Sudah sebulan Hanny bekerja dan juga belum ada tanda-tanda kehamilan yang terlihat, hanny hanya cuek tetapi berbeda dengan Johan yang sudah gerah menunggu kabar kehamilan Hanny.
"Apa kau belum hamil?" Tanya Johan yang baru masuk ke kamar mereka.
"Belum tau, besok akan aku cek." Jawab Hanny. Johan pun berlalu dan pergi dari kamar untuk berangkat ke kantornya.
Hanny kesal bukan main, memangnya dia apaan? setiap hari hanya ditanya tentang sudah hamil atau belum. Demi apapun, Hanny juga sangat ingin cepat hamil karena ini akan jadi bule junior. Hanny mengusap pelan perutnya "Apakah kau sudah ada?" Gumamnya pelan.
Hanny sampai ke ruangan kantornya, tetapi karena masih terlalu pagi belum ada 1 orangpun yang datang. Tak lama Devan masuk dan menyapa Hanny yang masih membereskan barangnya.
"Pagi Hanny." Sapanya sambil mendekat ke arah Hanny. "Selamat pagi Pak Devan." Jawab Hanny dengan tersenyum.
"Ini sarapan buatmu." Devan pun meletakkan bungkusan kertas berisikan toast dan kopi di meja kerja Hanny.
"Tidak perlu pak.. saya makan di kantin saja." jawab Hanny tidak enak menerimanya. Tapi Devan memaksa dan Hanny terpaksa menerimanya. Mereka makan bersama dan tak lama Yuli masuk melihat kedekatan mereka, Yuli mendengus kesal. "Lihat saja nanti akan kubalas." Ujarnya dalam hati.
Seluruh team meeting lagi dan besok akan menentukan tim siapa yang akan menang. Mereka berencana malam ini akan ke club malam untuk melihat-lihat segala jenis produk dan langsung terjun sebagai konsumen. Tentu Hanny merasa sedikit tidak nyaman karena belum pernah ke club malam. Dengan cemas dia mencari alasan untuk menolak namun tidak berhasil karena sudah ada anggaran khusus dari perusahaan, jadi mereka ke club bukan untuk senang-senang tapi menambah pengetahuan produk juga. Akhirnya sore itu Hanny mengirimkan pesan ke Johan untuk melaporkan perihal ke club nanti malam.
"Tuan, nanti malam saya dan seluruh team di kantor akan ke club malam. Ini adalah ageda dari kantor jadi tidak bisa menolak. Terima kasih." Isi pesan masuk ke ponsel Johan, tetapi saat itu ponselnya sedang berada di meja salah satu restoran ruangan VIP. Irene yang akhirnya membaca pesan itu dan menghapusnya karena Johan sedang berada di toilet.
"Akan ada pertunjukan bagus nanti malam." Ujarnya pelan dan tersenyum licik. " Nanti Johan akan menghajarmu karna tidak melapor kalau ke club" Batin Irene.
Malam pun tiba, Hanny dan teman-temannya masuk ke Lane's Club, Vino yang memang berada disana malam itu begitu terkejut melihat Hanny masuk melewatinya dan menuju meja ditengah club itu.
"Bos...!! nona Hanny disini." Pekik Vino begitu sambungan teleponnya diangkat oleh Arden.
"Apaaa??? kenapa bisa?" Arden panik, karena memang hari ini dia tidak berada di kantor sama sekali dan belum memantau Hanny. "Kau jaga dia!" Bentak Arden lagi frustasi.
"Siap bos." Vino menutup sambungan ponselnya dan segera menyuruh salah satu anak buahnya secara khusus memantau minuman yang di pesan oleh Hanny dan menjaganya.
Sudah 1 jam Hanny disana dengan sesekali meminum jusnya, berbeda dengan teman lainnya yang begitu menikmati suasana di club, Hanny malah pusing mendengar kebisingan musik yang tak dikenalnya. Devan kala itu selalu ingin ngobrol dan lebih dekat dengan Hanny pun merasa kecewa karena Hanny tidak begitu merespon dirinya karena kurang nyaman.
