"Selamat malam, Tuan. Saya Ridho, saya kesini mau menjemput Reva..." kata Ridho.
"Oh, ya!" jawab pak Karan.
"Asa, Asa! sejak kapan karyawanmu bisa bebas datang kemari?" nenek jutek ngoceh lagi. Astaga nggak takut darah tinggi marah-marah bae!
"Oma, sebaiknya Oma masuk dulu ke dalam. Ada yang ingin saya bicarakan dengan mereka," kata pak Karan sopan.
"Jadi, kamu mengusir oma?" si nenek ngejembreng kipasnya lagi, sambil kipat-kipit cari angin.
"Bukan begitu, Oma..." ucap pak Karan pada sang nenek.
"Ehem, besok kalian ke ruangan saya," kata pak Karan.
Astaga, dosa apa yang telah aku perbuat? Tuh muka Ridho aja sampe cengo melongo dobleh kek gitu!
"Baik, kalau begitu kami pamit, Pak..." kata Ridho sesopan mungkin sedangkan aku hanya tersenyum sebelum puter badan. Sementara pak Karan natap tajem ke arahku.
Aku menyelipkan tanganku disela-sela lengan Ridho saat aku mulai berbalik dan berjalan. Ridho sih nggak protes, mungkin dia juga liat pakai mata kepalanya sendiri, kalau kondisi aku yang tambah bonyok dari kemarin.
Akhirnya aku bisa keluar juga dari rumah itu. Jujur, aku lega banget. Kalau Ridho keukeuh nggak mau jemput, mungkin aku bisa nggak tidur semalaman karena diganggu oleh suara-suara dari makhluk halus.
"Bisa?" tanya Ridho pas liat aku kesusahan naik motornya yang lumayan tinggi.
"Bantuin napa!"
"Ya ampun, cerewetnya kumat!" kata Ridho sembari membantuku nangkring diatas motor dan pasangin helm putih berbentuk bulet dengan kaca bening setengah muka.
Ridho pun mulai menyalakan motornya dan wuuzz langsung tancap gas. Tanganku melingker di perutnya Ridho yang kerasa lumayan keras. Hasil nge gym selama berbulan-bulan kayaknya ya.
"Udah makan belum?" Ridho setengah tereak. Suaranya sedikit tubrukan dengan suara angin dan juga kendaraan yang memainkan klaksonnya.
"Udah, Dho!"
"Jadi, kita langsung ke kosan kamu, ya?" kata Ridho pake acara nengok dikit ke belakang.
"Nggak mau! takut!" jawabku kenceng. Pokoknya nggak mau lah, dengan keadaan kayak gini terus harus alone alone di kosan.
"Nggak mungkin ke kontrakanku lagi, kan?" kata Ridho dengan nada kesel. Ia melipir dan menghentikan laju motornya. Edun emang si Ridho main berhenti aja, apa lagi di tempat sepi kayak begini. Dia buka helm, badannya muter dikit supaya bisa liat aku yang ada di belakangnya.
"Nggak ada tempat lain yang lebih adem dari kontrakanmu, Dho..." aku ngomong sebelum nih orang nyerobot duluan.
"Tapi..."
"Please jangan ada tapi diantara kita, Dho! kamu nggak mungkin ninggalin aku dengan keadaan mengenaskan kayak gini, kan? gimana kalau tiba-tiba darahnya ngucur lagi? atau gimana kalau aku tau-tau pengsan dan nggak ada yang nolongin. Dan aku nanti jadi kurus kering, nggak bisa ngantor.."
"Stop!" Ridho udah mulai stress out kayaknya. Dia ngusek-ngusek rambutnya.
"Mau aku bantu jambak, Dho?" aku menawarkan bantuan.
"Oke, aku bolehin kamu merecoki kontrakanku. Tapi ada syaratnya,"
"Apa? tapi jangan aneh-aneh, ya?" kataku.
"Kamu harus jawab semua pertanyaan dari aku,"
"Cuma itu?" Aku menaikkan satu alis.
"Dikirain syaratnya apaan, ternyata cuma suruh jawab pertanyaan. Itu mah, ciiiiiil..." batinku
"Gimana?" Ridho nanya lagi, tapi matanya lurak sana sini buat aku agak ngeri ya bambang!
"Oke, cus lah ke kontrakan kamu!" aku nyuruh karena aku liat muka Rudho udah mulai mode siaga.
"Pegangan!" kata Ridho yang bikin aku langsung nemplok, ayem.
Bener, dia langsung salip menyalip udah kaya kang balap sirkuit. Aku bilang sama nih mausia kalau aku mau ambil baju, biar nggak bolak-balik secara besok kita berdua mau ngadep di ruangan pak Bos.
Setelah sekian lama di bawah langit malam yang sebenernya sangat aduhai nan manjaaah, kita sampai juga di depan kosanku.
Aku lepas helm, "Aku ke atas bentar, kamu tunggu disini..." buru-buru aku cangkolin tuh helm putih di lengannya Ridho. Sementara aku berusaha berjalan dengan pose andalan pusing pala belbieh.
Aku masuk ke dalam kamar setelah melewati gerombolan ciwi-ciwi yang lagi ngobrol di kamar salah satu penghuni kos disini. Pintu sengaja mereka buka supaya dapat hembusan angin dari luar. Beuuh, nikmat mana yanh kamu dustakan?
Mereka sepertinya sangat ahli dalam time management, ya? Bisa banget bagi waktu kapan harus gawe, molor dan ngegibah. Dan aku melewatkan kesempatan itu semenjak bisa melihat sesuatu yang goib.
"Kemana, Mbak?" tanya salah seorang ciwi saat melihat aku lewat lagi dengan membawa sebuah tas jinjing.
"Mau nginep di rumah temen!" jawabku seadanya.
"Aku duluan, ya?" sambungku pamit pada mereka semua.
"Hati-hati, Kaaaaak!" seru salah satu perempuan dengan potongan rambut bob.
"Okeee!" aku teriak sambil berjalan menuju ke bawah.
"Sorry lama," aku ngomong, tapi Ridho malah cuek aja. Dia main masangin helm di kepalaku tanpa cicit cuit sedikit pun.
Sejujurnya aku kebih takut saat Ridho bersikap dingin kayak gini. Diam dan tak ada kata-kata menyebalkanyang biasanya keluar dari mulut manusia kamfret ini.
Okeey! Aku positif thingking aja. Mungkin dia lagi capek, we never know, kan?
Setelah beberapa puluh menit kita habiskan tanpa sepatah kata, tanpa sadar kontrakannya Ridho udah nongol di depan mata.
Ridho langsung copot helm dan buang napas. Nggak tau, nih orang kayak ngap-ngapan gitu.
Aku tepuk pundaknya, "Dho? kamu okey?" dan Ridho pun langsung turun dari motor tanpa menjawab pertanyaanku.
Tangan dia ulurin buat bantu aku yang kesusahan turun dari motor.
Dia langsung keluarin hape dan nempelin ke kupingnya.
"Mon! cepetan buka pintu!" ucapan Ridho nggak sabaran.
Ridho langsung menarik pinggangku dengab satu tangannya sedangkan tangannya yang lain bawa tas yang isinya baju ganti punyaku. Aku langsung lingkerin tanganku ke leher Ridho.
Walaupun kita berdua emang sering ribut, aku akuin Ridho nggak ada duanya.
Mona buka pintu pas aku sama Ridho baru aja nginjekin kaki di teras depan.
"Cepetan masuk!" Ridho langsung menyerahkan aku sama Mona yang badannya lebih mungil.
"Mon, tutup dan kunci pintu. Mas malam ini nginep di kontrakannya Faris," kata Ridho yang menaruh tas jinjingku di ruang tamu.
"Loh, kok kamu nginep di kontrakan temen kamu? kenapa?" aku tatap mata Ridho.
"Nggak apa-apa, lebih baik kamu tinggal disini dulu aja sama Mona. Besok kita bicarain, sekarang udah malem lebih baik kalian masuk ke dalam," kata cowok di depanku ini yang malah bikin aku bertanya-tanya.
"Mon? titip tuh manusia, kalau berisik sumpel aja pakai kaos kaki mas yang belum dicuci,"
"Iya, Mas..." sahut Mona.
Ridho pun melangkah keluar dan menaiki motornya pergi meninggalkan kami berdua.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 361 Episodes
Comments
Zuhril Witanto
🤣🤣🤣🤣
2023-11-09
0
Ateww
iyaa haha, pasti ini ujung² ridho sama reva nikah😂
2023-10-09
0
Aqiyu
Ridho takut digrebeg😁 diakan anak sholeh
2022-10-01
0