Aku ngerasa haus banget, padahal mata masih pengen merem. Tanganku gerak nyari hape yang aku taruh di meja kecil samping lampu tidur.
Setelah ketemu, aku pencet tombol on off-nya dan melihat sekarang jam berapa. Mataku menyipit akibat menerima cahaya yang terang dari layar hape.
"Jam 1 malem?"
Aku mengucek mata, lalu keluar dari selimut. Perlahan tapi nggak pasti, aku mulai menurunkan kaki dan menginjak lantai. Namun, aku terpaku saat melihat ke bawah, lebih tepatnya pergelangan kakiku yang lebam.
Aku nunduk nyentuh kaki, "Kok pada lebam gini, ya?"
"Awhh! lumayan sakit juga kalau buat jalan," aku ngerasa sakitnya tuh sampai disini nih, ulu hati. Tapi, aku udah nggak kuat pengen minum.
Dengan langkah yang terseok-seok, aku mencoba keluar dari kamar. Aku buka pintu pakai slow motion, biar adeknya Ridho nggak kebangun.
Aku niupin udara dari mulut, saat aku berhasil keluar ngendap-ngendap persis kaya maling. Maling hati, cmiwiw!
Tanganku pegangan tembok dan apapun itu yang bisa membantuku buat tetap bergerak menuju dapur.
Klik
Aku nyalain lampu tengah yang sengaja dipadamkan. Sayup-sayup aku denger Ridho lagi wasweswusweswos.
Pas lagi jalan depan kamar Ridho, eh tau-tau tuh makhluk nongol buka pintu.
"Astagfirllah!" Ridho kaget, aku juga ikutan kaget.
"Ridho! ngagetin tau nggak, sih!"
"Kamu ngapain di depan kamar aku? mau ngintip, ya?" tuduh Ridho memeluk dirinya sendiri yang memakai sarung dan baju koko.
"Dih, najong!"
Daripada ngeliatin si Ridho yang rada sengklek, mending aku jalan setapak dua tapak meninggalkan tuh makhluk.
Ridho menahan lenganku, " Mau kemana?"
"Ke dapur, haus mau minum," kataku menujuk ke arah dapur.
"Dah, tunggu disini aja, biar aku ambilin..." ucap Ridho seraya menunjuk sofa bed yang ada di rauang tivi dekat kamar Ridho.
Aku duduk enak sambil melihat punggung lebar Ridho yang hilang ditelan kegelapan. Lampu dapur belum dinyalain soalnya.
"Tumben banget dia baik, biasanya kan ngajak ribut mulu,"
"Kalau dibantu tuh bilang makasih bukannya malah suudzon," ucap Ridho yang tiba-tiba muncul bikin aku kaget untuk kesekian kalinya.
Ridho nyodorin gelas berisi air putih dingin, "Nih, minum!" aku yang udah haus banget langsung menyambar gelas, dan meneguknya. Rasa dingin menjalar ke kerongkongan sampai ke hati juga kayaknya.
"Makasih, Dho!" kataku sambil naruh tuh gelas diatas meja.
"Kamu abis ngapain pake begituan, Dho?" tanyaku melihat penampilan Ridho.
"Abis main futsal!" jawab Ridho ngasal.
"Abis sholat lah! sekalian ngaji biar hati adem, tentrem," kata Ridho snewen.
"Emang sholat apa tengah malem begini?"
"Astaga, Revaaaaa! tahajud Revaaaaa, tahajud!" Ridho sedikit ngegas. Aku langsung nyengir.
"Iya iya. Nggak usah ngurat juga kali, Dho!" kataku sambil mijit-mijit kaki sendiri.
"Kaki ku kok lebam ya, Dho?" aku nunjuk pergelangan kaki.
Ridho gerakin tangannya. "Angkat kaki kamu ke atas sofa, biar aku bisa liat..."
Perlahan aku coba naikin kaki ke atas sofa, dan menggulung sedikit trening. Jadi, kaki ku ini selain bengkak, ada juga lebam di beberapa bagian. Ridho melihat dengan seksama dan sedetik kemudian dia menghela nafas dan melihat aku yang meringis kesakitan.
"Nggak apa-apa, nanti juga ilang. Aku ambil minyak dulu," kata Ridho yang berdiri dan meninggalkan aku dalam kesunyian malam. Ah, lebay!
Sambil nunggu Ridho dalam ketidakpastian kapan baliknya, aku urut-urut sendiri kaki yang udah mirip kayak ubi, ungu coy!
"Awwh! nih kaki dipencet malah tambah sakit," aku cuma bisa meringis saat tanganku sendiri menekan bagian yang sakit.
"Astaga, bukan kayak gitu caranya!" kata Ridho sambil bawa pisin botol kaca berwarna coklat.
Aku ngedongak, liat muka orang yang nyebelin tapi suka perhatian. Tuh manusia udah ganti pakaian pake kaos dan celana pendek.
Dengan telaten Ridho naruh kaki aku yang habis kesleo ini diatas bantal yang dia alasi kain yang tadi nyampir di pundaknya yang kokoh.
Astaga, balik lagi ke urusan kaki. Ridho duduk di ujung sofa ngadep kaki yang jauh dari kata burik. Kuku yang indah karena rajin pedicure bikin aku nggak insecure, dipantengin kayak gini. Ridho menggulung trening sampai sebatas lutut. Dia komat-kamit dulu sebelum menuang cairan dari botol ke atas pisin.
"Yang kamu tuang itu apa, Dho?" aku kepo sangat.
"Minyak kelapa ini aku bawa dari rumah," kata Ridho ngejelasin sambil nunjukin tuh botol persis kaya seles kompor, eh minyak.
"Minyak goreng?" tanyaku bodoh.
"Bukan, bukan minyak goreng. Ah, susahnya ngejelasin sama orang yang spek otaknya di bawah rata-rata!" Ridho bete.
Oke, mending aku tutup mulut daripada nih manusia keburu ngegetok kepalaku pake botol minyak.
"Pelan-pelan, combro!" aku udah teriak pas tangan Ridho udah mulai menekan dan membuat gerakan maju tapi nggak pakai mundur.
"Ya ampun! Ridho!" aku teriak lagi, rasanya nyeri langsung menusuk ke ulu hati, no play play pokokna mah!
"Diem napa, Va! nanti Mona bangun. Iya kalau cuma si Mona, lah kalau tetangga pada kebangun bisa repot urusannya, Reva! sumpel mulut kamu, tahan. Kalau kamu diemin nggak bakal bisa sembuh sendiri, mustahal bin mustahil, ngerti?" Ridho ceramah. Aku hanya bisa mengangguk pasrah tak berdaya, ketika tangan Ridho menekan kembali pergelangan kaki ini. Sakitnya nggak usah dibayangin, aku gigit ujung baju saat rasa sakit itu langsung menghunus tanpa ampun.
"Nah, udah selesai..." ucap Ridho. Aku menghela nafas lega, akhirnya penderitaan ini selesai juga.
"Mending kamu tidur disini aja, biar kaki kamu nggak kebanyakan gerak," sambung Ridho.
"Nggak ah, Dho! aku mending tidur di kamar," kataku sambil menurunkan kaki, tapi langsung dicegah tangan Ridho.
"Takut? udah tidur disini aja. Nggak ada apa-apa," kata Ridho.
"Oh, ya? aku mau tanya sama kamu, tapi kamu harus jawab jujur," Ridho natap aku serius. Aku menatap kedua mata yang kalau semakin dipandang semakin menyejukkan itu, menunggu Ridho mengucapkan sesuatu.
"Sejak kapan mereka ngikutin kamu? dan kamu punya bakat ngeliat setan dan sejenisnya itu dari kamu kecil? atau hanya baru-baru ini aja?" tanya Ridho.
"Nggak tau pastinya, tapi sejak pulang dari Gathering kantor," aku ngejawab sambil inget-inget kejadian itu.
"Berarti baru seminggu ini, dong?" Ridho mengernyit heran.
"Iya, seingetku sih begitu..."
"Aku ngerasa mereka tertarik sesuatu yang ada pada diri kamu, tapi aku nggak tau pasti itu apa," kata Ridho.
"Masa, sih? kalau yang tertarik actor hollywood aja gimana? jangan makhluk begituan bisa nggak, Dho?"
"Serius, Va! coba kamu inget-inget lagi, pas di gathering kamu ngapain, atau kamu ngelakuin atau nemuin sesuatu hal yang aneh?" Ridho menatap aku yang sekarang menghela nafas dan mulai membuka mulut.
"Nungguin, ya?" ucapku sambil tertawa.
"Revaaaaa!" Ridho teriak.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 361 Episodes
Comments
Benny Andryan
Aneh masa org Islam kaga paham sholat malam , sebodoh bodoh nya org Islam Tau lah tahajud
2023-06-19
0
Styaningsih Danik
tobat tobat sm kelakuan mrk ber2😎
2022-12-31
1
Aqiyu
gara-gara cincin dah
2022-10-01
0