Antara Tergila - Gila atau Gila.

Remuk, berderai hati Tina mendapati kenyataan ini.

Ia merasa dirinya hampir gila memikirkan semua ini. Ia ingin melupakan hal gila ini. Ia memejamkan matanya. Mengenang betapa manisnya peristiwa sepuluh tahun yang lalu. Saat ia tergila- gila dengan pria Cool yang sekarang memporak- porandakan hatinya.

Tiga hari setelah malam panas diApartemen Arkam Nicole, pria Cool yang membuat Tina tak berhenti memikirkannya, sejak kegilaan yang sudah ia lakukan dengan pria itu. Arkam datang menemuinya dikamar kosnya. Kala itu Tina sedang asyik memikirkannya, bagai kejatuhan bulan, wajah Tina berubah sumringah, mendengar suara serak- serak basah itu menyapanya.

" Bolehkah Tamu masuk ditempat ini? Atau orang rumah yang harus turun menurut tamunya? " tanya pria itu. Tanpa sadar, Tina langsung terlonjak dari duduknya, lalu berlari kepintu, kemudian membenamkan tubuh mungilnya diperlukan pria itu.

" Tak boleh bertamu ditempat sesempit ini. Tapi kalau kau ingin berkencan dengan kekasihmu yang nampaknya sudah rindu setengah pingsan itu, silahkan bawa ia cepat dari sini, sebelum ibu Kos melakukan keliling, dan adegan yang kalian lakukan tersorot kamera biang gosip itu." Kata Bute

buru - buru keluar, menjawab pertanyaan kekasih adik iparnya. Karna adik iparnya sepertinya sekarang sedang budek karna cinta. " He...He...

Ternyata cinta itu bukan hanya buta, tapi budek juga. " kata batin Butemenilai ,

sembari tersenyum geli.

" Baiklah...Kuculik temanmu dulu demi keamanan, Da..da. ...kami pergi..." kata Arkam melambaikan tangannya pada Bute. Ia melepaskan gadis itu dari memeluknya, kemudian menggandengnya berjalan berdampingan dengan mesra.

Sesampai di Mobil Arkam menggenggam tangan gadis yang sedari tadi hanya diam dan tersenyum itu. " Kenapa Adik mendapatkan luka yang baru lagi? " tanyanya memeriksa jari yang berbalut Handiplas itu.

" Aku tak sengaja melukai tanganku saat memotong ikan dipasar. Aku kurang konsentrasi,

aku memikirkan apa yang sudah kulakukan denganmu saat bekerja. " cerita gadis itu jujur. Arkam lalu mengecup tangan itu dengan hati- hati. Dengan kecepatan sedang, ia membawa Tina menuju Apartemennya lagi.

Sesampai disana, Tina tak sabar lagi ingin menjatuhkan tubuhnya dalam pelukan lelaki itu. Tapi pria itu melepasnya. " Aku takkan melakukannya saat akalku sedang normal, malam itu aku habis minum yang banyak, aku hendak melupakan masa laluku. " kata pria itu menepis tubuh gadis itu.

" Untuk apa membawaku kesini, mengapa tidak mengajakku berjalan - jalan ke pusat perbelanjaan,

Ajak makan atau apa kek! " kata Tina keras, karna ia tersinggung dengan penolakan pria yang dirindukannya itu.

" Aku sudah memesan makan malam untuk kita berdua. Tenang saja, kau tidak akan kelaparan denganku, tapi kalau untuk berbelanja, aku takkan membiasakanmu, karna hidupku belumlah cukup untuk memanjakan wanita dengan pakaian dan perhiasan " kata Arkham dingin.

Tina terdiam, segenggam hati nya mengecil, pria didepannya begitu pandai membuat hatinya gadis itu kembang kempis bagai balon yang ditiup bocah kecil.

" Aku beragama Tina, dalam agama tidak boleh melakukan apa yang sudah kita lakukan sebelum menikah. Untuk itulah Abang membawamu kesini,

Abang ingin bertanya apa Tina sudah siap untuk menikah? " tanya pria itu.

Mendengar kata menikah, telinga Tina jadi mengembang. Apa benar apa yang aku dengar, benahkah pria ini ingin menjadikanku miliknya? " tanya batin Tina ragu dengan pendengarannya, ia berfikir telinganya sedang bermasalah.

Arkam menatapnya dalam. Kemudian mengusap muka Tina.

" Apa adik dengar apa yang barusan Abang tanya?

Siapkah dirimu menikahiku, menjadi ibu dari anak- anakku, menjalani hidup semampuku? " tanya lelaki

itu lagi.