Hanny berjalan sendirian menuju toilet, karena sudah mulai stress dengan suasana di dalam. Dia berjalan perlahan dan tiba-tiba ada yang menariknya masuk ke dalam salah satu bilik toilet. Dia mencium aroma parfum wanita, berarti seorang wanitalah yang menariknya dan menutup matanya. Hanny dibekap dengan obat bius oleh wanita itu lalu makin pusing dan lemas tak sadarkan diri. Hanny diseret oleh 2 orang pria suruhan wanita tadi ke luar club malam. Anak buah Vino pun segera melaporkan apa yang terjadi lalu Vino segera keluar mengikuti 2 pria itu.
Terjadi sedikit baku hantam, Vino dan pengawalnya membawa kembali Hanny yang tak sadarkan diri ke apartemen Arden yang lokasinya paling dekat dari club. Setelah Arden mendapat kabar langsung meluncur menemui Hanny yang sudah ada di apartemennya.
"Sayang... baru 1 hari aku meninggalkanmu sudah terjadi hal mengerikan begini." Ucap Arden lirih sambil mengelus wajah Hanny yang masih terlelap. Dia mengelus rambut indah Hanny dan mengecup puncak kepalanya.
"Bos.. tidak ditemukan apapun di cctv, karena kejadiannya di dalam toilet di luar toilet terlihat ada seorang wanita memakai masker. Dari postur tubuhnya juga seperti wanita normal lainnya. Kedua pria itu juga dibayar hanya untuk membawa nona Hanny ke hotel dan membuat nona Hanny seakan-akan bermalam dengan pria untuk merusak nama baiknya." Jelas Vino. Arden sangat geram dan mengepalkan tangannya kuat.
"Cari terus dan obat bius apa yang diberikan ke Hanny?" Tanyanya lagi dengan wajah cemas.
"Hanya obat bius biasa bos, pakaikan ini nanti nona akan sadar." Vino memberikan botol penawar ke Arden dan segera keluar dari kamar tersebut.
Tak lama Hanny pun sadar dan melihat seorang pria dengan mata hijau menawan dan memakai topengnya. Hanny melonjak kaget dan langsung tersenyum bahagia. Melompat kepelukan Arden dan memeluknya erat seakan tidak mau Arden pergi lagi.
"Sayang..." Arden melepaskan pelukan Hanny lalu menatap matanya lekat, setiap hari memandangnya tapi tak bisa menyentuhnya sungguh tersiksa. Malam ini dia tidak akan melepaskan Hanny begitu saja, gairahnya sudah tak dapat dibendung.
Arden mengecup perlahan seluruh wajah Hanny, lalu mengecup bibir mungil tapi penuh itu dengan lembut namun sangat bergairah. Hanny membalas ciuman itu yang berakhir menjadi ******* penuh kenikmatan.
"Aakkhh... kakak, jangan aaahh aku tidak tahan lagi..." Desah Hanny yang sudah polos sedangkan Arden masih betah bermain lidahnya di bawah Hanny dibagian intinya yang membuat Hanny bergeliat kepanasan.
Arden melepaskan lidahnya dari sana, lalu beralih lagi ke gunung kembar Hanny yang sudah memerah karena remasan tangannya sejak tadi. Mengulum dan menghisap kuat puncaknya, setelah puas, Arden mengarahkan miliknya ke inti tubuh Hanny, perlahan masuk, masih sulit seperti sebelumnya. Dengan perlahan tapi kuat akhirnya miliknya masuk seluruhnya. Segera dia memompa cepat, gairahnya tidak bisa ditahan lagi. Hanny berteriak nikmat dibawahnya pasrah dan menikmati perlakukan Arden yang liar.
Permainan luar biasa ini berlangsung 2jam lamanya, tapi belum juga puas dia melanjutkannya lagi setelah beristirahat sejenak. Hanny sungguh tak bisa bergerak lagi karena malam panas dan liar mereka. Arden tak menyangka bahwa gadis kecil polosnya itu bisa sangat liar. Beberapa gaya dan posisi dicobanya dan paling liar dari Hanny adalah sewaktu berada diatas Arden, Hanny bergerak liar naik turun terkadang memutar pinggulnya. Sungguh pemandangan indah bagi Arden.
Setelah membersihkan diri yang dibantu oleh Arden, Hanny melihat ponselnya sudah penuh dengan panggilan dari Johan. "Kak Jo... " Panggil Hanny dan memberikan ponselnya ke Arden.
"Sudah, kamu tidur saja. Wajahmu sudah sangat pucat sayang.. kau sangat liar malam ini." Ujar Arden sambil mencium kening Hanny dan menyelimutinya.
"itu kan gara-gara kakak. kenapa kakak selalu membuatku bergairah." Gumam Hanny sudah memejamkan matanya kelelahan.
"Memangnya pria lain tidak ada yang membuatmu bergairah?" Tanya Arden mengeratkan pelukannya.
"Ada sih.. pengawal di kantor yang sangat tampan dan gagah membuatku panas dingin jika didekatnya. Dia mirip kak Jo.." Jawab Hanny semakin pelan sebelum akhirnya tertidur. Arden tersenyum mendengarnya, "Itukan aku sayang... " Balas Arden tetapi Hanny sudah terlelap tak mendengar lagi apa yang dikatakan Arden.
Pagi hari menjelang, Hanny terbangun dengan syok tidak mendapati Arden disampingnya. Malah dia berada di ranjang salah satu ruangan bernuansa putih. Tak lama Alfonso masuk tergesa-gesa cemas dengan nyonya mudanya. "Apa yang terjadi nyonya?" Tanya Alfonso dan Hanny hanya terdiam bingung.
"Ini pasti kerjaan kak Jo." Batin Hanny. Lalu menggeleng pelan ke arah Alfonso, dia sadar bahwa saat ini sedang di rumah sakit.
"Permisi." Masuk seorang wanita paruh baya yang terlihat sangat cantik mendekati Hanny dan Alfonso. "Saya Leticia, kemarin nona ini ditemukan tak sadarkan diri di toilet club yang saya datangi." Jelas Leticia ke Alfonso dan Hanny.
Alfonso lalu berterima kasih dan berbincang sebentar dengan Leticia yang dikenalnya sebagai aktris senior yang sangat terkenal. Alfoso lalu menghubungi seseorang untuk melaporkan kejadian tersebut, Johan lah yang sedang sedang berbicara dengan Alfonso, Johan diliputi amarah disana. Akhirnya amarah Johan reda karena penjelasan dari Alfonso.
"huhhh...." Desah Hanny lega karena tidak akan menerima amukan dari suami kejamnya itu.
Leticia lalu permisi dan mengedipkan salah satu matanya ke arah Hanny dan dibalas senyuman oleh Hanny. Dia tau, pasti Kak Jo yang mengatur semuanya. Dia rindu lagi, padahal baru tadi malam mereka menikmati surga dunia bersama. "Semoga dede bayi segera hadir ya..." Ujar Hanny sambil mengelus perutnya.
Tak ada kemarahan dari Johan sewaktu Hanny pulang ke rumah siang itu. Malah Johan semakin cuek dan jijik melihat hanny, terlihat dari pandangan matanya. Sedangkan Irene yang sedang bersamamnya menatap sinis ke Hanny, "Sial, kenapa dia beruntung sih, padahal ingin melihat pertunjukan bagus hari ini." Rutuk Irene dalam hati.
"baguslah." ujar Hanny dalam hati setelah sampai dikamarnya dan duduk di sofa kesayangan. Tetapi dia ingin pindah kamar dan tidak sanggup lagi tidur di sofa ini. Tapi bagaimana caranya? Hanny menghembuskan napasnya kuat sambil berpikir cara untuk pindah kamar. Masih tidak terpikir apapun karena Alfonso selalu melaporkan segalanya pada kakek Salim.
Hanny tidak menikmati hari liburnya karena mendapat pesan kalau pemenangnya adalah team 3 dan Yuli yang selalu bersikap sinis padanya.
~TBC~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments