"Ahhh..." Hanny lah yang akhirnya berteriak terkejut melihat Arkana Dirut StarE disana yang terdiam melihat kedatangan mereka. Hanny langsung melompat turun dari pangguan Arden dan memohon maaf.
"Maaf pak.. maafkan saya." Hanny menundukkan kepalanya berkali-kali sambil mencubit lengan Arden untuk ikut meminta maaf. Arka dan Arden tertawa bersama melihat tingkah Hanny yang terlihat lucu bagi mereka.
"Sudah, ayo keluar." Arden menarik lengan Hanny dan berjalan keluar dari sana menuju sofa yang tersusun rapi diruangan yang sangat besar itu.
"Ini dimana?" Bisik Hanny bertanya dan Arden langsung duduk di sofa dan menarik Hanny untuk duduk dipangkuannya. Arden melingkarkan kedua tangannya di pinggang Hanny agar dia tidak bergerak.
"Ketahuan Ka..." Ujar Arden singkat.
"Hahahah... akhirnya ketahuan." Arka tertawa nyaring meledek Arden yang hanya mendesah pasrah. Sedangkan Hanny masih bingung dan tidak nyaman disana, selalu bergerak ingin turun dari pangkuan Arden, akhirnya dia tau kalau ini ruangan dirut.
"Kak... lepas, ada Tuan Arkana disini. Tidak sopan." Ujar Hanny pelan hampir berbisik masih menggeliatkan tubuhnya untuk lepas dari Arden.
"Tak apa, santai. Arka juga pernah pacaran kok." Jawab Arden dan Hanny mulai mencubit perut Arden agar cepat melepaskannya.
"Tapi dia bos kita kak.... hmmm.." Hanny tak bisa berkata apa-apa lagi karena Arden sudah mencium bibirnya. Arka mendesah kesal dan melemparkan map yang ada ditangannya ke arah Arden.
"Sadar heyy... kamu itu selingkuhannya Hanny." Arka mengingatkan. Hanny tertunduk malu dan membenamkan wajahnya di leher Arden karena terlalu malu.
"Iya sayang, aku ini selingkuhanmu loh." Kata Arden, Hanny hanya berdehem.
"BOS BOS...!!" Tiba-tiba Vino datang dengan berlari. "EH..?" Vino terdiam seketika melihat Hanny yang sedang duduk dipangkuan Arden.
"Dia siapa lagi...?" Lirih Hanny pelan, karena malu ada orang lain lagi yang melihatnya dalam posisi tidak nyaman.
"Aaahh... nona, keterlaluan. Saya loh yang bertahun-tahun menjaga dan memantau anda." Desah Vino merasa kecewa kemudian duduk di samping Arka. Hanny melototkan matanya sebentar dan langsung menatap ke arah Vino dengan muka sedihnya.
"Sudah, biarkan saja.." Pinta Arden.
"Apaan Vin, teriak-teriak tadi?" Tanya Arden. Vino langsung memberikan ponsel yang ada di tangannya ke Arden. Secara otomatis Hanny juga melihat isi ponsel itu.
"CK!" Arden berdecak kesal membaca isi chat grup karyawan yang isinya kebanyakan wanita itu. Pasalnya, dia dan Arka memang selalu menjadi bahan pembicaraan tapi kali ini sebuah foto dirinya memeluk Hanny terpampang disana, yang menjadi kan Hanny sebagai sasaran kemarahan anggota grup itu.
Arden melempar kesal ponsel itu ke lantai. Hanny terkejut karena baru kali ini melihat kemarahan Arden, Hanny membelai dada Arden lembut untuk menenangkannya. Hanny paham benar, hanya diam saja banyak yang sinis padanya apalagi dipeluk oleh Will, pengawal tertampan yang pernah ada, pasti banyak yang iri. Kejadian di toilet juga pasti ulah mereka.
"BOOSSS!! Itu ponsel milik pacarnya anak buah kita yang kerja disini." Pekik Vino terkaget melihat ponsel itu sudah retak dan padam.
"Ganti saja yang baru."
"Baiklah."
"Jadi bos sudah ngaku ke nona Hanny?" Tanya Vino setelah sedikit tenang.
"Dia ketauan." Kekeh Arka dan Vino tertawa kencang. "Bos bos.. dikejar mafia, pembunuh, dan lainnya tidak pernah ketahuan malah kalah sama wanita." Ejek Vino masih tertawa.
"Ini beda Vin wanita selalu pakai perasaan. Iyakan sayang?" Arden kembali memandang wajah kekasihnya lembut dan dibalas anggukan oleh Hanny.
"Sudah aku mau pulang." Rengek Hanny dan akhirnya di lepas oleh Arden.
"Besok jam makan siang kesini lagi, lewat pintu tadi jangan sampai ada yang lihat." Titah Arden, Hanny langsung melirik Arka canggung. Arden menarik dagu Hanny dan menatap wajahnya.
"Jangan takut, mereka temanku." Lanjut Arden. Hanny lalu keluar diantar salah satu anak buah Vino untuk sampai ke parkiran. Mobil keluarga Salim selalu sedia dan menunggu Hanny karena kakek Salim benar-benar menyayangi Hanny.
~Hotel Fortuna Pulau B~
Yuli dari tadi duduk tidak tenang di cafe mewah pinggir pantai melihat ponselnya. Dia memandang foto di grup itu, foto Hanny di peluk oleh Will. Siapa saja pasti cemburu melihatnya, jika wanita maka akan cemburu pada Hanny, jika pria maka cemburu pada Will. Hanny juga sering di puji-puji di grup itu oleh para pria karena cantik natural tanpa makeup tebal, ataupun baju yang kekurangan bahan. Selalu tampil sederhana dan anggun, begitu menurut mereka.
Dasar Hanny brengsek!!" Hardiknya keras dan beberapa orang disana melirik kearah Yuli sekilas.
"Hai mba Yuli..." Sapa Irene yang menghampirinya karena mendengar nama Hanny disebut.
"Hai Irene, bagaimana istirahatmu?" Tanya Yuli basa basi.
"Tentu nyaman dong.. StarE tak pernah mengecewakan." Jawab Irene menyanjung. "Memangnya ada apa dengan Hanny?" Tanya Irene penasaran sembari duduk di depan Yuli.
"Ah biasa.. selalu membuatku kesal, menggoda para pria." Jawab Yuli sambil masih menatap ponselnya.
"Memangnya siapa lagi yang digoda olehnya?" Tanya Irene lagi memancing rasa penasaran Yuli.
"Loh.. Irene kenal dengan Hanny? Apa dia memang sering menggoda pria?" Yuli mulai terpancing dan penasaran dengan perkataan Irene tadi.
"Kenal dari teman saja. Dia sudah merebut pacar temanku sewaktu SMA dulu sampai temanku hampir mati karena bunuh diri." Jawab Irene. Yuli semakin penasaran dan ingin mengetahui lebih banyak agar dapat mempermalukan Hanny nantinya.
"Pantas saja, dasar wanita ****** . Di kantor saja Pak Devan sudah mulai kepincut, sekarang Will juga." Ujar Yuli dan Irene sampai ternganga terkejut.
"Will? Pengawal yang super tampan itu?" Tanya Irene memastikan. Yuli membalikkan ponselnya untuk Irene.
"Whatt?? Apa ini? Dasar wanita ******." Hardik Irene. Pasalnya beberapa kali Irene ingin mendekati Will tetapi dirinya seakan tak terlihat oleh Will.
"Boleh kirimkan ke aku foto itu?" Tanya Irene. "Baik akan aku kirimkan." Jawab Yuli segera.
"Besok akan aku kirimkan foto si ****** itu, dulu dia sering kencan dengan banyak pria." Balas Irene membuat Yuli tersenyum menang, ingin segera membalas Hanny dan mempermalukannya nanti.
"baikah, tunggu saja permainan kita segera dimulai." Ujarnya lagi, dan akhirnya mereka berdua ngobrol sepanjang malam dan semakin akrab.
Setelah berbincang dengan Yuli, Irene kembali ke kamarnya dan tentu saja ada Johan disana. Mereka memesan kamar yang mempunyai connecting door agar mudah berpindah kamar tanpa diketahui orang lain.
"Sayang.. lihat ini." Irene menyerahkan ponselnya ke Johan.
"Ini Hanny... dasar ******!" Pekik Johan berang.
"Dia berpelukan dengan seorang pengawal." Jelas Irene lagi.
"Siapa pengawal itu?" Tanya Johan karena memang wajah Will tidak kelihatan karena di foto dari arah belakang Will dan hanya menampilkan setengan wajah Hanny.
"Tidak tau, di StarE kan banyak pengawal yang lumayan lah." Jawan Irene dan langsung bermanja di bahu Johan.
"Akan kuberi pelajaran besok." Geram Johan.
Johan bukan cemburu melainkan kesal karena bagaimanapun juga Hanny adalah istrinya dan miliknya tidak boleh disentuh orang lain tanpa seizinnya apalagi dibelakangnya, yang sudah jadi miliknya harus patuh, jika membangkang akan tau akibatnya. Sama halnya dengan Irene, selama menjalin hubungan dengan Johan tidak berani secara terang-terangan bermain dengan pria lain. Untuk job sebagai artis saja bertanya pada Johan dulu untuk job yang terkesan sexy. Tapi.. bukan Irene namanya jika tidak dapat menyimpan bangkainya.
\~\~\~\~\~\~
Jam makan siang telah tiba, Hanny sedang jalan santai kearah tangga darurat yang kemarin untuk bertemu kak Jo atau Will. Setelah masuk, ternyata di ruangan itu sudah ada Arden, Arkana dan Vino yang sedang menunggunya.
"Selamat siang Tuan Arkana dan Tuan Vino." Sapa Hanny.
"Sayang... tidak perlu sesopan itu ke mereka." Titah Arden menatap tajam Hanny. Dia tidak suka gadis kecilnya terlalu tunduk pada orang lain.
"Panggil Arka dengan kakak karena dia juga kakak kelasku. Vino... terserah kamu yang penting jangan panggil tuan." Perintah Arden dan dibalas senyuman oleh Hanny. Mereka akhirnya makan siang bersama dan tentu saja Arden yang bucin parah daritadi tidak makan malah menyuapi Hanny.
Mereka berbincang sejenak untuk menghabiskan waktu makan siang, "Kak.. kakak belum mau bilang nama kakak dan siapa sebenarnya kakak?" Tanya Hanny dan Arden menatap bergantian ke semua orang yang ada disana.
"Hm... kalau kakak bilang StarE punya kakak, percaya tidak?" Arden kembali bertanya.
"Ya tidak lah.. kalau StarE punya kakak, tidak mungkin dulu tinggal di panti asuhan. Kecuali kakak di adopsi oleh pemilik StarE." Jawab Hanny asal.
"Bisa dibilang begitu." Sambung Arkana. Dibalas anggukan oleh Vino.
"Terus nama asli kakak, WILL?" Tanya Hanny lagi.
"Bukan, nama kakak Arden. Itu nama asli kakak. Tapi rahasia ya.." Jawab Arden.
"Arden.. nama yang bagus." Hanny tersenyum, baru kali ini dia tau dan menyebutkan nama asli orang yang sangat dicintainya.
"Jadi boleh panggil Arden atau tetap kak Jo"
"Panggil Will. disini namaku adalah Will, pengawal pribadi dirut Arkana." Jawab Arden tegas. "Tapi... kalau kita sedang bercinta dan kau meneriakkan namaku ratusan laki juga tidak apa-apa" Bisik Arden di telinga Hanny dengan suara paraunya.
"Ehem..hemm..." Arka berdehem keras melirik Arden, sedangkan Hanny tentu saja sudah menunduk dengan wajah seperti tomat.
"Nama kakak banyak sekali, Kak bule, kak Jo, kak Will, sekarang kak Arden. banyak sekali." Keluh Hanny dan dibalas kecupan singkat oleh Arden di bibir Hanny.
"Sebentar, Jo nama dari mana? Kalau Will jelas di data kita namamu William, kalau Jo?" Tanya Vino yang sudah penasaran sejak lama. Hanny tertawa, "Jo itu nama yang kuberikan, dari nama Paijo.. Pa i jo." Tegas Hanny lagi. Arka dan Vino tertawa terbahak-bahak akhirnya rasa penasaran mereka bertahun-tahun ini menguap pergi.
"Lebih keren nama si Jupi kalau begitu. Setidaknya nama itu bocah Jupiter, jadi Jupi. Dari pada kamu Jo dari Paijo." Balas Arka yang masih tertawa.
~TBC ~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments