Serangan ke Satu Untuk Dia

Cuaca cukup serah hari ini.

Dihari Kamis yang cerah ini, pagi- pagi sekali Nahda sudah berangkat kekantor tempat ia bekerja.

Seperti biasa, senyum manis selalu menghias wajah cantik dan energik milik Nahda. Tatkala berpapasan pandang dengan siapapun yang berjumpa dengannya, senyum itu takkan pernah lepas. Tidak dapat berbagi Rizki setiap hari, paling tidak berbagi senyum. Itu prinsip Nyonya muda itu.

Tidak peduli hari apa dan tantangan apa yang akan ia hadapi kedepannya, yang namanya Nahda Always Keep Spirit setiap waktu.

Pukul sepuluh lewat, ketika Nahda sedang serius menuntaskan pengerjaan laporan kegiatan pengawai dikantornya.

Seseorang mengetuk pintu ruangannya.

" Masuk saja, "

Nahda mendongak untuk melihat siapa yang datang.

" Oh...Anna, ada apa na? " tanya Nahda dengan sedikit menautkan alisnya, kemudian taklupa ia tersenyum manis memamerkan gigi putih dan rapi miliknya.

Tidak biasanya pengawai TU itu menemuinya langsung, kalau ada yang ingin ditanyakan biasanya staf tersebut menghubunginya Fia telfon. Nahda sedikit heran, tapi ia tetap tak ambil pusing.

" Anu..kak..Ana nampak gugup.

Melihat seperti itu, Nahda keluar dari balik meja kerjanya. Berjalan menghampiri Anna.

" Ada apa say? " katakan walaupun pahit! " kata Nahda sembari terkekeh.

Annapun merasa lega mendengar tawa anggun senior yang ada dihadapannya.

Sejenak perasaan gugup dan takutnya berkurang.

" Ada yang cari kak Nahda mencak- mencak. Dua orang wanita dengan seorang pria tua. " jelas Ana setelah

menatap perempuan tegar didepannya,

dan memastikan keadaannya oke- oke saja.

" Hmu....sudah kuduga, akhirnya ia datang menyerangku. " katanya santai, terbalik Ana yang stres memikirkannya.

Ana menepuk jidatnya sendiri.

" Anu kak...madu kakak sama kakak ipar.

Ia datang untuk mempermalukan kakak dan merusak pekerjaan kakak. " kata Ana

dengan wajah memucat.

" Udah...don't Wory say...Ana keluar dulu, kakak selesaikan pekerjaan ini sebentar lagi. " Nahda kembali kekursinya dan melanjutkan pekerjaannya.

" Oh ya, bilang pada pimpinan, ntar dah kelar kakak keluar! " teriak Nahda saat Ana sudah membalik ingin pergi dengan wajah prustasi.

Ana datang kembali, tanpa mengetuk pintu dan terlihat buru- buru. Wajahnya berkeringat, ketegangan menjalar diurat syarafnya.

Nahda menatap rekannya itu. " Gimana? apa mereka buat kericuhan ? " tanyanya masih santai.

Ana makin mendekat, setelah menyeka keringatnya ia menarik nafas, lalu berkata pada Nahda " Anu...kak, kata pak

pimpinan, kakak jangan keluar dulu, semua pegawai akan dipulangkan.

Jangan keluar, nanti gawat, kalau pengawai sudah pada pulang, kalian akan dipertemukan diruang Bapak. "

" Mhu...baiklah...kakak lanjutkan lagi kerja berikutnya, sampai ada panggilan. Ntar panggil fia Telfon saja, biar ngak capek. Lihat tuh keringat, sampai sebesar biji jagung. " katanya masih dengan sikap santainya.

Ana mengangguk, benar apa kata Nahda,

Nahda yang dikatai didepan, mengapa ia yang panik. Sedang yang punya badan masih sempat tersenyum simpul.

" Ana...ana...you memang baperan ! " batinnya mengejek diri sendiri.

Pukul 12 : 00

Kantor sengaja disepikan. Yang tertinggal hanya pak Ketua, pimpinan, dan Ana.

Nahda dengan langkah pasti menuju ruang pimpinan. Ketika ana memanggilnya dengan menelfon, Nahda sudah tiba didepan pintu.

Nahda langsung menghadap pimpinan setelah masuk.

" Mereka datang, mereka mau apa? " tanya Nahda pada pak pimpinan.

Mhem...huk...Arfan yang menjadi kepala dikantor mereka mendehem dan terbatuk sebelum bicara.

" Entahlah..mereka mau apa, kan adik yang punya kerjaan, maka adik pulalah yang menyelesaikan. " katanya sembari menatap Nahda yang masih ada hubungan kekerabatan dengannya.

Nagari ala zaman Khalifah Usman bin Affan.

Dalam satu kantor, pegawainya umumnya kaum kerabat. Tidak dapat dipungkiri, sejak dulu hal seperti ini sering terjadi.Zaman sekarangpun masih sama, yang kuat dan yang sigap serta yang punya koneksi yang berjaya.

" Aku heran mengapa sampai adik mau menjalani kisah cinta seperti ini. Padahal tidak kurang lelaki bebas yang mendekatimu selama ini." kata Arfan sembari menatap tajam wajah sepupunya itu. Sekarang memang tinggal

mereka sesama mereka, karna para pegawai kantor yang lain sudah dipulangkan.

" Entahlah...Mungkin aku telah jatuh cinta

pada tempat yang tak patut. " gumam Nahda.

" Assalamualaikum...Terdengar sapaan salam dari luar pintu.

" Waalaikum salam...Langsung masuk aja kak..." kata Arfan pada Yani. Kakak ipar Nahda sekaligus kakak sepupunya Arfan. Dibelakang wanita berkaca mata itu membonceng seorang lelaki tua dan seorang wanita memakai kerudung merah. Siapa lagi kalau bukan Tina.

Setelah masuk semua duduk dikursi dengan meja berhadap- hadapan dengan Nahda. Nahda menatap mereka semua tanpa takut dan gentar.

Beberapa menit waktu berlalu dalam keheningan dan saling bertatapan.

" Begini fan..karna di sini hanya kita sekeluarga yang ada, kakak langsung saja ke inti. Maksud kami kesini untuk memperceraikan Nahda dengan Arkam,

yang katanya sudah menikah diam- diam. " kata Yani membuka suara.

" Aduh...masuk gubu nih kayaknya kak Nahda." batin Ana seraya menarik nafas.

" Iya kak Yani, saya juga sudah dapat berita ini. " kata Pak pimpinan kantor sembari duduk disamping Yani sepupunya.

Gimanapun juga Nahda adalah saudara kami, kalau kami sampai memperkarakan ini kepolisi, bakal merusak persaudaraan.

" Aku kesini membawa adik ipar yang teraniaya ini, karna suaminya sudah direbut oleh Nahda. Padahal selama ini, tak pernah ada masalah didalam rumah tangga mereka."

Kalau kami kerumah, nanti akan ada perang saudara, makanya kami kesini untuk mencari jalan terbaiknya. " kata wanita berkacamata itu lagi.

" Hhu...Baiklah, kita akan coba selesaikan

masalah ini dengan jalan kekeluargaan."

jawab Arfan.

Detik berikutnya suasana memanas.

Kedua istri Arkham saling pandang.

Lalu Tina memukul meja.

" Apa yang kau kasih sama laki ku, sampai ia suka padamu? Selama ini ia selalu memanjakan ku, setelah bertemu denganmu ia pandai berselingkuh.

" Hanya satu itu saja yang kuberikan pada abangku. Apalagi kalau bukan lubang jangkrik. Itupun kami tidak berselingkuh. Ia berjuang untuk bisa menikahiku, baru ia bisa mendapatkan lobang jangkrik nya. " kata Nahda santai.

Tapi itu membuat Tina Makin kesal.

" Kau berbohong, apa ia menghamilimu

dulu! " Tina bicara sembari menggerutukkan giginya.

" Tidak! Aku tidak apa- apa dan tak memberikan apa- apa. Aku tidak pernah

mendatanginya, tidak juga merayunya. Ia sendiri yang datang padaku, minta aku menjadi istrinya." kata Nahda masih dengan nada santai.

" Apa kau kira tak berdosa merebut suami orang? Bukankah kau tahu ia sudah punya istri? " Yani menyela dalam persiteruan itu.

" Kalau masalah dosa tentu tidak, tak ada dosa untuk cinta, terkecuali mereka berzina, karna mereka tidak berzina, maka tiada dosa! Hanya saja secara hukum bernegara, Arkam sudah salah, menikah tanpa tanda tangan istri pertama. " Pak ketua berbicara untuk menengahi.

" Sekarang tak ada gunanya berdebat dan saling menyalahkan. Baiklah akan aku buat surat. Dimana isinya kak Nahda menceraikan Bang Arkam. Nanti kalian bawa pulang setelah kami tanda tangani bersama. " kata Arfan, kepala kantor, seraya menuju menuju meja komputer, untuk mengetik surat.

Ana tersenyum, pak pimpinan ada - ada saja, masak kak Nahda yang ceraikan bang Arkam. Dasar pria aneh" batin Ana bercelutuk seraya menahan senyum geli.

Sementara Yani masih sibuk berbicara membela Tina.

" Susah sekali aku membelanya, tak ada orangtuanya selain aku. Dulu Ia menjadi Muallaf bersama tiga bidan , orangnya baik, semua suka dia, sampai hati adikku itu menduakan ya.

Nahda hanya diam, bukan berarti ia takut, tapi ia tak mau mempermalukan pimpinannya.

Setelah surat selesai, dibacakan oleh kepala, dan Nahda dipaksa menandatangani permintaan cerai pada suaminya.

" Apa ada yang bawa matray? " tanya Arfan. Semua menggeleng.

" Ya udah tak apa, tandatangani dik! " katanya pada Nahda.

Nahda meraih kertas itu. sebelum menandatanganinya.Ia berkata sembari menatap tajam sang kakak ipar sekaligus kerabatnya itu.

" Kau kira susah bagiku mengganti adikmu itu, besok juga aku bisa menggantikan dia dengan lelaki model apa yang Kusuka.Makan olehmu saudaramu itu. Busuk sekali mulutmu bicara padaku ditelfon, Beranjaklah! Bawa dan makanlah suratmu ini, akupun tak akan lagi menganggapmu saudari seumur hidup! " Kata Nahda menumpahkan perasaan yang sudah sebulan ini ia pendam pada sang kakak ipar.

" Terserah! " jawab Yani pendek.

Mudah untuk memperceraikanku dengan adikmu itu, tapi jangan kira akan mudah menghapus diriku dihati adikmu, juga sebaliknya! " kata Nahda menerbangkan kertas itu kedepan muka Yani.

" Mudah- mudahan setelah menyerangku kesini hidupmu akan tenang, kau akan segera masuk Syurga! " kata Nahda lagi.

Ia tak marah pada madunya, toh ia tahu ada salahnya juga dalam hal ini.

Tapi ia sakit hati dengan kakak iparnya yang jelas kerabatnya, yang tidak berfikir panjang berkata terhadapnya. Sejak sebulan menerornya ditelfon. Hanya itu saja yang Nahda sakitkan.

Kalau Tina yang menghinanya ia masih bisa terima, Ia pun sadar diri.Tapi kata kasar Yani takkan termaafkan dihati Nahda.

Tekan jempol ya say...Taulah buat ngilangin kesal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!