Hari yang ditunggu pun tiba, Hanny dengan wajah berbinar keluar dari kamarnya dengan pakaian kantor yang begitu elegant tetapi terkesan sederhana. "Selamat Pagi kakek." Sapanya sumringah.
"Pagi nak.." Balas kakek dan juga bahagia melihat raut wajah bahagia dari Hanny.
Johan yang baru saja turun pun kesal melihat istrinya itu begitu bahagia. Jika ada kakek mereka akan tidur dikamar yang sama meskipun Hanny tetap tidur di sofa.
Pagi itu Hanny dianatar oleh supir sekaligus pengawalnya ke gedung StarE, tentu dengan hati gembira dia melangkahkan kakinya ringan masuk ke dalam gedung itu. Dari jauh sudah ada Arden yang sedang berubah menjadi Will memperhatikan langkah gadis kecilnya, dia menatap dan melindunginya dari jauh.
Hanny melapor dulu ke bagian informasi untuk mendapatkan kartu masuk ke dalam gedung. "Silakan, untuk test magang ada di lantai 11 sudah ada yang menunggu disana."
"Baik, terima kasih."
Hanny segera masuk ke pintu otomatis dan masuk ke dalam lift yang lumayan ramai itu. Di dalam lift juga ada Arden yang berdiri dibelakang Hanny, ingin sekali dia mengecup puncak kepala Hanny yang hanya beberapa centi dibawah dagunya tapi ditahan olehnya. Sedangkan Hanny merasa ada getaran dihatinya, merasakan seperti adanya aroma maskulin dari kak Jo di dekatnya. Tapi sebelum dia menoleh lift sudah berhenti dan banyak orang yang keluar di lantai 11 untuk wawancara magang.
Akhirnya Hanny juga terdorong keluar, dan melanjutkan jalannya kearah aula tempat wawancara berlangsung.
Total ada 156 orang yang mengikuti wawancara ini dan Hanny mendapatkan nomor 38 karena memang dia datang lumayan awal. Tak berselang lama, Hanny pun ikuti wawancara dan test tertulisnya dengan lancar. Sesi wawancara hanya berlangsung singkat karena dia memang gadis pintar dilanjut test tertulis yang lebih singkat lagi untuknya.
Untuk hasilnya akan di umumkan 30 menit setelah sesi selesai langsung pemberitahuan masuk ke ponsel masing-masing. Tentu saja Hanny sukses dan besok dapat mulai bekerja di kontrak 6 bulan magang di StarE. Untuk staff bagian belum ditentukan dan akan diumumkan besok paginya.
Hanny sangat bahagia dan dia bisa bebas keluar masuk sebagai manusia normal sekarang karena tadi pagi kakek Salim sudah memberikan titah bahwa Hanny dapat pergi kemanapun yang dia mau asalkan melapor ke Johan. Ingat melapor, bukan meninta izin.
Hanny ingin berkeliling di StarE lebih lama jadi dia mengirimkan text ke Johan untuk melaporkan kegiatan yang akan dilakukannya hari ini.
"Tuan, saya selesai test dan besok mulai kerja. Sekarang saya akan berkeliling gedung StarE untuk jalan-jalan. Setelah itu akan makan siang dengan Clara sahabat saya di gedung kantor Tenggara. Sekian dan terima kasih." Isi laporannya ke suaminya itu. Johan hanya membaca dan langsung meletakkan ponselnya lagi. "Terserah" Batinnya. Yang penting sang istri tidak selingkuh dan mempermalukan keluarga Salim diluar.
Hanny berkeliling dengan wajah ceria di sekitar gedung StarE dan ingin masuk ke gedung SM namun tidak diperbolehka karena memiliki kartu akses yang berbeda. jadinya dia hanya berkeliling di taman dalam gedung itu yang cukup luas untuk istirahat para pegawai. Hanny membeli secangkir ice kopi kesukaannya di dekat taman lantai atas kantor itu dan duduk memandangi kota dengan gedung-gedung tinggi dari salah satu kursi taman. Angin berhembus cukup kencang menerpa rambut panjangnya yang telah acak-acakan.
