Izinkan Aku Menginap.

Setelah menjamu makan siang sahabatnya. Aulia mengambil kontak motor metiknya.

" Sini aku antar kau pulang Tina! tadi kau kesini pasti ngak izin suami! Suamimu tadi istirahat siang pulang kerja, pasti mencarimu." Alia menarik tangan Tina

untuk mengikutinya pulang.

" Kau mengusir aku Aulia? Apa rumahmu tak bisa menampungku barang sebentar saja. Izinkan aku menginap semalam saja,aku hanya ingin menenangkan diri."

Tina menatap sahabatnya dengan tatapan memelas.

" Jangan menatapku seperti itu, aku takkan mengabulkan permintaanmu. Aku hanya ingin kau kembali kerumahmu, suami dan anakmu menunggu dirumah

dengan khawatir, lelaki saja tak ada yang sepertimu, main pergi dari rumah diam- diam. Aku melakukan ini karna sayang padamu dan keluargamu, orang yang menasehatimu dengan bermulut manis tapi menyeretmu untuk bermasalah dengan suamimu bukanlah teman yang baik. Aku mungkin kasar. Tapi aku tak mau menyeretmu pada perpisahan. " Aulia menarik Tina keluar.

" Kau kejam Aulia! kau bahkan tak memberiku ruang dirumahmu semalam saja. " Tina terisak sembari mengikuti Aulia.

" Biarlah aku dianggap kejam, yang penting aku bukan seorang pemecah belah. Aku ingin kau sadar, kalau keluarga lebih penting bagi seorang ibu, lebih dari rasa marah dan kecemburuannya, suami boleh kau buat nomor sekian, tapi kembalilah demi anakmu." Ujar Aulia tegas.

Aulia mentrarter motornya. Dengan lemas Tina terpaksa menurut, duduk menggelendot diboncengan.

Motor melaju dengan hati- hati, berjalan menyusuri jalan lintas U- P. Begitu sampai dipusat pasar UG, Tina berseru.

" Tinggalkan aku disini saja, aku hendak berbelanja dulu untuk keperluan dapur. " Tina mencoba membuat tipuan, ia masih enggan pulang.

" Baiklah...aku akan menemanimu belanja, lalu mengantarmu langsung kerumah. " Aulia merasa Tina mencurigakan.

Tina menggenggam tangan Aulia, begitu turun dari motor.

" Percayalah...aku benar- benar akan pulang! jangan khawatir, aku hanya ingin berbelanja. Aulia kembalilah! Terima kasih sudah mengantarku, kerumah dekat lagi, kalau belanjaan ku nanti berat, aku akan naik becak. " Ucap Tina meyakinkan Aulia sahabatnya.

" Baiklah...terserah padamu, sebagai sahabat aku hanya punya hak memberi nasehat, selanjutnya kau berfikirlah Tina.

Kau yang punya keluarga, kau yang memutuskan kemana arahnya." ucap Aulia seraya mengangkat bahunya.

" Tina mengangguk...Makasih sayang..Aku masuk pasar dulu. " Ujar Tina selembut mungkin, agar tak ada lagi kecurigaan dihati Aulia.

Setelah Aulia pergi, Tina memijit pelipisnya yang sedikit pusing.Menarik nafas beberapa kali, baru meneruskan langkahnya.

" Kalau Aulia tak mau menerimaku, maka aku akan mencari teman yang lain. Aku akan mencoba kerumah Triana, walau ia adalah saudari maduku, mereka hanyalah

saudari Tiri. Dari awal mereka sudah mendukungku, Triana pasti mau menampungku sementara untuk menghukum suamiku, manatahu Triana juga mau membantuku melawan saudari tirinya itu, ini akan lebih mudah. Merusak suatu barang akan lebih mudah dari dalam. Dengan mendekati saudarinya, dan membawa adiknya melawannya. Tentu perempuan itu semakin terjepit. " Tina menyeringai, begitu ide itu terlintas dibenaknya, batinnya terlonjak.

Dengan senyum dan semangat baru, ia kembali mencari becak kepangkalan kendaraan beroda tiga itu.

" Masih mau naik becak Abang dik? " tanya bang Daut begitu Tina sudah berada diatas becaknya.

" Abang memang yang paling kupercaya, walaupun mulutmu kurang asam! " ujar Tina sembari tersenyum.

" Ini mulut memang begitu dik...kalau ngomong ya seenak perut. Tapi kalau hati sudah terjamin, lurus dan bebas tikungan.He...he..." Kekeh bang Daut.

" Udah jangan banyak bacot lagi. Ayo jalan, kali ini pasti kubayar. Tak usah khawatir, aku pasti bayarnya lumayan, soalnya jauh juga. Antar aku PT AW." Ujar Tina sembari menyodorkan uang Duaratus ribu.

Daud menerima uang Tina. Baiklah..Camon Baby...tenang yah diboncengan!!!." katanya girang.

" Cukup kan bang? " tanya Tina ragu.

" Mudah- mudahan ngak ada halangan dijalan. Kalau ngak ada bocor - bocor, ini

lumayan lah sisa minyak bisa buat dompol mulut siceriwis dirumah. " jawabnya, lalu kembali terkikik.

" Emang kakak cerewet ya bang? tanya Tina.

" Lumayan...tapi walau tukang ribut, ia tak suka meninggalkan rumah tanpa izin, makanya tak terduakan, satu lagi ngak ada juga yang suka sama Abang selain dia. He. He..

" Abang selalu saja nyentil aku, emang dasar mulut kurang asam. " ujar Tina.

" Jangan masukin kehati kalau ngak suka, masukin saja kesaku biar tebal sakunya. He...He...

Tinapun tersenyum, walau senyumnya sedikit sumbang.

Sudah jam sembilan malam, tapi istrinya tak kunjung pulang. Arkam mencoba mengajak sikecil bermain. Mereka bermain Ludo di Smarphonenya.

Karna asyik, ia lupa merengek tentang ibunya. Begitu sikecil menguap, Arkam kemudian tersenyum.

" Jagoan ayah ingin bobok ya?

Sikecil mengangguk.Lalu sang Ayah mulai memasukkannya keayunan.

Setelah sikecil terlelap. Ketiga abangnya juga mulai menyusun buku- buku untuk besok kedalam tas, sehabis mengerjakan

tugas." Kita tidur duluan ya yah.." ujar Sisulung sebelum beranjak kekamar mereka.

" Ya...jangan lupa gosok gigi sebelum tidur. " Pituah sang Ayah.

" Oke.. itu pasti ayah, siapa juga yang mau tidur ditemani ikan hiu. " kata Iul sitengah menimpali.

" Syukurlah...jagoan ayah semuanya pintar! " puji sang Ayah.

Semua menjawab hanya dengan senyuman. Lalu mereka menuju ketempat tidur.

Semantara Tina asyik berbincang dirumah dengan Tria. Hatinya terasa lapang, karna Tria tak sama dengan Aulia. Tria mendukungnya. ia benar- benar senang sekarang. Kalau Aulia tak membolehkannya menginap, tapi Tria malah memintanya.

" Sini aja dulu ni...biar Abang itu sadar diri. Ntar kuminta pada adik kami yang lelaki untuk menekan kak Nahda, agar ia segera minta cerai pada Abang. Kami walaupun bersaudari tiri, tak setuju dengan pernikahan mereka. Tenanglah...aku pasti mendukungmu." janji Tria.

Tina merasa lega. Hingga ketika Tria menyodorkan bantal dan membentangkan kasur lipat, ia segera menggilirkan tubuhnya dengan Santai.

" Sekarang aku akan datang lagi menyusahkan Nahda, kali ini aku akan membawa adik- adikmu untuk melawanmu. Coba saja kau masih bisa bertahan dengan suamiku, setelah seluruh dunia menantangmu. " Batin Tina sembari menggerutukkan giginya.

Sementara disebuah Villa di kawasan Danau I. Nahda terbaring lemas disisi suaminya. Usai menidurkan jagoannya. Arkam kembali menculik istrinya.

" Lepaskan saja aku bang...kita belum punya apa- apa untuk diperjuangkan.Sedangkan disana istrimu dan anak- anakmu membutuhkanmu. Aku

tak ada apa- apanya dibanding mereka, kembalilah, buatlah istrimu bahagia. Lupakan saja kisah ini. Aku terlalu lelah seperti ini. Sepertinya takkan ada jalan keluarnya selain berpisah.

Arkam menutup mulut istrinya dengan tangannya. Tak terasa airmatanya berlinang. Tubuhnya bergetar.

" Semudah itu bagimu mengucapkannya dik. Aku tahu kau tak begitu menginginkanku sejak dari awal. Tapi kita sudah menikah, kau milikku, semua yang sudah menjadi milikku takkan aku lepaskan. Kemaren mengapa mau?

Sekarang diamlah, walau dengan apa kau

memintanya, selamanya kau akan tetap jadi milikku saja. Andaikau berani membunuhku, maka dengan berakhirnya nyawaku, disitulah dirimu lepas dariku.

Nahda mendengus kesal. " Membunuhmu, manalah aku sanggup?

" Sama...meninggalkanmu manalah aku bisa. " jawabnya enteng.

Membuat Nahda akhirnya terdiam. Nahda terisak. Suaminya membelainya dengan sayang.

" Sudah menangisnya...Tak ada gunanya.

Semua sudah terjadi, jangan berharap lepas lagi.

Terpopuler

Comments

Handayani

Handayani

klo menurut aku jika Tina nggak bisa menjalaninya ya lebih
baik mundur hidup mandiri ,syukur bisa bertahan

2022-01-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!