini dengan mata melirik jarinya yang bergerak memutar, memainkan ujung jilbabnya.

"Me-mengatakan apa?" tanya Zara balik tentu dengan perasaan yang begitu was-was.

Alih-alih menjawab, Kennan kembali mengangkat dagu Zara, kemudian, dengan gerak cepat pria itu tiba-tiba menempelkan bibirnya di bibir Zara. Hanya menempel selama beberapa detik, dan tak ada *******.

BERSAMBUNG

Regards

Ane

Terpopuler

Comments

arni Aliah

arni Aliah

ya ampun...meleleh hatiku di bikin baper sm si ken...i love u kennan/Angry//Angry//Angry//Tongue/

2024-01-14

1

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

ken ken sadar ken...

2023-11-29

0

LiMa

LiMa

khilaf Ken?

2022-08-24

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!