Seperti Apa Dia?

Ketika kaki Tina sembuh, ia tak sabar untuk segera membuat perhitungan dengan perempuan yang sudah berani menikahi suaminya.

" Aku kira kakiku sudah sehat ni, kapan uni ada waktu membawaku menemui wanita murahan itu. Aku ingin segera melihat seperti apa dia membela dirinya, saat kita menyerangnya. " kata Tina pada

Yani sang kakak ipar.

" Tenang saja Tina, tunggu sampai uni usai memeriksa ujian anak- anak dan menyerahkan nilai pada para wali kelas, baru uni akan membawamu menyerbu Nahda. " Janji Yani seraya menatap lekat manik mata Tina, berharap adik ipar itu yakin padanya dan mau sedikit bersabar menunggu pekerjaannya selesai.

" Baiklah uni, Aku akan sabar sampai pekerjaan uni selesai. Andai aku pandai bawa Honda atau mobil, tentu aku takkan

sabar menunggu uni." jawab Tina.

" Kalaupun kau pandai membawa kendaraan sendiri, takkan kubiarkan kau pergi sendiri, karna kalau sempat terjadi kekerasan, kautakkan sanggup melawan

kekuatan tubuh sintal Nahda. Selain fisiknya yang lebih besar dan kuat darimu, ia juga mantan olahragawati karate penyandang sabuk hitam. " Jelas

Yani sembari membayangkan tubuh sintal, kuat dan cantik adik sepupunya itu.

" Percuma saja kau cantik dan kuat Nahda! " memilih lelaki tak pernah becus,

ini sebanyak lelaki diKota U, malah suami orang yang kau pilih. " kata Yani mengutuk Nahda dalam hatinya.

Tina mengusap layar Hpnya, untuk menghubungi seseorang yang dekat dan sekaligus musuh Nahda.

Begitu Telfonnya tersambung, wanita itu langsung menanyakan maksudnya pada seseorang disebrang Telfon.

" Bagaima dan seperti apa Dia? " tanyanya yang membuat dahi sipenerima Telfon sejenak mengerut. Baru setelah berfikir sejenak ia mengerti kalau

perempuan disebrang enggan menyebutkan nama perempuan yang sedang ia pertanyakan.

Rina menarik nafas, untuk menyusun kata mutiara terindah yang dapat menyulut api kemarahan Tina makin berkobar. Begitu perang bergejolak nantinya, disitulah Rina bersorak riang dan betepuk tangan.

" Hhem...Maksudmu Nahda nona? " tanyanya pada Tina.

" Iya...katakan padaku seperti apa wanita itu, sebelum aku membalaskan dendam ku, aku perlu tahu seperti apa dia?

" Kalau kau tanya siapa dia, baik kawan atau lawan akan menjawabnya tidak jauh dari apa yang aku tuturkan berikut. " kata Rina mulai menyusun deskripsi berbungkus persuasi berinti provokasi.

" Dia cantik, nyaris sempurna. Selain cantik ia juga kuat, jadi jangan mimpi bisa mengalahkannya hanya dengan adu fisik saja. Ia juga pintar, jangan beradu mulut dengan nya kalau mentalmu setengah saja.

" Wajahnya cantik dan anggun, bibirnya manis tapi beracun, tubuhnya tegap tak pernah menundukkan matanya, apalagi hatinya dengan mudah, pada siapapun.

Ia perempuan bergairah, cerdas dan pekerja keras. Ia juga bekerja dan tak pernah takut. Kalau kau hanya mendatangi rumahnya, itu tak akan membuatnya gentar apalagi malu. Kalau kau kuat dan ingin menjatuhkannya, maka seranglah ia dikantornya, agar sekali kau mendayung, dua tiga pulau terlampau. " kata Rina dengan penekanan, membangkitkan cemburu, kemarahan serta dendam Tina makin membara.

Setelah mendengar tak ada jawaban dari sebrang telfon lagi, Rina tersenyum puas.

" Siap- siaplah Nahda, kehancuranmu akan segera Tiba. Aku sudah membuat

nona itu semakin buas dan gila. Setelah ini kau pasti akan menangis darah. Siapa suruh ibumu berani melawan anak raja kampung ini, kau yang dapat balasan kejamnya fitnahanku. " Kata Rina bersorak dihatinya, sudah berhasil mengadu domba.

Rina menghayalkan Nahda yang menangis mengadu pada ibunya, begitu ia berhenti dari pekerjaannya.

Ibu wanita itu pasti sedih, dan kesedihannya adalah kemenangan bagi Rina sebagai musuh bebuyutan.

Begitulah manusia kalau sudah memiliki hati yang kotor, senang dengan kehancuran dan melihat peperangan diantara saudaranya. Kita juga kadang sering terkecoh dengan orang seperti itu.

Tidak terkecuali dengan Tina. Ia sengaja berhubungan dengan Rina untuk mencari kelemahan madunya, tanpa terasa ia sudah dijadikan domba yang bisa dipermainkan oleh perempuan berhati busuk yang telah ia jadikan sekutunya.

Tiada ia pernah tahu niat sesungguhnya dari perempuan yang sudah sengaja datang kerumahnya itu, hanyalah sekedar

membalaskan dendam kesumatnya.

" Nampaknya perempuan itu sudah terpancing, aku sudah memercikkan bencin kedalam api, tinggal menunggu

api melalap, saat semua menjadi abu, hanya aku yang mendapat keuntungan." kata Rina sembari tertawa terbahak dikamarnya usai berbicara ditelfon dengan Tina.

Tina termenung disisi tempat tidur, membayangkan melakukan penyerangan

pada Nahda kekantor cukup membuat kepalanya pusing dan nyalinya sedikit ciut juga. " Mengapa Rina mengusulkan aku melakukan penyerangan kekantor ya, bukankah sangat tidak sopan urusan pribadi dibawa kekantor. "batin Tina mempertimbangkan usulan perempuan tetangga Nahda yang merupakan sekutunya sekarang.

" Tapi benar juga yang Rina katakan, kalau kerumahnya, perempuan pelakor itu takkan malu, jika aku kekantor ya, maka ia akan malu bahkan bisa berhenti bekerja. Sambil menyelam aku bisa minum susu. Kalau perempuan itu pengangguran sepertiku, entah bang Arkam tak lagi menggilainya. " batin Tina kembali berbicara.

Saat yang bersamaan suaminya datang.

Ditatapnya suaminya dalam- dalam, ia ingin menyelam ketelaga bening milik lelaki terkasih, yang akhir- akhir ini sudah memporak- porandakan jantung hatinya.

" Ada apa sayang...mengapa menatap Abang seperti itu, tidakkah adik berniat mengabilkan minum untuk suamimu yang kelelahan pulang kerja? " tanya Arkam begitu duduk disisi Tina.

" Kalau mau minum ambil sendiri, semua sudah kusiapkan, tinggal ambil saja, lagian ngapa susah- susah aku berjuang mengambil hatimu, toh hatimu sudah kau berikan secara gratis pada perempuan itu."Tina tersenyum pahit setelah mengungkapkan kata - kata itu pada Arkam.

Arkam terkekeh sembari mengusap rambut istrinya.

" Baiklah sayang.. Abang hanya bercanda, bukankah sudah biasa Abang kalau mau ambil sendiri dirumah ini? Abang hanya ingin menyapa dirimu saja,

nampaknya Tina sedang bermenung, makanya Abang bawa bercanda, tapi larinya terus kesitu. Nampaknya tak ada yang lebih menarik dibicarakan selain arah kesana.

" Memang itulah tranding topik masa kini, bukankah kau yang membuat masalah yang menjadi tranding topik, untuk apa pula kau heran dengan hasil karyamu sendiri? " Tina kembali berkata dengan sinis.

" Baiklah sayangku...terserah padamu, hanya satu nasehat Abang,jangan mudah termakan hasutan, karna kita tidak tahu, apa niat yang sebenarnya dari sang penghasud, ingatlah Tina! semanis apapun ucapan si penghasud, ia tetaplah teman iblis. " Arkam mengecup kening Tina setelah berkata, kemudian ia berjalan kedapur membuat kopi. Setelah

selesai mengaduk dua mangkuk, ia kembali pada Tina.

" Ayo minum dengan Abang! " Ajaknya sambil mendinginkan kopi bagiannya dipiring alas.

Seperti apa dia dihati dan pandanganmu? " tanya Tina setelah meminum sedikit kopi yang sudah ia dinginkan dengan meniupnya disendok.

" Siapa yang kau maksud adik? " Arkam balik bertanya dengan dahi mengernyit.

" Siapa lagi kalau bukan wanita yang sudah kau jadikan orang ketiga dirumah tangga kita.

" Hu u...Nahdaku? " Gumamnya pendek, tapi cukup membuat hati Tina tersayat.

" Katakan padaku bagaimana dia! " Tina mendesak ingin tahu walaupun hatinya sakit.

" Apa adik tidak akan menyesal menanyakan ini? " tanya Arkam sekali lagi.

Tina menggeleng, walaupun hatinya ragu. Tapi ia ingin Tahu seperti apa musuhnya, sebelum melakukan penyerangan kebenteng lawan.

" Tentu saja ia cantik, baik, cuek, ia tak suka pertikaian dan perselisihan. tapi jangan salah, jika musuh datang sendirinya, ia pantang mengelakkan nya.

Jangan pernah berniat menantangnya secara fisik, ia wanita perkasa.Abang saja bisa keok satu kali Sengkang Nahda,

apalagi adik yang imut begini. " kata Arkam jujur sekaligus mengingatkan Tina.

" Bukan itu maksudku." Tina mencoba mengalihkan karna dari penuturan suaminya, Arkam tahu niat buruknya, ia mencoba membungkusnya lagi, agar tak kentara.

" Lalu apa sayang...

" Se istimewa apa dia bagimu?

" Sama denganmu sayang..." jawab Arkam sembari merengkuh tubuh istrinya.

" Takkan boleh sama, aku ibu dari anak- anakmu, sedang ia hanyalah orang baru dikehidupan kita. Datang menjadi duri dirumah tangga kita. " kata Tina mengeratkan pelukan suaminya.

" Dia istriku, kasihku dan kerabatku, walau belum ada anak, tapi Abang tak mau membedakan kalian. Berat untukmu memang sayang... tapi Abang ingin adik berdamai dengannya. Kalau tidak bisa juga, berdamailah dengan hatimu sendiri, jangan berniat menyakitinya, apalagi mempermalukannya.Karna malunya adalah malu kita juga. " kata Arkam yang tahu betul niat tersembunyi istri yang sedang dalam pelukannya.

Tina mengecup bibir yang bicara seenak lidah itu, menciumnya dalam dan buas untuk melepaskan kekesalannya. Arkam melepaskan dirinya sambil berbisik.

" Abang tutup dulu pintunya, nanti anak- anak masuk! " katanya.

Tina terpaku ditempat duduknya. " lagi- lagi aku ceroboh, untung ia teringat, suamiku memang Cool, tapi ia cepat tanggap, mau cari dimana lelaki secerdas ia? " Puji batin Tina sembari menatap Arkam yang menutup pintu kamar mereka.

Selanjutnya, Arkam pasrah dalam gairah Istri yang sedang marah itu.

Setelah pergulatan usai.

" Abang mencintai kalian berdua, kalian berdua sama istimewanya bagi Abang, jangan pernah mempertanyakannya lagi, karna hanya itu jawabannya. " kata Arkam yang membuat hati Tina makin teriris.

" Tidak! aku takkan pernah ikhlas berbagi cintamu dengannya. Aku hanya ingin memilikimu seorang saja." kata Tina meronta dari dekapan Arkam.

Sejenak Arkam diam menatap langit- langit kamar , entah apa yang ia fikirkan, Tina mendengus membelakangi suaminya.

Krek...pintu terbuka, ternyata Arkam sudah bangkit membuka pintu. Lalu detik berikutnya ia mendengar suara sanio mendengung.

" Ia langsung mandi, selalu seperti itu habis bercinta denganku, apa ia tak mau lama- lama bekas tubuhnya menempel dibadannya? Sedangkan dengan wanita itu, ia akan menahannya semalaman, setelah subuh barulah ia bersuci." kata hati Tina cemburu.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!