Bab 12

Butuh beberapa menit untuk Zara mencerna ucapan Kennan, Sesuatu yang tidak pernah ia sangka, bahwa lelaki yang selama ini ia cintai, juga mencintainya. Perasaan yang selama ini ia pendam, lelaki itu pun memendamnya.

"Kennan ingin sekali melepaskan perasaannya untuk wanita yang dia cintai"

"aku di jadikan sebagai pelarian oleh Kennan "

"Dia cuma bilang mencintai sahabatnya"

Tiba-tiba sekelebat ucapan Widia kala itu, menari-nari di kepalanya..

"Za, kamu nggak perlu membalas cinta mas, mas cuma minta, setelah tahu perasaan mas yang sebenarnya, tolong jangan benci sama mas, mas ingin tetap menjadi kakakmu, walaupun kamu nanti menikah, mas tidak akan pernah keberatan untuk membantu dan melindungimu jika kamu membutuhkan mas"

Bibirnya masih enggan untuk mengatakan sesuatu, ada gelegak yang kian menyesakkan di hati Zara. Satu sisi dia sudah bersedia melanjutkan ta'aruf ke tahap khitbah, di sisi lainnya, ada kakak yang juga memiliki perasaan yang sama dengannya.

"Aku sudah pernah mengingatkan diriku sendiri, bahwa perasaanku ini beresiko untukku. Aku masih bisa membayangkan kamu hidup dengan laki-laki yang kamu cintai, tapi membayangkan berpisah dan tak bisa melindungimu, benar-benar nggak bisa.

"Bagaimana dengan Widia yang mencintai mas?"

"Aku tidak ingin menyakitinya, aku sudah mengakhiri hubungan itu"

"Kenapa menyerah sebelum mencoba lebih lama?"

"Karena kamu" sahut Kennan bersamaan dengan perhatian Zara teralihkan pada notif pesan yang masuk ke ponselnya.

Papi : "Dimana nak?" sudah sore, cepet pulang ya" (16:37 Wib)

Sesaat setelah membaca pesan dari papinya, yang juga masih bisa di baca oleh lirikan mata Kennan, pria itu mengajaknya pulang.

********

Malam harinya, Selepas makan malam di rumah Zara, Kennan dan Ayu berpamitan untuk pulang. Kennan akan meminjam mobil Zara, karena ia meninggalkan mobilnya di rumah kakek abi.

Saat Mobil yang di kendarai Kennan mendekati pagar rumah, sudah terlihat sosok Danu yang berdiri tegak di teras, dengan memasukan kedua tangannya ke dalam kantong celana.

Danu memang sangat protective pada kedua anaknya, apalagi pada Ayu, anak perempuan satu-satunya, dan betapa cemasnya apabila Kennan ataupun Ayu tak kunjung sampai di rumah hingga lewat pukul 10 malam.

Kennan, menginjak rem, ketika sudah berada tepat di depan pagar.

"Ayah sudah menunggu kita mas" racau Ayu lirih sambil melepaskan seatbelt

"Buruan turun, bukain gerbangnya" perintah Kennan "Pasti mas di marahi ayah, gara-gara kamu ngajak liat film" gerutunya.

"Ayah nggak akan marah, mas tenang aja, sahutnya lalu membuka pintu mobil "Aku akan menjelaskan ke ayah nanti"

Dengan cekatan ayu membuka pintu pagar, lalu berlari menghampiri Danu yang sedang mengamatinya dari kejauhan.

"Assalamu'alaikum yah" ucap Ayu meraih tangan Danu lalu memeluk tubuh kekarnya

"Walaikumsalam, Kenapa baru pulang, sudah jam berapa ini?"

"Maaf yah, tadi mas Ken ngajak mampir"

Kennan sudah memarkirkan mobil dan menghampiri ayah dan adiknya yang sedang bergelayut manja di lengan sang ayah.

"Bohong yah" sahut Kennan cepat sambil mencium punggung tangannya "dia sendiri yang maksain mas buat mampir ke bioskop"

Ayu tersenyum geli, lalu mencium pipi Danu dan berlari meninggalkan dua pria kesayangannya memasuki rumah.

"Sebenarnya siapa yang ngajakin mampir?"

"Dia yang ngajak yah" jawab Kennan santai

"Kan kamu bisa memperingatkannya"

"Kan ayah tahu sendiri gimana Ayu"

"Kok bawa mobil Zara?"

"Ayah nggak lupa kan, kalau mobil Ken masih di rumah kakek abi?"

Danu menggelengkan kepala "Masuk, pagarnya nanti ayah yang tutup"

"Biar Kennan aja yah" sanggahnya

"masuk Ken ayah yang akan meguncinya?"

"Ayah yang masuk, Ken yang kunci pintu"

"Sama keras kepalanya dengan bunda"

Gerutuan Danu membuat Kennan menyunggingkan senyum.

Selesai mengunci pagar, Kennan kembali menghampiri sang ayah yang masih berdiri mematung, kali ini dengan posisi tangan terlipat di dada.

"Kok masih di sini yah?"di luar dingin loh"

"Kalau enggak di tungguin, nanti kamu mbalik lagi, kluyuran nongkrong sama geng mu"

Kennan terkekeh mendengar ucapan ayahnya.

"Ayah kayak enggak pernah muda aja, jaman muda pasti ayah juga suka nongkrong kan sama papi"

"Tapi ayah nongkrongnya di rumah papi"

"Tetep aja, nongkrong sampai enggak pulang, lebih parah siapa hayu?"

Danu menggeleng karena telah kehabisan kata "Kamu itu seperti bunda, pintar mematahkan ucapan ayah"

Kennan tersenyum merespon ucapan Danu "Yah besok Kennan ingin bicara sama ayah"

"Tentang Apa?" sahutnya memicingkan mata pada anak lelakinya.

"Besok saja, ini sudah malam"

"Tadi makan di mana mas?" tanya Nina pada Kennan setelah Kennan mencium punggung tangannya

"Di rumah mami bund"

Kennan mencium pipi ayah dan bundanya sebelum memasuki rumah "Ayah sama bunda masuk dan istirahat, ini sudah sangat malam" Usai mengatakan itu Kennan kemudian berlalu memasuki rumahnya.

"Masuk yuk sudah malam" ucap Nina

Ajakan bundanya, yang masih bisa di dengar oleh Kennan, membuatnya reflek menoleh ke belakang lalu tersenyum tipis.

Usia mereka memang tidak lagi muda, namun berkat Danu dan nina yang selalu menerapkan hidup sehat saat masih muda, serta olahraga secara rutin, membuat fisik Danu masih terlihat gagah dan kuat, meski rambut di kepalanya sudah ada yang memutih. Dan Nina yang pandai merawat diri, masih terlihat cantik meski anak pertamanya berusia 27 tahun.

Kennan menggelengkan kepala melihat orang tuanya yang selalu romantis seperti pasangan muda. Dengan gesit dia menaiki anak tangga satu persatu. Saat melewati kamar Ayu, ia membuka pintu, tampak Ayu sudah tertidur pulas dengan badan terbalut selimut. Reflek bibir Kennan tersungging tipis.

Sejail-jailnya sang adik, tetap saja dia sangat menyayanginya.

"Jika di amati lebih lama, mas seperti melihat bunda di wajahmu dek" gumamnya lirih lalu menutup kembali pintunya pelan.

***

Saat memasuki kamar, pria itu langsung menuju balkon, menyalakan sebatang rokok, berharap sesapan-sesapannya mampu membuang rasa yang berkecamuk di hatinya.

"Zara, aku seperti menangkap sorot matamu kalau kamu juga mencintaiku" gumamnya sambil mengeluarkan asap rokok dari mulutnya.

"Meskipun kamu belum mengakui, aku yakin sekali bahwa insting ku tak pernah meleset" gumamnya lagi seraya menjentikan abu rokok di atas bara

"Kamu cukup diam saja Za, biar aku yang ngomong ke ayah sama papi"

Menghela napas, tak terasa satu batang rokok telah terhisap habis, Kennan menekan puntung rokok itu di besi pembatas balkon hingga padam, lalu melempar ke luar dengan kasar.

Ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur

"I Love you Za" lirihnya sebelum memejamkan mata

BERSAMBUNG

Regards

Ane

Terpopuler

Comments

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

💜🌷halunya jimin n suga🌷💜

makay punya perasaan tuh di ungkapkan masalah ditolak itu resikoya berani jatuh cinta berani juga patah hati... sekarng gimn tau dah taaruf masih bisa kah..... nyesel kan kenan

2023-11-29

0

Hasnah Siti

Hasnah Siti

moga berhasil yahhhhhh bang kenannn

2023-04-18

0

Hasnah Siti

Hasnah Siti

love u to bang kenannn🤭

2023-04-18

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!