Tina lalu mengangguk, lalu menjatuhkan tubuhnya dipangkuan pria itu.

" Jangan terburu- buru- sayang...Aku orang perantau, Aku juga berbeda denganmu. Apa kau mau mengikuti Agama Abang dan bila dalam waktu dekat ini terpaksa kembali kekampung Abang, menjalani kehidupan sederhana disana.

" kata pria itu tak mau menutupi latar belakangnya

pada Tina. Tina makin terpesona dengan kejujurannya.

" Aku akan mengikutimu, menjalani hidup denganmu, kemanapun kau akan membawaku, asal itu denganmu, aku akan menjalaninya, lagian sudah kukatakan, takkan ada yang kan mencariku,

kecuali aku sendiri yang melempemparkan diri kepada keluargaku. " kata Tina jujur dan pasrah.

Ning nong...kemesraan itu terjeda, karna bel berbunyi.

" Pengantar makanan datang, ayo turunlah dari pangkuanku, biar kujemput makanan kita.

Kan belum sempat adik kelaparan dalam dekapanku bukan? " tanyanya sebelum turun menjemput pesanan itu.

Tina hanya tersenyum seraya mengangguk, sejak saat itu ia tak pernah tersinggung lagi dengan penolakan pria itu.

Selama tiga bulan mereka pendekatan, sampai akhirnya Tina memutuskan untuk mengikuti Arkam, Kembali kekampung, menjadi Muallaf dan menikahi pria itu. Arkam menyayangi Tina dengan sempurna, membuatnya diatas angin ,

membuatnya jadi sempurna, membelanya saat Tina dalam masalah.

Tina benar- benar tergila- gila dengan suami Coolnya. Ia memang pandai membuat Tina melupakan masa lalunya, keluarganya, bahkan untuk Memasang alat Kontrasepsi saja Tina lupa, saking nyamannya dalam dekapan pria idamannya itu.

Ditatapnya suaminya , dengan muka merah menahan marah, setelah lama memejamkan matanya dalam pangkuan lelaki perkasa itu.

" Sampai hati kau membuat hatiku hampir gila karna penghianatanmu ini bang, setelah kau membuatku tergila- gila, sekarang kau akan membuatku benar- benar gila." kata Tina dengan nada penuh penekanan.

" Janganlah berbicara menyumpahi dirimu sendiri adik. Hidup ini mengikuti takdir, kita harus ikhlas menjalani takdir. Kau dan dia adalah takdirku." kata Arkam masih santai membuat Tina makin marah.

Bagai orang gila, ia melompat- lompat-, hingga luka kakinya berdarah kembali. Suaminya cepat menangkapnya, mengikatnya dengan tangan kokohnya dalam dekapannya.

" Jodoh kau bilang, seenaknya kau katakan jodoh, saat kau sengaja membuat jodohmu yang baru.

Kau kejam bang...Kau jahat, lebih jahat lagi wanita itu, ia sudah tahu aku milikmu, mengapa ia tega merebutnya dariku. " kataTina penuh amarah, ia memukuli dada suaminya, lalu kemudian terkulai lemas , menangis tanpa ampun dan malu.

" Tak ada yang membuat takdirnya sendiri sayang...

semua yang terjadi hanya kehendak Tuhan. Seperti aku dulu menikahimu yang berbeda, ditantang keluargaku, tapi takdir kita membuatku teguh untuk mempertahankan dirimu Tina...

Tina terdiam sejenak ,bukan berarti ia bisa menerima, ia hanya sedang lelah, apalagi malam hampir berakhir pula. Tapi Tina tak mau malam berakhir, sebelum masalahnya tuntas.

" Ceraikan dia, sebelum semua terlambat, aku tak mau dimadu. Tinggalkan ia, atau aku dan anak- anak akan pergi darimu untuk selamanya! " Tina menghirup nafas lega setelah melepaskan kata yang diinginkan oleh hatinya.

" Abang takkan meninggalkannya, apalagi melepaskannya, tidak juga dirimu, Abang Sayang kalian berdua. Takkan ada kata perpisahan, kalau kalian yang tidak mencintai Abang itu terserah, Abang takkan meninggalkan, tapi Abang pasrah bila kalian yang meninggalkan, bagi Abang kau dan dia sama artinya. Abang tak bisa melukai siapapun.

" kata suaminya yang membuat Tina makin lemah tak berdaya.

" Awas kau perempuan! Begitu kakiku sembuh, aku akan menghancurkanmu. " kata batin Tina penuh dendam.

Bersambung..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!