"Cantik" Gumam sesorang pria yang duduk tak jauh dari sana. Arden sedang memandangi wajah Hanny dari samping meja dekat tempat duduk Hanny seperti biasanya sebelum mereka bertemu.
"Hajar bos... tarik ke kamar rahasia." Ujar Vino asal.
"Bener nih.." Pancing Arden. Vino terkejut "Ehhh tidak boleh bos."
"Huh.. makanya diam." Geram Arden kesal. Vino terkekeh dan menggaruk tengkuknya salah tingkah.
Lama Hanny duduk ditaman itu sambil mengirim pesan ke Clara sambil sesekali menyeruput ice coffee. Kadang terkekeh geli sendiri kadang tersenyum. Masih ada setengah jam lagi untuk makan siang bersama Clara. Gedung Tenggara hanya berbeda 2 gedung dari sini. Bahkan Hanny dapat melihat jelas gedungnya di depan. Makanya dia masih santai menikmati angin siang hari ditaman atas gedung itu. Sudah lama dia tidak menikmati hal seperti ini. Lalu Hanny mengeluarkan kalungnya dan bermain sejenak memainkan liontin kunci miliknya. Itu pertanda dia sedang rindu dengan pemilik liontin itu.
Arden dan Vino telah kembali ke dalam kantor Arka, dan duduk di sofa sambil selonjoran melamunkan Hanny yang tadi duduk di taman.
"Ar, gadis kecil mu henat juga. Nilainya sempurna dalam test tertulis." Kata Arka menghampiri Arden di sofa depannya.
"Tentu, makanya aku tidak bisa melepaskannya. Sungguh bodoh si Johan itu mengurung seekor burung phoenix dan malah melepaskan burung gagak." Arka tertawa mendengar perumpamaan tidak masuk akal dari Arden yang mulai gila karena cinta. Memang Arden sudah gila.
"Bos Jupi kemana sih?" Tanya Vino yang sudah mulai lelah dengan pekerjaannya yang mulai menumpuk.
"Jupi sedang bantu Om Darren menggali cctv lama di rumah besar Tenggara untuk cari tau kondisi Arlen saat itu. Om Darren sibuk cari bunda." Jawab Arden dibalas decakan kesal oleh Vino.
"Kau urus saja pengawalan Hanny, kerjaanmu kan abu-abu handle club jadi tetap di zonamu. Arka tetap di zona bisnis. Biar dunia gelap si Jupi saja selama Om Darren tidak ada." Arden menjelaskan lagi.
"Suruh si Romi keluar bos. Pusing sudah sebulan club banyak yang rusuh. Kemarin saja sudah 16 total pengawal kita yang dihajar tanpa sebab." Keluh Vino dan Arden berdecak kesal. Siapa lagi orang-orang yang cari masalah di club.
"Hubungi Romi, suruh mulai besok, terserah mau ditempatkan dimana yang penting aman. Sudah terlalu lama juga Romi dikandang." Ujar Arden, karena Romi termasuk anggota 'Blake' yang termasuk kejam pada orang-orang yang mengganggu wilayahnya.
"Arka, sudah keluar belum jobdesk anak magang?" Tanya Arden sembari duduk kembali.
"Sudah, Hanny di bagian kreatif perencanaan iklan sesuai permintaan dari Salim lah. Kan mereka nanti di bidang pembuatan ikaln di perusahaan barunya." Jelas Arka dan dibalas anggukan oleh Arden. Dia tersenyum simpul. Vino yang meliriknya sekilas sudah tau apa yang direncanakan bos nya.
"Bos.. belum tentu nona Hanny yang terpilih. Jangan berharap terlalu tinggi bos." Ucap Vino tanpa sadar malah mendapat pukulan telak dari Arden. Pasalnya Arden telah merencanakan membawa Hanny pergi jalan-jalan berdua jika proposal iklan team Hanny yang terpilih nantinya untuk produksi di luar kota ataupun luar negri. Masih terlalu jauh untuk memikirkan itu padahal team saja belum terbentuk.
~TBC~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments