"Kenapa?" Ridho nanya sambil nengok sedikit ke belakang, memastikan aku denger apa yang dia ucapin.
Aku ngeliat muka Ridho dari kaca spion, "Kenapa apanya?" aku lain pegangan di jaketnya Ridho sementara tanganku yang satunya nyangking sepatu.
"Kenapa nggak ikut pak bos?" tanya Ridho.
"Nggak kenapa-napa. Udah madep ke depan aja, nyetir yang bener! aku nggak mau ya kita nyungsruk gara-gara kamu nggak fokus nyetir,"
"Masalahnya bukan apa-apa, kamu yang nolongin aku, masa iya aku enak-enakan pulang sama pak bos, walaupun aku juga pengen banget tawaran udah di depan mata, tapi gimana pun hati aku nurani masih berfungsi dengan baik," lirihku.
Tenang Ridho nggak bakalan denger, dia lagi fokus nyetir motornya yang mirip belalang tempur.
"Kok berhenti?" aku nanya dan Ridho nengok ke belakang, dia sedikit memutar tubuhnya.
"Ada yang ngikutin kita dari tadi, aku lihat di kaca spion," kata Ridho.
Aku mulai panik dong," jangan nakut-nakutin, Dho!"
"Siapa juga yang nakut-nakutin! mending malam ini kamu nginep di kontrakannya Karla, gimana? aku anterin kamu kesana," Ridho memberikan solusi.
Aku ngegaplok bahu Ridho, "Karla kan lagi pulang kampung, emaknya lagi sakit," ucapanku barusan bikin Ridho mikir lagi.
"Ya udah, berarti ini ke kosan kamu, ya?" ucap Ridho.
Aku menggeleng, "Nggak! Nggak! nggak, aku takut…"
"Jangan bilang kamu mau ngikut aku?" Ridho natap aku penuh curiga.
"Please…" aku memohon supaya Ridho mau berbaik hati memberi tumpangan hidup.
"Aturan tadi ikut pak bos aja!" Ridho mulau kesel.
"Ya kali dia mau nampung aku di rumahnya? yang ada aku di suruh tidur di teras!"
"Terus gimana ini?" kesabaran Ridho sudah di ubun-ubun.
"Kontrakan kamu aja," jawabku enteng. Dan sesuai prediksi, Ridho ngegas lagi.
"Ada adek aku, Revaaaaaaa!"
"Ya bagus, dong! jadi kan ketiganya bukan setan, tapi adek kamu," aku tetep nggak mau kalah, pokoknya aku nggak mau balik dulu ke kosan, atut gengs.
"Adek aku Ramona, bukan setan. Dan dia nggak kenal kamu!" Ridho keukeuh nggak mau ngajak aku ke kontrakannya, ngeselin banget emang cowok yang satu ini. Pengen aku gaplok tuh helm, tapi aku harus sabar. Aku puter otak cari alasan.
"Ya nanti kita kenalan, gampang. Aku jamin, aku nggak akan rese, nih kaki sakit banget suwer, Dho! kamu kok tega banget sama temen, kita kan temen akrab, Dho!" ucapku memelas, pura-pura mau mewek.
"Astagfirllahal'adzim..." Ridho mulai madep ke depan lagi, tengkleng nanti kepalanya kalau kelamaan nengok ke belakang.
Aku tepuk pundaknya, "Yang sabar, Dho!"
"Tau, ah!" Ridho ngambek.
.
.
Ridho kembali melajukan motornya, dia harus putar arah, sesekali aku melihat Ridho melirik kaca spion. Dan adegan itu sukses ngebuat aku semakin mepet.
Lumayan lama kami membelah jalan raya, apalagi sekarang sudah menjelang perpindahan udara siang dan udara malam. Yang kalau nenekku bilang, itu waktu sendakala tiba. Terbenamnya matahari di ufuk barat ditandai dengan langit yang berwarna jingga. Nenekku bilang, para jin dan sejenisnya akan berkeliaran pada saat sendakala itu.
Motor Ridho berhenti di depan di sebuah rumah kontrakan yang minimalis, dari depan nampak asri dan sangat terawat.
"Va?" Ridho manggil, aku masih celingukan liat situasi.
"Ya?"
"Bisa turun?" tanya Ridho sambil napakin kaki ke tanah.
"Tolongin, Dho…"
"Elaaaaah, nyusahin aja kamu, Va…" kata cowok di depanku sambil ngelepas helm sambil kibasin rambut.
"Sok gaya banget nih orang!" aku komat-kamit liat kelakuan Ridho yang sekarang lagi nyisir pakai jari.
"Dho, bantuin!" ucapku yang membuat tuh cowok terkejang, eh terkejut.
"Astagfirllah, ngagetin aja nih orang!" Ridho nyangkolin helm di gagang spion.
Ridho walaupun kesel-kesel juga pada akhirnya mau bantuin aku. Dia mau nggak mau harus mau memapah aku sampai ke depan pintu.
Ridho ngetuk pintu, "Assalamualaikum, Mon! Monaaa, buka pintunya, Mon?"
"Sebentar, Mas!" suara perempuan menyahut dari dalam. Dalam sekejap pintu pun dibuka, dan berdiri cewek mungil yang menatap Ridho penuh tanda tanya.
"Loh, Mas Ridho sama siapa?"
"Masuk dulu, baru mas kenalin kamu sama temen mas ini," kata Ridho, gadis itu cuma ngangguk. Manut sama kangmasnya.
Akhirnya setelah sekian lama akhirnya bisa duduk juga dengan nyaman di sofa sederhana tapi lumayan empuk kok. Tuh cewek duduk di depan aku sama Ridho, kita kayak lagi sidang paripurna.
"Mon, kenalin ini temen mas, namanya Reva. Untuk sementara waktu dia nginep disini, kamu mau kan berbagi kamar sama Reva?" Ridho mulai ngejelasin siapa makhluk yang ada di sampingnya ini, ahay!
"Boleh, kenalin aku Ramona panggil aja Mona nggak pakai lisa. Kaki Mbak Reva kenapa? sakit?" tanya Mona sambil ngeliatin kakiku yang nyekermen.
"Kepleset di kantor," Ridho buru-buru ngejawab.
"Ya udah sini-sini, masuk aja ke kamar aku..." Mona langsung ngajak aku ke kamarnya. Aku yang sok kuat mencoba untuk berdiri menahan rasa nyeri.Tanpa babibubebo Ridho nolongin aku lagi dan lagi, dia memapah aku ke kamar adiknya. Kalau dilihat dari samping kayak gini si Ridho cool juga loh nggak kalah sama pak Karan.
"Makasih," ucapku bikin semriwing di kuping Ridho.
"Makasih sih makasih, tapi nggak usah setengah berbisik. Geli tau, nggak?" kata Ridho yang menatap lurus ke masa depan.
Aku tempelin punggung tanganku ke jidatnya Ridho, "Masih sehat kan, Dho?"
"Nggak usah banyak cingcong! sekarang kamu istirahat, lurusin dulu tuh kaki..." kata Ridho yang lagi menjelma jadi cowok macho. Mona cuma cengar-cengir dengerin aku sama Ridho yang sama-sama ngurat bin ngotot.
"Oh, ya Mon. Kalau dia nggak bisa mandi, kamu guyur aja pake air segayung, minimal biar bedaknya pada luntur!" kata Ridho sebelum nutup pintu.
"Ridhoooooo!"
.
.
Aku di kamar Mona sendirian, sementara si adek kakak lagi masak. Nggak tau masak apaan mereka. Aku yang udah cantik dan wangi, modal pinjem kaos oblongnya Ridho yang super gombrong, tapi enak juga kalau dipake. Sama trening warna kuning yang norak abis. Awalnya mau pinjem baju si Mona, tapi nggak ada yang muat secara badan aku yang bongsor dengan kaki jenjang menawan. Sedangkan Mona, kebalikannya. Badannya mirip anak SMP, dan mukanya loh imut banget kayak squisy.
Aku lagi mantengin hape, tiba-tiba pintu terbuka.
"Aaaaaaaa..." aku sontak ngejerit sambil tutup mata.
"Reva diem! ini aku Ridho! temen kamu yang ganteng itu!" kata Ridho sambil ngebekep mulut aku pakai tangannya.l
Mataku terbuka dan melihat wajah Ridho dengan jelas.
"Kamu kenapa sih pake ngejerit kayak gitu, Va?" tanya Ridho sambil ngelepasin bekapan tangannya.
"Ya orang kaget, pintunya kebuka sendiri,"
"Untung nampan sama piring-piringnya nggak melayang ke muka kamu," kata Ridho yang keluar dan nggak lama masuk lagi bawa makanan.
"Tadi, aku buka handle, karena susah bawa nampan jadi aku tendang pake kaki, eh malah kekencengan," sekarang Ridho malah ngekek sendiri sementara aku manyun nggak jelas.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 361 Episodes
Comments
Zuhril Witanto
🤣🤣🤣
2023-11-09
0
Zuhril Witanto
Astaghfirullah kak gak ada u nya
2023-11-09
0
Zuhril Witanto
🤣🤣🤣
2023-11-09
0