Malam berikutnya, Tina sengaja membuat skenario. " Aduh...Tiba- tiba kakiku berdenyut lagi,
aku takut infeksi.." rengeknya begitu melihat Arkam
mau berangkat keluar rumah.
" Sebenarnya Abang ada urusan, tapi tak apalah, biar kita kedokter lagi, " katanya mulai menggendong Tina turun dari rumah menuju mobil, dengan sedikit susah ia membuka pintu mobilnya, lalu mendudukkan istrinya. Setelah mengambil posisi, ia memasangkan sabuk pengaman, merapikan kerudung Tina. Lalu ia mulai menjalankan mobilnya dengan santai dan hati- hati,
agar Tina tak merasakan getaran yang kuat, yang dapat menyebabkan kakinya sakit lagi.
Tiga puluh menit berikutnya, mereka sudah sampai di klinik Dokter Andre, sepupu Arkam.
" Nampaknya lukanya baik- baik saja, tak perlu dibalut lagi, sebentar lagi akan sembuh. Nih sudah sangat kering. " Kata Andre setelah membuka perbannya. Lalu menunjukkan kaki Tina pada Arkam.
Tina mengedipkan matanya, bermaksud menghentikan Andre membicarakan lukanya.Tapi dokter tampan itu hanya tersenyum sekilas, mengabaikan kode itu.
" Istri Ajo darahnya kuat. Sel darah putihnya bekerja cepat menyembuhkan lukanya. Lukanya sangat cepat mengering, Ajo tak usah khawatir, sebentar lagi bidadarimu ini akan kuat berlari." kata Andre sambil menuliskan resep.
" Tentu pak dokter, namanya juga darah Nias, orang
Niaskan terkenal kuat- kuat. " Kata Arkam memuji Tina, sambil memamerkan senyum manisnya.
Dokter Andre tersenyum balik." Pantas Nahda mau dengan Ajo,senyumnya begitu menggoda, plus sikapnya yang manis, aku saja yang sudah capek menawarkan cintaku tak digubris, Eh malah Ajo yang dapat ipar kesayangan kami itu, bahkan bersedia dijadikan yang kedua. Beruntung sekali dirimu Jo..." kata Andre tentu hanya dihati saja, kalau sampai diungkapkan, tentu Tina lusa atau sampai kapanpun takkan mau lagi berobat padanya.
" Ini resepnya Jo, tebus didepan! " katanya sembari tersenyum.
" Baiklah... terima kasih. " kata Arkam pada sepupunya itu.
" Hhum...Andre pura - pura batuk, melihat Arkam menggendong istrinya. " Sama- sama Jo...
Setelah beberapa langkah Arkam berjalan. Sang dokter kembali berseru. " Selamat Ya Jo!..." katanya, yang hanya dibalas senyum oleh kakak sepupunya itu.
" Selamat untuk apa? " tanya Tina dengan dahi mengerut.
" Selamat karna kakimu sebentar lagi sudah kuat Tina! " kata Andre seraya tersenyum. Sebenarnya ia bermaksud mengucapkan selamat atas pernikahan kedua sepupunya, yang telah menikahi Nahda, anak mamak mereka yang juga ia sukai.
Tapi ia mengalihkannya, untuk menjaga sepupunya
dari kemarahan Tina.
Sesampai dirumah, Arkham melayani makan minum Tina. Memberikan obat padanya. Saat Arkam pergi sebentar mengontrol kekamar anak - anak. Tina membuang obat yang tadi ia tahan dibawah lidahnya. " Aku tak mau tertidur cepat setelah minum obat ini, ntar kau diam- diam pergi mengunjungi perempuan itu, kalau aku cepat tertidur. " Gumam Tina.
Setelah memastikan keadaan anak- anak. Arkam kembali kekamar mereka. Berbaring disisi Tina.
Ia menatap langit- langit kamar dengan pandangan menerawang.
Berkali- kali ia mencoba memejamkan matanya, tapi sulit sekali. Ia telah lelah balik kiri balik kanan,
menelungkup, lalu telentang kembali.
Sampai menjelang tengah malam, ia belum bisa juga tidur.
" Gimana aku bisa tidur ya, sedang Nahdaku disana tentu gelisah, mengapa suaminya ingkar janji. Padahal aku sendiri yang sudah membuat janji, membawa mereka ketempat pamannya malam ini.
, tanpa satu pesan pun aku membatalkan janjiku sendiri. " Arkam memegangi dadanya yang terasa perih, memikirkan kesedihan yang ia ciptakan untuk Nahdanya, padahal ia berjanji menikahinya, untuk menghapuskan kesedihannya.
" Ampuni Aku ya Allah...Aku hanya membuat luka dihati dua perempuan yang kusayangi. " kata batin Arkam menyadari kenaifannya.
Ia lalu mengambil wudhu dan sholat, walau bukan Tahajjud namanya, karna ia belum tidur barang sepicingpun. Ia sholat sunat saja, berharap kegelisahannya berkurang. Dan bisa memejamkan
matanya setelah ini. Sebab pagi - pagi sudah banyak pekerjaan rumah yang harus ia kerjakan sebelum berangkat kerja. Bagaimana ia kuat mengerjakan semua, kalau ia tak bisa beristirahat?
" Kau pasti tak bisa tidur karna tak bercinta dengannya malam ini. " kata Tina sinis, lalu ia memijiti tangan Arkam. Arkam hanya diam,ia tak mau bersitegang tengah malam ini.
Tina mendesaknya lagi. " Begitu istimewanya wanita itu dihatimu, sampai tak melihatnya semalam saja kau tak bisa tidur. Ramuan apa yang
sudah ia berikan padamu suamiku? Pandai sekali pelakor itu mengikat hatimu, sampai matamu saja diatur olehnya.
" Sudahlah Tina...jangan menghina kerabat dan sekaligus istriku dihadapanku, ia perempuan modern, tak ada apapun yang ia berikan padaku selain cintanya yang kuminta. " Kata Arkam yang membuat kemarahan Tina makin berkobar.
" Apa kau berharap aku akan memuji perempuan ****** yang sudah merebut suamiku? He!
" Ia tak merebutku darimu Tina...Sikapmu yang sudah menyerahkan hatiku padanya tanpa kau sengaja. Ia tak pernah sekalipun berniat merebutku darimu. Kalau ia mau, sudah sejak lama kutinggalkan rumah ini. Jangan terus menuduhnya, belajarlah menilai orang tidak dari sisi kemarahanmu saja. " kata Arkam yang membuat hati Tina makin teriris.
" Kalau ia bukan pelakor, mengapa ia mau kau nikahi? Sedang ia sudah tahu kau beristri? Apa bukan perebut suami orang namanya? " tanya Tina kian menantang.
" Sudah kukatakan bukan dia yang merayuku, tapi akulah yang memintanya untuk menjadi istriku. Ia tak pernah punya niat memisahkan kita " kata Arkam lagi.
" Kalau ia tak mau merebutmu dariku, mengapa mau menikahimu, bahkan menikah dibawah tangan pun ia rela. Apa bukan pelakor namanya?.
" Bagaimana kau dulu mau menikah denganku? " tanya Arkam balik.
" Aku mau karna kau tidak punya istri." jawab Tina singkat.
" Mengapa kau yakin aku belum punya istri atau perempuan lain yang kucintai? " tanya Arkam lagi.
" Aku jatuh cinta! " Jawab Tina.
" Tentulah sama dengannya, ia juga jatuh cinta pada Anak Bako nya ini. Apa ia salah?
" Salah...kau suamiku, Kau sudah milik orang. " kata Tina.
" Bagaimana kalau dulu kau menikahiku yang sudah milik orang juga. Kau tak pernah bertanya
statusku saat kita pertama bertemu. " kata Arkam.
Kau langsung saja menurutiku. " kata Suaminya lagi.
" Kau tidak milik siapapun waktu itu, kau masih perjaka. " kata Tina.
" Itulah manusia sayang...kalau masalah dituduhkan balik padanya, jarang ia akan menerima, coba ditujukan pada orang lain, ia akan mudahnya menghina dan memvonis sesamanya, padahal mungkin sebenarnya salahnya jauh lebih besar.
" Aku tak mengerti! Ucapanmu makin aneh, sejak menikahi wanita licik itu. " kata Tina tak mau kalah.
" Asal kau tahu istriku, aku bahkan sudah menikahi Dia diwaktu kecilku. Sebenarnya, kau yang sudah merebut kekasihnya. Hanya jarak, waktu dan kemalangan yang memisahkan kami.
Sebenarnya suamimu ini sudah menjadi milik perempuan yang kau hina itu jauh sebelum kau mengenalku. " kata Arkam kemudian.
" Kau mengada- Ngada, mana ada pernikahan seperti itu. Ia bahkan sudah punya anak dengan lelaki lain. Aku tak paham, kau makin gila saja sejak bersama perempuan sinting itu.
" Mulutmu harimaumu sayang...berhati- hatilah...Untung suamimu berhati besar. Sudahlah
..semakin dibahas, kau nanti makin tersakiti. Sudah
Abang katakan, Abang tak bermaksud melukai siapapun diantara kalian. " kata Suaminya sebelum beranjak menuju kamar mandi, karna azan subuh telah berkumandang.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Gusmiati mia
❤️❤️❤️💐💐💐
2021-10-24
1