Bab 3 Percecokan kakak adik

"Aku harus mundur sebelum merasakan sakit lebih dalam lagi"

"Pagi-pagi udah ngelamun, ngelamunin apa si?" tanya Kenan lembut

"Eng-enggak ada"

"Kalau enggak melamun, Enggak mungkin kaget dek"

"Kalau aku bilang enggak, itu artinya engga mas" sahutku lalu melangkah hendak menuju pantry.

"Jangan di biasakan kabur saat sedang bicara dek"

Zara berhenti sejenak lalu berbalik "Memangnya pak Kennan enggak mau kopi?"

"Ok setelah itu kita bicara" ucap Kennan tegas lalu melangkah memasuki ruangannya.

Di pantry, saat tengah mengaduk kopi, Zara meyakinkan dirinya untuk bersikap senormal mungkin di hadapan Kennan.

"Aku akan menjaga jarak dengannya, sudah cukup aku memendam rasa ini, mungkin yang di katakan Ika itu benar, mereka memang ada hubungan. Aku harus mundur sebelum merasakan sakit lebih dalam lagi"

"Za, bebaskan dirimu dari mas Kennan, dia hanya menganggapmu adik, dan tidak lebih dari itu. perasaanmu salah, jadi stop mencintainya"

"Kamu bisa Za" ia bermonolog dengan dirinya sendiri. menghirup napas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya perlahan, sembari melenggang meninggalkan pantry.

Saat Dia membuka pintu, Tampak Kennan tengah bersender di sandaran kursinya, satu tangan memainkan sebuah balpoint dan tangan yang lain menyentuh dagunya.

Zara meletakan secangkir kopi di samping laptop miliknya. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Zara, ia ingin segera keluar dari ruangan ini.

"dek, tadi mas bilang kita akan bicara. Tahu artinya kita kan?"

"Memangnya apa yang akan kita bicarakan, kita nggak ada masalah kan?"

"Kita memang enggak ada masalah, tapi kamu yang punya masalah" jawab Kenan sambil membetulkan posisi duduknya.

"Duduk, dan katakan ke mas kamu ada masalah apa?"

"Sudah ku bilang aku nggak ada masalah mas?"

"Mulutmu bisa berbohong, tapi sorot matamu tidak bisa dek, ayo sekarang duduk sebelum mas paksa"

Zara tak mengindahi perintah Kennan, ia kembali melangkah menuju pintu.

"Zara Yuanda!" pekik Kennan membuat Zara menghentikan langkahnya. Ia berjalan ke arah Zara lalu menarik tangannya.

"Apa ada laki-laki yang menyakitimu?" tanya Kennan dengan suara lantang, serta sorot mata tajam.

"Memangnya kalau iya kenapa?" Zara menjawab tak kalah lantang "Apa aku harus memberi tahu segalanya tentangku pada mas?"

"Iya" teriak Kennan.

"Termasuk urusan pribadiku?"

"Iya" jawabnya lagi.

"Tapi maaf, aku nggak ada masalah apapun"

"Mas tahu kamu bohong, kamu patah hati kan?, jawab mas!"

"Ya... aku memang sedang patah hati, bahkan setiap hari aku patah hati, So what?" jawabnya seraya berusaha melepaskan cengkraman tangannya. "Kenapa si, mas maksa buat aku cerita hah?". Lebih baik mulai sekarang, mas nggak usah sok peduli denganku, aku akan mengurus masalahku sendiri, aku sudah enggak butuh bantuan apapun dari mas Ken"

"Kamu berani sekarang meninggikan suara di depan masmu?"

"Bukan mas kandung" sahut Zara lalu menepis tangannya sekuat tenaga, ia bergegas keluar dari ruangan Kenan. Sikapnya, membuat Ken reflek memukul mejanya.

"Siapa yang berani menyakiti Zara?" lalu melangkah keluar berniat menyusul Zara.

"Kosong. Di mana dia?" Kennan berjalan ke arah toilet, benar gadis itu ada di sana, tepatnya di toilet wanita. Sebelum memasukinya, Kennan sempat menoleh ke arah kanan dan kiri memastikan tidak ada orang yang tahu bahwa ia hendak memasuki toilet bertuliskan female.

Perlahan, Kennan menghampiri Zara yang tampak sedang menangis.

"Dek" panggilan Kennan membuat Zara tersentak kaget

"Mmas"

"Maaf, mas sudah membentakmu tadi"

Hening, Zara masih menutup rapat mulutnya.

"Mas cuma tidak rela kalau ada yang nyakitin adek mas" ucapnya selembut mungkin "Mas sudah pernah bilang, enggak usah pacaran, dan sekarang lihat, kamu patah hati kan?" Kennan memberikan jeda untuk dirinya sendiri "Sudah ya lupakan laki-laki itu, dia pasti akan menyesal telah menyakitimu"

"Aku memang sedang berusaha melupakannya, Permisi" pungkas Zara lalu meninggalkan Kennan yang masih berdiri mematung.

*****

Saat jam makan siang, Zara lebih dulu meninggalkan meja kerja sebelum Kennan keluar dari ruangannya. Ia akan menuju lantai Sepuluh untuk makan siang di ruangan sang papi.

Zara memutar handel pintu sesaat setelah mengetuknya. Terlihat di sana dua pria yang ia hormati sedang terlibat pembicaraan. Keduanya kompak menoleh ke arah Zara.

"Ayah" Zara segera meraih tangan Danu.

"Sudah jamnya istirahat ya mbak?" tanya Rio

"Sudah pi. Yah, pi" panggil Zara pada kedua ayahnya "kita makan siang sama-sama ya, tadi mami bawain bekal buat embak sama mas Ken, tapi sepertinya dia makan bareng sama mbak Widia di kantin, jadi embak bawa ke sini" sambungnya, gadis itu meletakan 3 kotak makanan di meja sofa.

"Bunda juga bawain makan siang buat ayah" sahut Danu

"Ya udah kita makan sama-sama yah, dimana ayah naruh bekalnya, biar embak ambilkan?"

"Di ruangan ayah di atas microwave"

"Sebentar embak ambilin yah"

"Iya, makasih nak"

Sesaat setelah kepergian Zara, dua lelaki itu kembali berbincang, namun kali ini bukan bisnis yang menjadi topiknya.

"Zara sudah punya pacar Ri?"

"Nggak tahu" jawab Rio sambil mengangkat kedua bahunya "Dia masih suka manja sama maminya, dikit-dikit nangis, apalagi kalau lagi sensi, kesenggol sedikit langsung tersinggung.

"Beda banget sama kedua adiknya, Si Bima, yang keluar paling ahir justru yang paling mandiri di antara kedua embaknya" ungkap Rio

Danu tersenyum mendengar perkataanya "Laki-laki dan perempuan itu beda Ri, Lagian si Zara dari kecil kan memang kurang dapat waktu dari kalian, jadi wajar kalau Zara cenderung sensitif, baru dua tahun istrimu sudah hamil Kanes"

"Tapi kan dulu dia sering sama kamu dan Nina, Ku pikir sama sajalah, perhatian dan sayang kalian, sama dengan perhatian ku dan Irma ke Kennan. Seperti anak sendiri"

"Tetep ada bedanya kalau anak perempuan"

"Yah, embak panasin dulu makanannya ya" ucap Zara tiba-tiba, memutuskan pembicaraan kedua ayahnya.

"Nah lihatkan" ucap Danu menatap Rio. "Embak dewasa kan ya mbak?" pertanyaan Danu menunjuk ke Zara.

"Dewasa gimana yah?" sahut Zara, tangannya fokus memasukan kotak makan ke dalam microwave, lalu menutup, setelah itu mengatur waktunya. "Ayah sama papi gibahin embak pasti kan?"

Kedua lelaki itu tampak terkekeh gemas" apalagi saat melihat bibir Zara yang mengerucut. Menjadi hiburan tersendiri bagi Danu dan Rio.

"Udah punya pacar belum mba?" tanya Danu saat tawanya reda

"Nggak mau pacaran yah, maunya langsung nikah aja" ucapan Zara bersamaan dengan bunyi microwave, ia kembali memanaskan kotak lainnya

"Kayak papi sama mami ya, baru kenal langsung nikah" Zara mengangguk "Di kiranya janda ternyata masih gadis" lanjut Danu

"Maksudnya gimana yah?" tanya Zara penasaran

"Memangnya papi atau mami engga pernah cerita?"

"Mami cuma cerita bagaimana bisa nikah sama papi" jawab Zara lalu menoleh ke wajah Rio, "tapi nggak cerita yang bagian itu" lanjutnya kali ini menatap wajah Danu

"Kalau pengin tahu, tanyakan ke mamimu"

"Papi ngira mami janda begitu pih, atau gimana si, embak nggak mudeng" kali ini Zara bertanya pada papinya

"Nggak usah dengerin omongan ayah" sahut Rio lalu berdiri dan berjalan menuju sofa.

"Papi mengira mami janda?" kok bisa si, gimana ceritanya?" harus tanyain ke mami nih"

Kini mereka tengah menikmati makan siang bersama, sembari mengobrol dan bercanda, sesekali dua pria itu melontarkan godaan pada anak gadisnya, yang membuat wajah gadis itu semerah tomat. Hal ini sedikit mengurangi sekelumit beban Zara di dalam benaknya. Ia merasa terhibur, saat sebelumnya terbawa emosi oleh perasaannya sendiri dan juga sikap Kennan padanya.

"Nanti hati-hati ke Jakarta ya nak" ucap Danu lalu mengusap mulutnya dengan selembar tisu

"Jangan aneh-aneh di sana, nurut sama mas Ken" sambar Rio

" Iya bosku" jawaban Zara membuat Danu dan Rio tersenyum, tangan Danu mengusap lembut kepala Zara yang tertutup hijab.

Anak gadis yang sudah benar-benar ia anggap darah dagingnya sendiri, karena Zaralah, dulu Nina terhibur saat menanti anak ke dua selama lebih dari tiga tahun.

BERSAMBUNG

Regards

ANE

Terpopuler

Comments

fitriani

fitriani

anak sama bapak sama aja nih gak
peka

2021-12-27

0

🌷Tuti Komalasari🌷

🌷Tuti Komalasari🌷

dasar Kenan jelek ga tau apa apa tiba tiba marah ga jelas...😡😡😡😡

2021-11-12

1

N Hayati

N Hayati

za gak usah kepikiran yah biarlah jodoh serahkan kpd yg maha kuasa

2021-11-02

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!