Hanny telah masuk ke kantor tempat dimana dia pertama kali akan bekerja. Sudah berkumpul di aula sebanyak 40 orang yang akan memulai magang. Pesan telah dikirimkan ke ponsel masing-masing yang berisikan informasi divisi yang akan mereka dapatkan.
Hanny mendapatkan di divisi kreatif perencanaan iklan di team 2 beranggota 4 orang per team. Ketua team Stella, merupakan senior di StarE dan 1 anggota yang juga senior Jason, serta 2 anak baru yaitu Hanny dan Serin. Total divisi itu ada 4 team dan akan bersaing selama 6 bulan untuk memproduksi 1 iklan per 2 bulan sekali. Tentu saja team yang memang akan ikut serta dalam permbuatan iklan dimanapun iklan itu diproduksi.
Namun kehadiran Hanny disana segera menjadi buah bibir karena kecantikannya. Bisa dibilang Hanny langsung mendapatkan banyak Fans dan juga Haters dalam waktu yang sama.
Ketua team 3, Yuli sangat tidak suka melihat kehadiran Hanny karena telah mempesona banyak lelaki di divisi itu termasuk Ketua divisi Pak Devan yang disukainya.
Sementara itu Arden dengan tidak tau dirinya sudah 2 hari ini berjalan mondar mandir sesuka hatinya di gedung kantor itu mengikuti Hanny dari jauh. Membuat semua wanita yang melihatnya meleleh terpana oleh ketampanannya. bahkan Arden tidak sadar telah membuat kehebohan di pagi hari karena berjalan melewati salah satu kantor dengan karyawan wanita terbanyak.
"Bos.. tolong kondisikan diri anda. jangan buat heboh dengan keliling pagi-pagi. Lihat semua wanita disini jadinya tidak kerja dan malah membuat kehebohan." tegur Vino kesal karena Arden dengan sesuka hatinya mondar mandir hanya ingin melihat Hanny. Padahal biasanya dia hanya bersantai di ruangan Arka dan masuk pun melewati lift khusus yang langsung kedalam ruang Arka.
"Dasar, bos tak ada akhlak" Rutuk Vino dalam hati. Arden hanya senyum-senyum dan akhirnya Vino membawakan tabletnya untuk Arden. "Kau pintar." Arden tersenyum sambil melihat isi dari tablet itu dan berjalan kembali ke ruangan Arka.
"Ka.. liat bos kamu membuat kehebohan pagi-pagi. Karyawan wanita tidak ada yang kerja, semua terpana terhipnotis." Adu Vino ke Arka yang baru saja masuk kedalam ruangannya dan di balas gelengan kepala sambil tertawa.
"Ya sudah, yuk sekalian biar makin heboh. Ikut ke ruangan kreatif biar briefing sebentar sambil bagikan materi. Lumayan untuk karyawan cuci mata lihat bos tampan." Ajak Arka dan pastinya membuat Arden senang bukan main.
Arka dan Arden berjalan keluar ruangan dan turun menuju lantai 25 untuk menemui divisi kreatif dan memberikan jenis produk terbaru untuk mereka. Biasanya kepala divisi Devan lah yang akan mengambilnya dari tim manager, tetapi hari ini khusus dirut yang akan membagikan tema kali ini demi si bos yang bucin akut.
Tentu saja semua jajaran heboh dan ingin masuk melihat langsung dirut tampan dan pengawal pribadinya yang super tampan. Mereka sangat jarang terlihat berseliweran di dalam gedung kantor. Setelah masuk, Arka hanya menyuruh semuanya untuk santai saja karena dia hanya ingin memberikan semangat pada team kreatif. Semua team berdiri melingkar dan mendengarkan dirut mereka berbicara sambil tersenyum dan melirik bos dan pengawal tampan, sedangkan Hanny mendengar dengan seksama. Benar kata Vino, Hanny tidak melirik sekilas pun ke arah Arden yang sedang menjadi Will di depannya. Kesal dengan itu, Arden sedikit menyingkir dari sana dan jalan perlahan mendekat kearah Hanny setelah briefing bubar, namun karena begitu banyak karyawan wanita yang ingin melihat dengan dekat sang dirut dan pengawalnya yang tampan, ruangan itu jadi ramai dan sedikit ricuh. Hanny terdorong dan hampir terjatuh dan untungnya berhasil ditangkap oleh Arden.
Karena pundaknya didekap dari samping oleh seseorang barulah Hanny melihat ke arah Arden, tentu saja Hanny tidak mengenalnya dan hanya berterima kasih dengan senyum ramah.
Deg deg deg Jantung Hanny berdetak kencang menatap mata coklat Arden, sorot mata yang dia kenal, sorot mata penuh sayang dan kekaguman, tak lama tercium oleh Hanny aroma yang mirip dengan seseorang yang dirindukannya. Tapi Hanny menggeleng pelan untuk menyadarkan diri bahwa pria ini bukan dia. Karena warna mata mereka berbeda. "Mungkin parfum mereka sama." Batin Hanny.
Setelah itu mereka berpisah, karena Arka memanggilnya untuk segera kembali.
"Will, ayo kembali." Perintah Arka dan Arden segera mengikuti Arka.
"Ohh namanya Will." Gumam Hanny pelan tanpa ada yang mendengarnya.
"Hei, cakep yah si Will." Ujar Stella sedikit menyenggol lengan Hanny sambil tersenyum penuh arti. Karena dia melihat Hanny yang terpana sejenak memandang Will.
"Hem.. iya tapi biasa aja." Jawab Hanny canggung. Stella tertawa kecil sambil berlalu untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Sementara itu, Yuli ketua team 3 berdecak kesal "Huh.. wanita penggoda." Batinnya.
Produk untuk iklan kali ini adalah minuman beralkohol, dengan tema sexy dan dewasa. Sedikit sulit bagi Hanny yang belum memiliki pengalaman dalam bekerja. Berbeda dengan yang lain, minimal pernah bekerja di perusahaan lain sebelumnya. Hanny mendapat tugas pertama membedakan produk ini dengan merk produk lainnya sehingga dia harus pergi membeli semua merk minuman beralkohol di pasaran sebagai sample. Dan baru kali ini juga Hanny menyentuh minuman beralkohol.
Arden kemudian mulai protes ke Arka karena produknya adalah minuman beralkohol. "Mending ini lah Ar, setelah ini selesai yang selanjutnya adalah pakaian dalam pria." Ujar Arka yang dibalas pelototan dari Arden.
Akhirnya malas berdebat Arden melihat tablet yang di berikan oleh Vino tadi pagi, yang adalah akses langsung cctv di ruangan tempat Hanny bekerja. Tapi Arden melihat Hanny yang membawa tasnya keluar ruangan seperti mau pergi kesuatu tempat. Arden berlari kencang keluar dari ruangan dan Arka hanya menarik napasnya panjang melihat kelakukan bosnya.
Arden mengikuti Hanny yang tengah membeli semua produk minuman beralkohol untuk teamnya sebagai sample, dia sedikit kesulitan membawa semua botol dan kaleng bir itu. Saat Arden ingin mendekat dan menolongnya ternyata sudah ada Jason teman 1 team nya yang datang membantu.
"Oh Pak Jason, terima kasih." Ujar Hanny memberikan senyum tulusnya.
"Panggil Jason saja." Ujar Jason sambil membawakan setengah belanjaan Hanny dan berjalan berbarengan menuju kantor.
Cemburu? Ya tentu saja Arden cemburu, tapi dia yakin gadis kecilnya tetap miliknya.
Sekembalinya Hanny dan Jason, seluruh team sudah mulai meeting dan mengeluarkan ide-ide briliantnya namun Hanny yang belum perpengalaman lebih banyak diam. Apalagi sudah 8 bulan ini dia tidak pernah menonton tv apalagi iklan yang membuat pikirannya pikirannya buntu. Dia bertekat akan menonton iklan di tv ataupun online. Belum lagi mereka harus mencoba beberapa rasa alkohol dan mendatangi club mencari inspirasi disana. Sungguh Hanny awam dengan semua itu.
Stella yang paham pun menepuk pundak Hanny pelan dan memberi semangat. "Tenang saja, jangan panik. Masih yang pertama nanti akan ada ke 2 dan ke 3 kok. Lagipula team 2 pasti kalah dengan team 3 si Yuli itu. Dia sudah biasa dengan iklan minuman beralkohol" Jelas Stella dan berlalu karena meeting telah selesai.
Hanny pulang kerumah dengan perasaan kecewa dan bergegas masuk ke ruang tengah untuk menonton tv dan mencari iklan minuman beralkohol. Tak lama kemudian Johan pulang dan menggandeng masuk Irene, tentu saja Irene datang karena tadi siang kakek sudah pulang ke villanya.
Terdengar pembicaraan dari mereke berdua, "Sayang, aku mendapatkan tawaran untuk iklan minuman beralkohol. Bolehkan? Biasanya kan itu iklan sexy." Tanya Irene dengan nada manja sambil menggandeng Johan dan berjalan masuk. mereka kaget melihat Hanny yang sedang menonton tv, hal yang tidak pernah dilakukan Hanny selama tinggal di rumah ini.
"Sedang apa kau?" Tanya Johan dengan nada cuek.
"Nonton iklan cari inspirasi." Jawab Hanny tak kalah cuek.
"Ahhh jadi iklan itu kamu yang buat..." Tanya Irene sedikit mencibir.
"Belum tau team mana yang akan menang." Jawab Hanny kemudian mematikan tv dan menuju kamarnya lagi karena malas melihat adegan mesra yang akan terjadi disana. Bisa jadi makin rindu kak Jo jika melihatnya.
~TBC~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments