“Maafkan keteledoran kami semua Tuan, kami tidak akan mengulangi lagi kesalahan itu.” Pelayan itu langsung menjatuhkan kaki dan bersujud di kaki Thomas. Tetapi Thomas mengibaskan pelayan itu.
"Selama ini apa saja yang kalian lakukan untuk Nona Besar Ivona? Apakah kalian semua tidak ada yang mendengarkan perkataanya?"
Thomas yang hari ini merasa sedikit bahagia karena bisa mengambil hati adiknya Ivona, kembali marah hanya karena masalah makanan. Sebenarnya dia sudah memendam kemarahannya, saat tahu apa yang ada di kamar Ivona tadi.
"Dengar perkataanku baik-baik, dan sampaikan kepada pelayan yang lain. Kedepannya, jika aku mengetahui kalian semua tidak menganggap Ivona sebagai Nona Besar di keluarga Iswara ini, maka kalian akan angkat kaki dari keluarga Iswara."
"Baik Tuan, aku akan menyampaikan pada teman-teman pelayan lainnya. Terima kasih atas kebaikan Tuan Muda Ketiga. Saya kembali ke belakang Tuan."
Thomas tidak menjawab perkataan pelayan itu, dia langsung masuk ke dalam kamarnya dengan membanting pintu. Kemudian dia menutup dan mengunci pintu kamarnya dari dalam. Pelayan itu dengan pandangan panik, langsung berlari ke belakang.
Setelah pelayan itu menyampaikan pesan dari Tuan Muda Ketiga pada pelayan lainnya, mereka berusaha untuk mencari muka pada Ivona. Tetapi saat mereka menuju kamar gadis itu, kamar itu selalu tertutup.
"Mungkin Nona Besar Ivona baru tidur, ayo kita mengerjakan sesuatu yang lain dulu."
*****************************************************
"Tok..tok,...tok..." terdengar ketukan pintu di kamar Ivona.
"Masuk, tidak dikunci." sahut Ivona dari dalam kamar.
"Permisi Nona Besar, ini saya buatkan teh manis panas dan pisang bakar. Pisangnya masak pohon Non, jadi rasanya sangat manis sekali." kata seorang pelayan yang membawa nampan berisi pisang bakar, dan satu cangkir teh panas.
Ivona memandangnya, dan rasa heran atas perubahan sikap para pelayan kepadanya. Tetapi Ivona tetap tenang.
"Taruh di atas meja itu. Terima kasih." sahut Ivona tanpa melihat pelayan. Dia pura-pura membaca buku bacaan, dan fokus membolak-balik halaman buku.
"Non butuh apa saat ini, biar Bibi ambilkan."
"Tidak, cukup."
"Baik Non, jika Nona Besar Ivona butuh sesuatu, Non bisa memanggil Bibi. permisi Non."
Ivona hanya mengangkat tangannya, memberi kode agar pelayan itu segera keluar dari kamarnya. Pelayan itu segera keluar dari kamar Ivona.
Belum ada 5 menit pelayan tadi meninggalkan kamar Ivona, terdengar lagi ketukan di pintu kamarnya.
"Masuk."
"Non.., tadi Bibi petik bunga mawar ini dari kebun belakang rumah. Bibi pikir, kamar Nona Besar Ivona akan tambah menarik dan berbau harum jika bunga-bunga ini ada di kamar Nona Besar."
Ivona melihat pelayan lainnya, membawa sebuah vas bunga cantik, dan beberapa tangkai buang mawar segar dan bunga melati di ditangannya.
"Aturlah sesukamu."
"Baik Non."
Tidak berapa lama, setelah pelayan itu meletakkan dan mengatur bunga dalam vas, dia berjalan mendekati Ivona.
"Nona Besar Ivona tadi kan habis pindah kamar dengan Tuan muda ketiga, Non saat ini mungkin merasa capai. Bibi bisa pijat badan Nona Besar." pelayan itu menawarkan akan memijit badan Ivona.
"Tidak perlu, aku sudah tidur siang tadi. Keluarlah, aku ingin sendiri."
"Baik Non, jika apa-apa panggil saya saja ya Non. Permisi."
Ivona sangat jengkel dan juga heran, karena di sore ini, banyak sekali pelayan yang mengetuk kamarnya satu persatu. Tetapi dia menjadi tersenyum melihat banyak makanan, dan hadiah lucu-lucu yang diberikan para pelayan itu padanya. Ada yang bertanya masalah kesukaanya dari hobby, bahkan sampai makanan kesukaan Ivona juga mereka tanyakan.
*******************************************************
Setelah mandi, Ivona keluar dari kamar. Dia duduk di ruang keluarga, sambil melihat televisi dan membaca majalah bisnis yang ada di atas meja. Melihat adiknya Ivona duduk di ruang keluarga, Thomas tersenyum kemudian berjalan menghampiri Ivona. Dia duduk di depan Ivona.
"Lagi membaca artikel apa Iv, itu majalah kakak?"
"Iseng saja kak, ini membaca masalah perebutan kekuasaan di PT. Makmur Jaya. Yah, sangat disayangkan sih, kakak beradik berebut kekuasaan warisan dari orang tuanya."
"Oh masalah itu, iya juga sih. Hubungan darah bisa hancur hanya karena harta warisan."
"Iv, malam ini kita makan di luar saja ya. Tadi para pelayan habis kakak marahi, masak kehabisan bahan makanan tidak bilang. Giliran diminta masak, malah bilang tidak ada yang dimasak." kata Thomas, padahal tadi dia habis memarahi para pelayan, karena tidak ada satupun dari mereka yang tahu makanan apa yang disukai oleh Ivona. Saat mereka datang ke kamar Ivona, gadis itu juga tidak menjawab apa makanan kesukaannya.
"Terserah kakak saja, Ivona ikut."
"Eh pada mau makan diluar ya, Vaya ikut dong. Masak kak Thomas tega meninggalkan Vaya makan sendirian di rumah. Ikut ya kak?"
Ivona muak melihat akting gadis itu, saat Thomas memberi isyarat pertanyaan apakah Vaya diijinkan atau tidak, Ivona dengan acuh menganggukkan kepala.
"Kak Thom, berangkat duluan saya bareng Vaya, Nanti Ivona akan menyusul. Beri tahu saja, kita akan makan di mana. Ivona mau bersiap-siap dulu, mau ganti pakaian." tiba-tiba Ivona berdiri dan meminta mereka untuk berangkat dulu.
Thomas tahu Ivona tidak ingin berangkat ke rumah makan bersama mereka berdua. Akhirnya dia mengajak Vaya berangkat bersamanya.
"Baiklah Iv..., kakak berangkat dulu sekalian pesan menu bersama Vaya. Kamu ingin dipesankan apa, makanan kesukaanmu mungkin?"
"Untuk menu, apa saja Ivona suka kak. Ivona masuk kamar dulu,"
"Ya sudah, kita ketemu di rumah makan Madam Lie saja. Kakak mengemudi sendiri, nanti kamu berangkat bersama dengan pak Jaya ya."
*****************************************
Akhirnya Thomas dan Vaya berkendara bersama. Untuk mengisi waktu sambil mengemudi, Thomas menanyakan keadaan ayah Vaya.
"Bagaimana keadaan papamu Vaya, sudah baik belum?"
"Itulah kak, yang membuat Vaya sedih. Hiks..., luka-luka papa saat bertengkar dengan Ivona dan laki-laki di malam itu sangat parah. Vaya sedih, papa juga masih harus sidang di kantor polisi." Vaya menangis mencoba untuk meluluhkan hati Thomas agar mau membebaskan papanya.
"Yah, mau gimana lagi Vaya? Meskipun papamu terluka. tetapi polisi juga memiliki prosedur, dan prosedur yang ada harus dijalani tidak boleh berkurang satupun."
Mendengar perkataan kakak ketiganya, wajah Vaya memucat. Karena jika ayahnya tetap diproses oleh pihak kepolisian sesuai prosedur, maka ayahnya harus mendekam di penjara. Dia menjadi termenung di dalam mobil, tetapi Thomas diam tidak mempedulikannya.
********************************************
Setelah berganti pakaian, Ivona menuju ke halaman depan rumah dengan perlahan. Dia melihat pak Jaya, supir keluarga Iswara sedang berdiri menunggunya untuk berangkat. Dengan sopan pak Jaya membukakan pintu mobil untuk Ivona, kemudian mempersilakannya masuk.
"Mari Non, kita segera berangkat."
Dengan memberi senyuman, Ivona masuk ke dalam mobil. Pak jaya merasa disiram air dingin, baru kali ini dia mendapatkan senyuman manis dari Nona Besar keluarga Iswara. Akhirnya pak Jaya, menjalankan mobilnya.
Di simpang jalan terakhir, pak Jaya tiba-tiba menghentikan mobilnya.
"Ada apa pak Jaya, kenapa nerhenti?"
"Itu Non, sepertinya Bapak telah menabrak ibu itu, tetapi Bapak sendiri tidak merasakan apapun seperti menabrak." pak Jaya menjawab sambil menunjuk ada nenek-nenek di depan mobil.
Ivona kemudian membuka pintu mobil, kemudian turun dari mobil dan melihat seorang nenek yang sedang memegang kakinya sambil duduk di atas aspal.
"Aduh, sakit, sakit kakiku ini. Siapa sih, yang tega menabrak seorang nenek tua sepertiku." nenek itu berpura-pura mengaduh kesakitan, sambil memegang kakinya. Ivona tersenyum melihatnya, karena akting nenek itu sangat buruk.
"Pak Jaya.., Bapak putar balik saja ya. Bapak langsung pulang saja, nanti kalau Ivona butuh dijemput, nanti Ivona akan menelpon pak Jaya. Itu restonya sudah kelihatan."
"Tidak apa-apa Non, Pak Jaya tinggal?"
"Tidak pak, Ivona akan baik-baik saja. Urusan nenek, biar Ivona yang menyelesaikannya."
Pak Jaya kemudian memutar balik arah mobil, dan segera meninggalkan tempat itu. Ivona mendekati nenek itu, kemudian memegang bahunya.
"Sakit ya nek, bagaimana kalau nenek sekarang saya bawa ke rumah sakit?" tanya Ivona dengan lembut. Dia membatin jika nenek itu bukanlah orang biasa. Pakaian yang dikenakannya, keluaran butik terkenal dari negara ini. Wajahnya bersih, dnegan kulit halus, dan sama sekali tidak mirip juga dengan penipu.
Nenek itu memandangi Ivona beberapa kali, dan menyadari betapa cantiknya gadis yang ada di depannya itu. Di lalu segera memegang tangan Ivona.
"Nak.., kamu tidak perlu membawa nenek ke rumah sakit. Jadi kamu tidak perlu mengeluarkan biaya berobat untuk nenek. Tetapi kamu harus mau menemui cucu nenek." kata nenek itu sambil tersenyum.
Mendengar perkataan nenek tersebut, dahi Ivona langsung berkerut. Senyuman di wajahnya perlahan menghilang.
"Untuk apa nek, saya harus ketemu cucu nenek?"
"Untuk nenek kenalkan padanya, jika mau kamu bisa menjadi cucu menantuku."
"Nek, maafkan saya ya. Saya sudah memiliki pacar."
******************************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
MoGu MuGu
tak kirain komplotan begal..🤭🤭
2021-11-30
2
Cherry
si nene modus yah ternyata
2021-11-22
5
Eka Priyanti
thor up tiap hari ya yakin deh pasti banyak yang like vote dan komen karna novelmu bagus untuk di baca..
pokoknya apupan cerita time travel ke tubuh antagonis pasti ku baca,,asal jangan digantung aja ya thor, trus tiba² ada notif novel ini ga akan up lagi jangan ya thor nyesek soalnya idah telanjur suka😁
2021-10-24
7