~7 tahun berlalu~
Arden yang baru selesai dari olahraga paginya segera menuju kamarnya untuk membersihkan diri, aktivitasnya 7 tahun ini hanyalah belajar segala hal tentang bisnis, bahasa, bahkan psikologis untuk membantunya menilai karakter seseorang. Bahkan latihan fisik keras juga dijalaninya sehingga membentuk badan dan ototnya dengan sempurna.
Tampilan Arden begitu sempurna di usianya yang ke-22, wajah bule nya saja sudah sangat tampan ditambah tubuhnya yang membuat wanita manapun akan rela berakhir diranjangnya. Arden memiliki daya tarik sexual yang luar biasa bagi lawan jenis. Makanya Arden selalu menghindar dari yang namanya wanita. Selain hatinya sudah dipenuhi oleh Hanny, dia tidak ingin menyakiti wanita lainnya.
"Bos, ini kabar terbaru dari nona Hanny." Ucap salah seorang pengawal kepercayaan Arden dengan map coklat yang diletakkan di nakas samping tempat tidur Arden. Sebelum map itu terletak Arden segera menyambarnya dan membuka halaman demi halaman informasi terbaru gadis kecilnya itu.
"Kenapa sepertinya dia tidak tumbuh dengan benar?" Ujar Arden terkekeh kecil melihat beberapa foto Hanny yang sedang di kampusnya. Terlihat di foto itu Hanny dengan tubuh paling kecil diantara ke 3 temannya. Tetapi Arden terkejut dengan lembat foto ke-5 ditangannya.
"Kenapa kalian ambil foto ini? Kalian mau mati ya?" Arden menghardik pengawalnya dengan mata menyiratkan kemarahan. Foto Hanny sedang memakai pakaian renang seperti sedang berenang di sebuah Villa. Ada 2 foto disana dan 1 foto lagi dengan pakaian renang yang memperlihatkan seluruh badannya. Hanny memang tergolong bebadan kecil namun berlekuk di tempat yang seharusnya. Sebenarnya Hanny tidak kecil, hanya saja temannya memiliki tubuh lebih tinggi darinya dan Arden juga tau itu. Beberapa kali Arden pergi menemui Hanny meskipun tidak menemui Hanny secara langsung, tetap saja bagi Arden Hanny itu sangat mungil dengan tinggi 160cm yang dibandingkan dengannya yang 188cm. Sangat jauh bukan..
Arden hanya punya waktu yang singkat untuk bebas. Setelah mengunjungi makam Arlen dia menuju ke kampus Hanny untuk melihatnya dari jauh. Begitu saja sudah membuatnya sangat bahagia meskipun dia harus sedikit menyamar dengan jaket hodie dan kacamata hitam tentunya karena warna matanya yang unik itu.
Ditempat lain, Hanny yang sedang menunggu Clara sahabatnya di kursi taman kampus untuk makan siang bersama sudah tidak sabar dan terus menggerutu sambil menekan ponselnya dengan kesal.
"Dari tadi tidak dibaca huh..." Hanny sangat kesal, karena dia tipe orang yang on time, sedangkan sahabatnya tipe orang yang lelet.
Setelah menunggu hampir setengah jam Clara pun sampai dan berakhir dengan semprotan Hanny kepadanya. "Sabar dong Honey Bunny Sweety." Ujar Clara sembari memeluk sahabatnya agar tidak marah lagi.
"Aku sudah dari tadi selesai tetapi dihadang oleh segeromblan fans mu yang bar bar itu." Clara sedikit menjelaskan tetapi Hanny tetap menggerutu kesal.
"Kan sudah aku bilang, abaikan saja mereka." Kata Hanny sambil menarik lengan Clara untuk segera ke cafe dekat kampus untuk makan siang, dia sudah sangat lapar.
"Kalau yang hadang aku kumpulan fans mu yang biasa sudah aku tinggal tadi, tapi ini di Rafael loh. Pujaan seluruh cewek di kampus ini." Jelas Clara tetapi Hanny tidak menjawabnya dan tetap berjalan dengan cepat ke arah mobil Clara di parkiran.
Akhirnya Hanny dan Clara sampai di cafe langganan mereka, Cafe JJ. Sepanjang perjalanan yang hanya 10 menit itu mereka diam karena Clara tau Hanny sedang kesal dan sudah tau watak Hanny kalau kesal pasti diam saja.
Sesampainya mereka di dalam cafe dan duduk di salah satu sudut dekat jendela, tanpa mereka sadari seseorang memandang keberadaan mereka sejak masuk dari pintu cafe itu. Yah, dia pemilik mata hijau yang sexy ditutupi oleh kacamata hitam dan wajah tampannya tertutupi oleh masker. Beruntung Hanny dan Clara duduk di meja depannya.
"Makanya Honey.. jangan menunggu yang tidak pasti sayang. Si kak Jo Jo mu itu mungkin sudah lupa denganmu. See.. sampai sekarang saja kamu tidak tau nama aslinya dan dimana dia sekarang." Ucap Clara di sela makannya ke Hanny, tentu saja Hanny hanya diam dengan tersenyum kecut.
"Sial wanita itu, jangan membuat Hanny ku berpikiran aneh-aneh." Batin Arden yang tetap menatap kearah Hanny di depannya. Begitu bahagianya dia meskipun sedikit kesal dengan ucapan temen Hanny tadi. berarti Hanny, gadis kecilnya tetap menunggu dan mengingatnya. "Tunggulah Hanny, beberapa tahun lagi." Batinnya lagi.
"Apa kabarnya? Apa benar dia lupa padaku?" Hanny bergumam pelan tetapi masih jelas terdengar bahkan oleh Arden. Clara dengan otomatis tertawa mendengar gumaman Hanny itu. Sedangkan Arden menghela napasnya panjang.
"Sudahlah Han, lupakan dia. Lebih baik kau iyakan Rafael yang sudah berkali-kali menembakmu itu." Jawab Clara yang sontak membuat Arden yang sedang menyeruput kopinya tersedak.
"Sial.. gadis kecilku akan di rebut pria lain." Batinnya kesal dan segera membersihkan kopi yang belepotan di wajahnya.
Hanny hanya berdecak kesal mendengar ocehan sahabatnya dan kembali termenung, "Ra.. tak ada yang seperti kak Jo lagi. Setampan apapun si Rafael dan yang lainnya, mata mereka berbeda." Ujar Hanny lirih hampir menangis. Arden mendengar itu dan seketika mematung dan rasa rindunya kian dalam. Ingin sekali dia menghampiri gadisnya itu yang hanya 4 langkah dari tempatnya dan memeluknya, membawanya pergi. Tetapi ini belum waktunya.
Setelah pertemuan itu, Arden kembali ke rumah besar Tenggara dan menemui Oma Susi yang makin renta namun tetap sehat itu di usia senjanya. "Sudah melihatnya?" Tanya Oma Susi berbasa basi melihat Arden yang masuk ke ruang keluarga.
"Ya." Jawab Arden cuek.
"Besok kau harus kembali ke Amerika, pelatihan lanjutanmu harus segera selesai. Ingat ini pelatihan rahasia dan tidak ada akses keluar masuk ataupun komunikasi." Jelas Oma Susi menatap Arden yang sedang memejamkan matanya di sofa sampingnya.
"Kenapa secepat ini oma? Bukannya pelatihan yang itu harusnya awal tahun depan? Masih beberapa bulan lagi." Tanyanya setelah menatap Oma Susi, dia sudah lelah. Segala sesuatu di percepat oleh Oma Susi tanpa pemberitahuan sebelumnya.
"Oma berencana secepatnya kau keluar ke dunia luar. Tidak perlu menunggu sampai 25 tahun. Bulan depan akan dimulai" Jawab Oma dan di balas senyuman ceria oleh Arden.
"Bernarkah?" Arden sekali lagi meyakinkan dirinya dan Oma mengangguk mengiyakan. Berarti ini juga mempercepat pertemuannya dengan Hanny, Arden seketika semangat dan segera berlalu meninggalkan Oma Susi dari ruang keluarga menuju lantai atas.
~TBC~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments