Proses syuting iklan team 3 hampir selesai, tak terasa hampir 2 bulan Hanny bekerja di StarE, seminggu lagi akan diumumkan produk ke-2. Memang team 3 sangat baik dalam menjalankan project ini dengan menggunakan Irene sebagai model iklannya yang memang cantik, sexy dan memiliki wajah eksotis dan dewasa, cocok untuk tema iklan itu sendiri. Syuting dilakukan di pulau B, tentu saja Johan juga tidak dirumah selama proses syuting di pulau B.
Kakek juga sudah 2 hari menginap di rumah besar Salim dan mengira Johan sedang ada keperluan bisnis di luar kota bukan mengikuti Irene. Hanny juga sangat senang jika tidak ada Johan karena merasa lebih nyaman di rumah.
~StarE~
Semua sudah bersantai karena tidak ada lagi yang akan dikerjakan oleh team, 1,2 dan 4. Hanya team 3 yang masih di pulau B menikmati syuting serta liburan.
"Hanny, ke cafe bawah yuk." Ajak Serin yang sudah beberapa kali menguap karena bosan. Hanny pun berdiri dengan semangat dan mengikuti Serin. Suasana hati Hanny mendadak menjadi baik dan bersemangat dan melangkahkan kakinya menuju coffee shop di lantai bawah sambil mengobrol dan terkadang berjalan mundur beberapa langkah untuk melihat Serin yang masih tetinggal dibelakang. Tanpa sengaja Hanny menabrak seseorang dan pria itu menangkap Hanny yang terkejut langsung menoleh kearahnya.
"Maaf.." Kata Hanny kemudian tertegun sejenak, indra penciumannya mendapati aroma yang sangat diingatnya itu. Ini aroma kak Jo, batinnya. Lalu mengangkat kepalanya melihat siapa pria yang merangkulnya itu.
Arden lah, yang sedang menjadi Will, melintas disana bersama Arka. Hanny terpaku, terdiam sessat memandangi mata Arden yang juga sama sepertinya saling memandang dan tenggelam dalam bola mata masing-masing.
Hanny terlonjak terkejut saat Serin memanggilnya, "Hanny.. Han.." Serin juga ikut terkejut karena Hanny di rangkul oleh pengawal pribadi dirut yang tampan maksimal, dan parahnya lagi dirut mereka juga ada di sampingnya.
"OMG!" Pekik Serin dalam hati. Hanny yang tersadar langsung melepaskan dirinya dari Arden. "Maaf tuan.. saya tidak sengaja." Ucap Hanny pelan sambil menunduk sedikit.
"Lain kali hati-hati." Bisik Arden tetapi masih bisa didengar oleh Hanny dengan jelas. Seketika Hanny terkejut mendengar suara itu. "Suara itu... Kak Jo..." Gumam Hanny dalam hatinya dan menoleh melihat Arden sebagai WIll sudah berjalan menjauh darinya.
"Hanny....! Gila yaaa.... enak tuh dipeluk sama Will. Mimpi apa tadi malam Han." Pekik Serin kegirangan sekaligus iri. Begitu juga beberapa pasang mata yang melihat kejadian yang baru saja terjadi. Ada salah seorang wanita yang mengambil foto Hanny yang sedang rangkul Arden dan mengirimnya ke seseorang.
Hanny tertunduk malu, dan menarik Serin segera pergi dari sana untuk turun ke lantai bawah dengan lift. Hanny merasa tidak enak karena melihat orang-orang berbisik dengan mata sinis kearahnya, tak dipungkiri Hanny juga merasakan detak jantungnya lebih cepat dan merasakan kedutan di bagian bawah inti tubuhnya seakan meronta ingin tetap dipeluk serta menginginkan hal yang lebih lagi.
"Ada apa dengan otakmu Hanny, dasar mesum." hardiknya pada diri sendiri dalam hati. Serin masih terus menggoda Hanny sampai Hanny kesel mendengar ocehannya.
"Han, menurutmu dirut dan Will lebih tampan siapa?" Tanya Serin. Hanny tak ingin menjawab dan hanya diam.
"Kalau dirut kita memang sangat tampan dan Will juga tapi Will itu beda Han. Seakan punya daya tarik luar biasa, ingin sekali dipeluk olehnya. Seakan punya magnet yang kuat dan tubuh kita jadi gemetar dan tertarik kuat." Jelas Serin dengan lebaynya dan Hanny mendengus kesal. Iya kesal! Hatinya terasa panas. Apalagi kalau para wanita yang sudah menatap kagum pada WIll, Hanny merasa kesal dan ingin dia menghampiri para wanita itu dan melabraknya. Padahal dia tidak kenal WIll, pikirnya.
Hanny mulai goyah, sekembalinya dari cafe dan telah duduk di meja kerjanya membayangkan kejadian tadi yang di rangkul Will membuatnya berpikir, Will sangat mirip dengan Kak Jo. "Apa mungkin orang yang sama?" Katanya dalam hati, apalagi dilihatnya dengan dekat, pandangan mata, aroma tubuh dan hangat pelukannya sangat diingat oleh Hanny.
~Markas Arden~
Arden masih tersenyum mengingat kejadian di kantor tadi dan Arka yang meliriknya sekilas langsung menepuk bahunya guna membuatnya sadar.
"Bos kenapa sih?" Tanya Vino berbisik ke Arka. "Cek aja cctv lobi 7 setengah jam lalu." Jawab Arka singkat.
Tak lama Jupi masuk ke salah satu ruang di markas itu dan membawa kumpulan tablet dan setumpuk map coklat.
"Bos, ini dia. Biar aku jelaskan." Ujar Jupi yang sudah siap untuk bercerita panjang lebar.
Jupi mulai menjalaskan bahwa sejak awal Arlen tidak pernah ada di rumah utama Tenggara melainkan di villa keluarga Tenggara di tengah hutan di gunung S, Arlen seakan di sembunyunyikan. Sama dengan Arden yang tidak diketahui sipapapun. Setelah bertahun-tahun Arlen sempat menghilang. Setelah Jupi cek cctv lama di villa itu terlihat kalau kondisi Arlen sangat buruk, seperti sedang sakit dan menurut info yang beredar disana terdapat seorang remaja sakit dan meninggal, namanya tidak diketahui.
Remaja tersebut sempat dibawa ke rumah sakit dan di rawat beberapa waktu hingga meninggal dan nama remaja tersebut adalah Arden Tenggara, begitulah yang disampaikan oleh dokter rumah sakit itu. Jupi menghentikan kalimatnya, terlihat Arden tertegun sejenak, ditatapnya Jupi dengan beribu pertanyaan di otaknya.
"Sabar bro.." Lanjut Jupi.
Jupi memperlihatkan ada 1 video yang di ambil dari lorong rumah sakit bahwa ada 2 Jenazah yang di dorong oleh 2 pria berbeda. Disana terlihat Richmon Tenggara menunggu salah satu jenazah itu dan 1 lagi dibawa ke ruangan berbeda oleh seorang pria muda dan anak remaja lainnya yang seumuran dengan Arlen saat itu, mereka menunggu jenazah kedua itu tanpa ada yang tau. Jupi lalu memperlihatkan 1 foto lagi dari ponselnya, "Foto ini baru diambil 2 bulan yang lalu di rumah penduduk pesisir pantai kota Y." Kau kenal dia bro?" Tanya Jupi. Arden mengambil ponselnya dan melihat pemuda dalam foto itu.
"Arlen..." Gumam Arden pelan tampak matanya mulai berkaca-kaca menahan airmatanya untuk tidak jatuh. Arlen dalam kondisi memprihatinkan. Duduk dikursi roda memandang kosong ke depan, badannya kurus tidak terawat.
"Dan setelah aku cek, baru tau bahwa kalian itu kembar tidak identik." Ujar Jupi di balas anggukan oleh Arden.
"Ya, memang aku sangat mirip ayah dan Arlen mirip ibu dan hanya aku yang mempunyai warna mata ini sama persis dengan Blake ayahku." Jawab Arden meyakinkan Jupi dan yang lainnya.
"Belum dapat dipastikan kenapa Arlen ada disana dan kenapa remaja yang meninggal itu bernama Arden Tenggara. Dan informasi yang kami dapat, keluarga besar Tenggara tidak mengetahui kalau kalian kembar. Maka kerahasiaanmu sangat terjamin sampai sekarang."
"Lihat ini, pria dengan anak remaja. Diketahui bahwa setelah Richmon pergi dia membawa jenazah ini dengan mobil pribadi secara rahasia. Dia adalah Januar Tenggara, adik tiri bundamu." Sambung Jupi lagi dan Arden sempat bingung karena Cecilia tak pernah mengatakan apapun.
"Bunda tak pernah cerita tentang saudara atau adik tiri, setauku bunda anak tunggal pewaris satu-satunya." Ujar Arden.
"Iya memang, tapi sejak Cecilia Tenggara memutuskan kabur dari rumah Tenggara, Richmon membawa pulang anak tirinya itu berharap dapat menggantikan sebentar posisi Cecilia sampai Richmon menemukan kalian. untuk dibawa kembali mengisi posisi ahli waris." Sambung Jupi lagi.
Memang benar bahwa Richmon Tenggara hanya menjadikan Januar sebagai pengganti sementara agar tidak terjadi kericuhan ataupun saling rebut kekuasaan. Namun hal itu tidak dibicarakan kepada Januar sehingga dia mengira bahwa sudah dipastikan bahwa dialah pewaris bisnis Tenggara.
"Nah sampai sini bro, aku belum ketemu hal lainnya lagi. Mungkin Oma Susi bisa menceritakan segalanya. Aku yakin kalau Oma Susi tau segalanya dan masih dia rahasiakan." Sambung Jupi lagi. Arden masih diam, mencerna setiap informasi yang diterimanya.
"Yang pasti tetap cari sebab Arlen meninggal, kenapa namaku yang ada disana, kenapa Arlen menjadi seperti itu. Cari informasi sebanyaknya tentang Januar itu." Titah Arden, "Kalau Oma Susi, dia masih di Jepang dan akan pulang bulan depan pas ulang tahunku ke 23 untuk mengurus perpindahan seluruh harta warisan katanya." Sambung Arden sambil memijit dahinya dan berjalan kearah monitor melihat ke cctv ruangan yang menampilkan Hanny disana untuk menemukan ketenangan hati dan pikirannya.
Adik yang dikira sudah meninggal ternyata masih hidup dan hidup dengan menderita, "Apa yang harus aku lakukan?" Lirihnya, Jupi menepuk punggungnya "Tenang bro, Arlen memang terlihat menderita tapi dia tinggal disana berdua dengan seorang gadis belia yang selalu menjaganya. Kata informanku terkadang dia bermain dan tertawa bahagia bersama dengan anak-anak disana, nanti akan aku kumpulkan semuanya agar kau lebih tenang." Jupi menjelaskan lagi agar bos dan juga sahabatnya itu lebih tenang.
Arden memeluk Jupi, berterima kasih. "Sudah bos.. kita akan mencari tau semuanya." Sambung Vino yang sudah mengeluarkan laporan miliknya.
"Alexander divonis 8 tahun penjara karena penggelapan dana PT Lim Lte, dan kasus penyuapan yang masih dalam proses sidang. Anak buahku di dalam penjara sudah dapat informasi dari Alex, kalau dia dijanjikan dipenjara hanya 2 tahun dan akan dibantu potongan remisi sehingga hanya di dalam tidak sampai 2tahun. Berbeda dengan pernikahan nona Hanny dengan Johan yang memang adalah permintaan Kakek Salim yang sangat menyukai nona Hanny, sedangkan Johan dan Adam lebih mementingkan harta. Adam menggunakan alasan bahwa keluarga salim telah banyak membantu Alex dalam karirnya, rumah, mobil, jabatan dan segala fasilitasnya sehingga Alex merasa berhutang budi. Tentu dengan iming-iming nona Hanny menikah dengan Johan dan menjadi menantu keluarga Salim maka Hanny akan bahagia dan Alex tidak perlu cemas soal nona Hanny. Nah setelah nona Hanny menikah.. bos sudah tau sendiri apa yang terjadi." Jelas Vino kemudian memberikan beberapa informasi tentang kasus Alex.
"Tentang kasus kedua, penyuapan itu. Alex dituduh mencuri dana perusahaan untuk membangun perusahaan baru untuk dirinya sendiri dan perusahaan bodong itu memang benar pemiliknya atas nama Hanny Tanisha Alexander. Dana itu diberikan sebagai sogokan seperti calo bos biar mudah masuk dan bekerjasama dengan StarE" Sambung Vino lagi.
"Brengsek!" Bentak Arden, kenapa bisa nama gadis kecilnya tercantum disana.
"Tenang bos.. belum selesai. Kasus ini masih dipending kemungkinan akan ditarik lagi karena nona Hanny sudah jadi menantu keluarga Salim sehingga akan mencoreng nama baik mereka sendiri. Ini adalah ulah Johan, yang memang sejak awal ingin menjebak Alex dan menggunakan nama putrinya. Tapi ternyata malah dia dinikahkan dengan nona Hanny." Jelas Vino lagi.
"Sekarang belum ada tanda-tanda kalau keluarga Salim mau mengurus Pak Alex untuk keluar dari penjara bos, ini sudah mau 1 tahun. Apa mau kita bantu?" Tanya Vino dan tentu saja di iyakan oleh Arden.
"Bantu segera pencabutan tuntutan kasus penyuapan itu dan naik banding kasus penggelapan dana juga cek perusahaan bodong itu." Perintah Arden lagi dengan cepat Vino menganggukan kepalanya.
"Okeh, sekarang giliran Arka." Sambung Jupi yang masih disana menyimak seluruh pembicaraan.
"Masih sanggup Ar?" Tanya Arka menatap pada Arden yang mengusap kepalanya kuat merasa frustasi. "Mau sekarang atau nanti saja? Soalnya Gadis kecilmu menghilang dari layar cctv sudah 20 menit." Ujar Arka sambil menunjuk kearah layar di belakang Arden.
Dengan cepat Arden membalikkan badannya mencari keberadaan Hanny, terakhir dia masuk lorong ke arah toilet wanita dan tidak keluar lagi. Sudah 20 menit yang lalu dan saat ini sudah pulang jam kantor. Sebelum Vino menghubungi anak buahnya untuk cek keadaan disana, terlihat Hanny sudah keluar dari arah lorong toilet dengan di gandeng oleh Serin dan mereka kembali ke ruang kantor. Arden menghela napas lega. "Sudah deh, punyamu besok saja Ka." Ujar Arden dan Arka menyetujuinya.
"Lagipula belum ada yang terlalu penting tentang ini, masih stuck." Kata Arka, kemudian mereka bubar.
\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~
"Kok bisa sih Han kamu di toilet terkunci begitu?" Tanya Serin sambil membantu Hanny mengeringkan rambut dan baju yang sedikit basah.
"Tidak tau Rin, aku kan cuma ke toilet untuk buang air kecil dan tiba-tiba ada yang nyiram air, untung aku sempat menghindar meskipun basah juga. Mau keluar pintunya tidak bisa dibuka Rin" Jelas Hanny sedikit kesal sambil menyeka lengan baju dan celana kirinya yang basah.
"Ya sudah, aku duluan deh.. tadi aku cari kamunya hilang, untung singgah ke toilet sebentar. Dah Hanny..." Pamit Serin yang buru-buru karena sudah ada janji.
Tinggallah Hanny sendirian di ruangan itu karena memang telah lewat jam pulang kantor. Karena divisi mereka sudah selesai iklan pertama jadi tidak banyak kerjaan sambil menunggu iklan ke 2 beberapa hari lagi akan diumumkan. Hanny merasa lelah hari ini, hingga dia menyenderkan kepalanya sejenak diatas meja dengan tangannya sebagai bantalan. Tak terasa diapun tertidur.
Tak berapa lama, Arden datang menghampiri Hanny yang masih tertidur di meja kerjanya. "Sayang... kamu lelah ya?" Ujar Arden sambil membenarkan rambut Hanny yang menutupi wajahnya. Dipandanginya Hanny dan mengecup pipinya yang sudah mulai chubby lagi. "Baru ditinggal sebentar saja sudah......" Perkataan Arden terhenti karena dia terkejut melihat Hanny yang telah membuka matanya.
"Tuh kan... benar kak Jo!!!" Teriak Hanny sambil menaikkan kepalanya melihat Arden yang tiba-tiba berdiri dan langsung berlari keluar dari sana.
Hanny pun segera mengejarnya dan melihat Arden yang masuk ke salah satu pintu tangga darurat. Hanny tetap mengikutinya sampai di tangga darurat Hanny berteriak lagi. "Berhenti! Atau aku lompat." Ancam Hanny melihat Arden yang dengan cepat melesat berlari meninggalkannya. Mendengar Ancaman Hanny, Arden pun berhenti dan kembali ke atas menghampiri Hanny yang menatapnya dengan marah.
"Jadi nama kakak, Will?" Tanya Hanny lalu memeluk Arden. Arden sempat mematung beberapa detik kemudian membalas pelukannya.
"Ternyata ini wajah kakak.. tampan." Ujar Hanny lagi sambil menatap keatas melihat wajah Arden yang juga sedang memandangnya.
"Ketahuan deh..." Balas Arden sabil terkekeh pelan.
Hanny mengelus wajah tampan Arden sambil tersenyum. "Aku sudah curiga waktu pertama kita bertemu, mata kakak memang berbeda warnanya tapi sorot mata tidak dapat dibohongi. Terus aroma ini. Aku suka.." Jelas Hanny dan memeluk Arden lagi dengan wajahnya di dada bidang Arden menghirup aroma maskulin menenangkan.
Terdengar suara pintu di lantai atas mereka terbuka dan beberapa langkah kaki dan suara orang sedang bicara.
"Sssttt..." Jarinya telunjuknya di bibir Hanny lalu mengangkat tubuh Hanny merangkulnya seperti menggendong anak kecil dan berlari 2 lantai dibawah kemudian masuk ke pintu rahasia yang tidak terlihat seperti pintu itu, ternyata adalah pintu lift khusus. Arden menekan tombol angka 32 dan lift itu naik ke lantai yang dituju. Jantung Hanny dan Arden sama-sama berirama cepat karena hampir ketahuan. Arden masih membopong Hanny dan mausuk ke ruangan mirip ruangan meeting.
"Ahhh..." Hanny lah yang akhirnya berteriak terkejut melihat Arkana Dirut StarE disana yang terdiam melihat kedatangan mereka.
~TBC~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments