Cinta Memang Gila.

Arkam tersenyum membayangkan wajah cantik yang dirindukannya. Ia mulai memelankan laju motor Ujang yang dilarikannya, ia masih ingin hidup lama.

Masih banyak tanggung jawab yang harus ia tunaikan didunia ini. Pun Cita Dan Cinta bukan cinta Biasanya, hendak ia Wujudkan sebelum menutup mata.

" Aku rindu padamu bidadariku, seperti

malam merindukan bintang, laksana tanaman mendambakan hujan. Aku tahu kita seirama dan senada. Tapi kau sengaja menutup jaringan kalbumu, karna kekecewaanmu pada kelemahanmu.

Aku sadar aku lemah, laksana keladi yang disiram air panas jika tanpamu,

Jangan sekalipun bermimpi untuk lepas dariku. Walaupun aku tampak tak berdaya, tapi cintaku padamu luar biasa.

Orang boleh meremehkan ku, siapapun boleh menghujatku, aku pasti akan membalas mereka dengan senyum, karma bagiku semua tak berarti apa- apa.

" Tapi jangan coba- coba sekalipun meremehkan suamimu ini, aku akan tetap mengikatmu selalu dalam dekapan cintaku, sampai nyawa berakhir dari badan.

" Bersiaplah sayangku..Aku akan segera datang menghukummu, menghukum pemilik bibir tipis yang sudah berani memintaku untuk menyerah. Bibir yang dengan mudah minta berpisah. Aku bukan dia yang dengan mudah melepasmu sia- sia. Aku adalah Cintamu,

tempat terakhir hatimu berteduh dan berlabuh, aku takkan membiarkan siapun lagi datang dalam hidupmu setelah aku.

Kalau ada yang bilang aku adalah lelaki paling egois didunia aku akan terima.

Hujatan dari siapapun akan aku tampung. Hatiku, cintaku, dan diriku sudah aku tumbalkan untuk mencintaimu, aku tidak ingin mati, kecuali dalam dekapanmu.

Nahdaku, sayangku...Arkam terus berbicara dalam batinnya, sepanjang perjalanannya.

!!!!!!!!!!!!!!!!!

Nahda membuka matanya, ia mendapatkan dirinya berada didalam sebuah kelambu lipat berwarna merah muda, diatas spring bed biru tanpa alas kasur. Dahinya mengernyit, matanya dibuka lebar- lebar untuk memeriksa setiap sudut dan sisi ruangan.

Ruangan bercat biru dan nampak masih baru. " Dimanakah aku? perasaan tadi aku sedang menatap bintang dibalkon rumahku. Kenapa sudah ada disini? Apakah aku sedang bermimpi?" Nahda mencubit lengannya sendiri untuk membuktikan perkiraannya.

" Aduh...Sakit...ternyata ini tidak mimpi, aku kekencangan mencubitnya. " Umpatnya pada diri sendiri.

Nahda turun dari tempat tidur itu. Berjalan menuju jendela yang terbuka.

Dipandanginya langit malam dengan ribuan bintang. Siapa yang sudah membawaku ke villa mungil nan bersih ini?" gumamnya lirih, sembari mengingat

apa yang terjadi ketika ia berdiri diBalkon

rumahnya. Nahda mencoba mengumpulkan ingatannya.

" Aku tak ingat apa- apa kecuali hawa dingin yang tiba- tiba terasa dihidungku."

Sebelum ia mendapat kesimpulan apapun. Sepasang tangan kekar sudah melingkar di pinggang seksinya, beriring benda lembut dan hangat menyentuh tengkuknya. Wangi Mint nafas itu langsung menembus keindra penciuman Nahda.

" Kau...Untuk apa kau membawaku ketempat seperti ini, dengan cara membiusku pula? " Nahda berusaha melepaskan diri dari dekapannya, begitu ia tersadar siapa yang ada dibelakangnya.

" Lepaskan aku! Aku akan pulang! " teriaknya berontak dari dekapan suaminya.

" Diluar gelap! Kita berada 10 KM dari Kota. Apa kau akan berlari pulang hanya untuk menghindari suamimu yang merindukanmu sayang? " tanya Pria itu

pada Wanitanya. Kemudian ia melepaskan Nahda dari cengkeramannya.

" Kau fikir aku takut? tidak! Kau gila! Aku lebih gila lagi." Nahda mulai berjalan menuju pintu. Membukanya, lalu menuruni tangga untuk turun dari tingkat menuju lantai dasar.

Arkam mengejarnya dengan cemas. Diluar memang gelap, Terlalu jauh untuk bintang menerangi jalan.

Hari sudah tengah malam. Ia tahu Nahda kuat dan tidak kenal takut, ia makin cemas.

Untung Pintu menuju luar terkunci, kuncinya ada disaku Arkam. Nahda menggedor- gedor pintu. Arkam menangkap tubuh istrinya, mengungkungnya dalam dekapannya.

" Tidakkah bisa dirimu bertahan barang beberapa waktu dekatku sayang?

" Tidak!...Ceraikan aku sekarang! itu keinginan istri dan saudarimu! " Teriaknya sembari memukuli dada Arkam.

" Yang kuat pukulannya sayang...Biar Abang mati sekalian, bagi Abang mati lebih baik dari pada memenuhi permintaan kalian para wanita! " katanya dengan suara bergetar. Detik berikutnya bukan suaranya saja yang bergetar, seluruh tubuhnya ikut bergetar, diikuti butiran bening yang bercucuran dari kedua mata berwarna pekat itu. Kini warna itu berubah jadi merah.

Nahda menghentikan pemberontakannya. Lalu ia terduduk lemas dilantai Villa mungil itu, menyandarkan punggungnya dipintu.

" Kau menyakitiku bang...Kau datang dalam hidupku hanya untuk membuat semuanya kacau. Lepaskan saja aku, aku

akan kembali pada kebebasanku, aku tak apa menjanda, sebelum kau datang aku baik- baik saja. " katanya lirih, sekarang iapun tak dapat membendung Isak tangisnya.

Arkam duduk disisi Nahda, dengan tangan masih bergetar ia meraih kedua tangan Nahda, menggenggamnya erat lalu mengecupnya. Sekarang istrinya tak protes lagi, tapi tangisnya makin pecah.

" Maafkan Abang...Mungkin apa yang

adik katakan benar, Abang penyebab semua luka dan duka ini. Tapi apa daya Abang, Abang sangat mencintaimu, Abang takkan bisa berpisah darimu.

" Berpisah lebih baik, daripada menanggung sakit dan malu seperti ini.

" Katanya tanpa menatap suaminya.

" Jangan meminta apa yang tidak bisa kuberikan untukmu sayang...Pintalah apapun selain itu, Abang akan mengusahakannya." Arkam mengusap pipi mulus bersimbah airmata itu, kemudian mengecupnya lama dan hangat. Nahda hanya diam, ia terlalu lelah untuk marah.

Detik berikutnya, tatkala ia kembali ingin membuka mulutnya. Mulut itu sudah dikunci oleh suaminya.

Arkam mengesap bibir manis yang berbisa itu dengan buas dan mengganas.

Membelitkan lidahnya pada lidah yang tajam yang sudah berani mengucapkan kata yang tidak ia suka.

Nafas kedua insan itu saling tersegal- segal. Arkam mengendorkannya sedikit untuk mengambil oksigen.

Dipertemukannya pelipis mereka berdua.

Sekarang..ka..takan kau tak men..cintai.. ku.." katanya bergetar, kemudian meraih dagu Nahda menatapnya lekat tepat dimanik matanya. Nahda mencoba mengalihkan tatapannya, tapi Arkam tak memberi kan ruang untuknya.

" Apa kau akan membiarkan suamimu mati menahan rindu? Minta kebebasan, lalu mengabaikan telfonku. Apa menurutmu setelah kau lakukan itu, lalu suamimu akan menyerah dan mengalah.

Tidak sayang...Cintaku gila! Aku akan benar- benar gila kalau dirimu terus mengabaikanku.

Sekarang Nahda terdiam. Sejenak hening. Angin malam mulai menembus kulit. Nahda mendekap tubuhnya sendiri.

Lihat betapa angkuhnya dirimu adik...Kau

lebih mau mendekap diri sendiri dari pada menyerah dalam dekapan suamimu" bisiknya sebelum mengangkat tubuh Nahda dan menggendongnya kembali mendaki tangga itu. Meletakkan tubuh yang berhasil membuat nafasnya sedikit ngos- ngosan itu diatas springbed Biru dalam kelambu merah jambu.

Menindih tubuh yang ideal dengan tubuhnya. Menatapnya, lalu mengusap bulir bening yang masih mengalir disudut mata indah yang digilainya itu.

Pria Cool itu tak bicara lagi, demikian juga kekasih halalnya. Raganya mulai bekerja dan berkarya, menuruti hasrat jiwanya yang bergelora menahan rindu.

Nahdapun tak dapat bertahan dalam diam. Reflek tubuhnya membalas serangan - demi serangan cumbuan yang buas dan ganas itu. Hanya beberapa menit saja, mereka berdua sudah sama- sama polos. Lalu bersembunyi dibalik selimut dan kelambu merah muda itu. Kemudian hanya suara- suara Ambigu yang terdengar, memecah keheningan malam di Villa mungil milik tuan suami yang tak terduga nya.

" Kau membuatku gila adik.." bisiknya usai pergulatan yang memabukkan itu.

Arkam tak membiarkan istrinya lepas.

Ia tetap berada disana.

" Yang begini ni...Yang buat cepat hamil.

pantas anakmu banyak. " Bisik Nahda sembari berusaha lepas dari suaminya.

Tapi malang baginya. Bukannya lepas, malah lele jumbo suaminya menggelepar lagi.

" Ia tak mau lepas! Rasakan hukumanmu

berikutnya. " bisiknya dikuping Nahda. Kemudian mulai memompa lagi.

Da...da..ri mana kau dapat kan obat penenang untuk membekapku diBalkon? " tanya Nahda dengan nafas tersegal.

Arkam tak menjawab, ia mengunci mulut istrinya dengan mulutnya. Lalu melanjutkan olahraga malamnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!