Pagi hari dikediaman Salim, sudah 1 minggu berlalu sejak Hanny bertemu dengan Arden. Rasa rindu semakin dalam, lebih dari pada sebelum mereka bertemu. Hanny banyak termenung dan terkadang dia mengingat malam panas bersama Arden dan kembali rindu melanda. Semakin lama semakin ingin dia dipeluk dan dicium oleh Arden. Seringkali Hanny menghembuskan napasnya berat, rindu ini pun berat.
"Nona..." Sudah berapa kali Siti memanggil Hanny yang hanya mengaduk makanannya, "Nona..." Panggil Siti lagi sambil menepuk pundak Hanny barulah dia terkejut.
"Tuanku berpesan agar nona banyak istrirahat dan jangan stress." Ucap Siti dan di balas senyum canggung oleh Hanny. "Sejak kapan si Tuan kejam Johan itu begitu perhatian, tidak butuh." Batin Hanny kesal. Dia hanya begitu rindu dengan Arden.
"Nona.. Tuanku adalah orang yang anda rindukan." Jelas Siti dan wajah Hanny berubah sumringah mendengarnya.
"Benarkah!" Pekiknya tetapi langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
Selesai bersantap di ruang makan, tiba-tiba Johan, kakek Salim dan Alfonso datang bersamaan.
"Selamat siang kakek." Sapa Hanny dan dibalas senyuman hangat oleh kakek Salim.
"Nak.. bagaimana? apakah sudah ada kabar baik tentang cicit kakek?" Tanyanya pada Hanny sambil menatap penuh harap. Hanny menggelangkan kepalanya.
"Saya rasa, nyonya muda mudah stress tuan besar karena tidak bebas dan kesepian dirumah ini." Alfonso menimpali.
Ah.. benar juga, cucu mantunya ini adalah lulusan terbaik di universitasnya dan cocok dalam bidang yang akan di kembangkan oleh perusahaan barunya kelak. Pas sekali kakek dan Johan baru saja kembali dari pertemuan dengan utusan StarE membicarakan tentang kerjasama terbaru mereka yang telah disetujui oleh direktur baru StarE.
"Nak, kamu mau bekerja?" Tanya kakek Salim pada Hanny yang sedari tadi terdiam. Namun Johan lah yang segera menjawab "Tidak boleh kek."
"Kakek tanya ke Hanny, lagi pula dia kandidat yang cocok sebagai salah satu karyawan magang di StarE nanti. Biar saja pihak StarE yang memilih nantinya." Sergah kakek dan akhirnya senyum merekah di bibir Hanny.
"Nak bersiaplah, besok pergi ke gedung utama StarE dan ikut test magang disana. Jika lolos test kamu akan berkerja 6 bulan disana sebagai pelatihan sebelum perusahaan resmi kita dibuka nanti." Jelas kakek dan tentu saja Hanny setuju, bahkan sangat setuju.
Tidak berkesempatan bekerja di perusahaan Tenggara tidak apa-apa, StarE juga sama bagusnya, pikir Hanny.
Johan memanggil Andi, kepala pengawal keluarga Salim dan menyuruhnya menyiapkan mobil dan seorang pengawal untuk mengikuti Hanny kemanapun dia pergi. "Semoga kau cepat hamil, kalau tidak kau akan menyesal lahir kedunia ini." Sentak Johan sambil menunjuk ke arah Hanny yang langsung terdiam.
"Harus nurut, biar aman." Hanny mengingatkan diri sendiri agar tidak membuat masalah dengan suami kejamnya itu.
Disisi lain, Siti telah menghubungi Vino dan memberitahukan bahwa besok Hanny akan ikut test wawancara untuk magang dari PT Lim Elt di StarE dan tentu saja itu membuat pekerjaan Vino makin mudah. Pasalnya si bos Arden sudah urung-uringan ingin bertemu dengan Hanny bahkan memerintahkan Vino untuk menculik Hanny keluar sejenak. Padahal janji mereka adalah tidak akan bertemu sampai 2 tahun kedepan. Bagaimana mungkin jika telah merasakan nikmatnya surga dunia dengan Hanny yang membuatnya bucin bahkan candu.
~Dikantor Salim~
Johan yang merutuki kakeknya karena mengizinkan Hanny keluar rumah dan bekerja pun sedang marah-marah di depan Irene yang sedang berkunjung.
"Ck.. sudahlah sayang. Biarkan saja, dia tidak akan berani berbicara macam-macam disana. Lagi pula dia hanya karyawan magang. Bisa apa?" Irene hanya mencemooh Hanny dan menenangkan Johan.
"Kalau memang dengan begitu dia bisa merasa bebas dan segera hamil bukankah untung bagi kita sayang... Saham kakekmu akan lebih cepat jatuh padamu dan kita bisa melancarkan rencana kita dengan segera." jelas Irene lagi. "Benar juga. Jika dia cepat hamil dan kakek langsung memberikan saham maka rencana mereka akan cepat terlaksana. Batin Johan.
"Kau memang pintar Irene, tidak salah aku memilihmu." Johan langsung merangkul Irene dan memberikan kecupan mesra pada bibirnya.
"Ayo ikut aku ke StarE untuk bertemu direktur barunya." Ajak Johan dan mereka segera menuju kantor utama StarE yang tidak begitu jauh dari gedung kantor mereka.
Hanya 20 menit perjalalan Johan dan Irene sampai di gedung perkantoran StarE yang sejajar dengan studio Star Museum milik StarE. Studio itu sungguh lengkap dan sangat luas, seluruh film di negara itu di produksi disana dari berbagai genre. Bahkan artis sekelas Irene saja belum memasuki seluruh studio SM (Star Museum)
Akhirnya Arkana dan Johan bertemu di sebuah ruang meeting, setelah Johan dan kakek Salim berhasil memenankan tender bersama tim analis StarE tadi pagi. Mereka bertemu untuk mencapai kesepakatan dan resmi menjalin kerjasama. Setelah selesai mereka ngobrol sejenak tetapi Irene tidak bisa fokus ke pembicaraan karena terpesona dengan Arkana, direktur utama StarE yang baru. Tanpa diketahui banyak orang bahwa Arkana merupakan Dirut muda yang berkompeten di StarE.
"Wow.. gila! Masih muda, berbakat dan tampan. Aku bisa melepas Johan untuk mendapatkan Arkana." Pikir Irene. Tetapi itu tak berselang lama karena tiba-tiba Arden masuk untuk bertemu dengan Arka dan membisikkan sesuatu.
"Baik Will tunggu sebentar lagi." Jawab Arka dan di balas anggukan oleh Arden yang sedang menyamar sebagai Will. Tentu dengan wajah tampan, tubuh kekar dan sexy nya membuat Irene terhipnotis dan mematung sejenak memandang Arden yang berwajah datar berdiri disamping Arka.
"Ow.. SHiittt!!" Teriak Irene dalam hati, sambil menggigit bibir bawanhnya pelan menatap lapar ke arah Arden, badan Irene bergetar dan panas seketika, merinding membayangkan tubuh kokoh Will merengkuhnya diatas kasur. "Gila...StarE kumpulan pria tampan dan sexy." Guamamnya dalam hati.
Irene sangat ingin setiap hari berada disini untuk menikmati seluruh pemandangan pria tampan dan sexy, biarlah jika bisa melepaskan si Johan bodoh ini. Beruntung sekali si ****** Hanny akan magang disini. Ah menyebalkan pikirnya.
Setelah perbincangan yang cukup lama, mereka akhirnya menuju kantor masing-masing. Arden memerintahkan Arka untuk menerima Hanny sebagai anak magang disini besok.
"Bos, tapi tolong tenang ya.. jangan berinteraksi dengan nona Hanny. Kalau tidak nanti penyamaran bos ketahuan." Vino berkali-kali memberi pesan ke Arden yang sudah bucin parah.
"Arka, tolong kau pantau bos kita jika aku tidak ada. Disini aku tak bisa berbuat apapun karena ini wilayahmu." Vino makin cemas memikirkan bosnya yang selalu termenung dan tersenyum sendiri saat ini. Arka tertawa lepas melihat Arden yang benar sudah bucin parah.
"Hei.. setidaknya aku harus melakukan beberapa kali lagi agar Hanny bisa hamil." Ujar Arden membayangkan akan menarik Hanny keruangan rahasianya besok untuk memulai pergumulan panas mereka.
"OH NOO!!!" Tidak bisa bos, dengan penyamaranmu, nona Hanny bahkan tidak akan melirikmu bos." Teriak Vino mengingatkan. "Ah benar..." Arden berdecak kesal.
"Terus si Irene itu bagaimana? Tadi tatapannya membuatku jijik." Ujar Arden ke Arka yang masih sibuk pada laptopnya.
"Sudah nih.. benar, sebelum kau datang si Irene terus menatapku, eh setelah kau datang malah berpaling. Dasar wanita rubah." Arka kesal karena memang daya tarik Arden sejak dulu tetap diatasnya.
Tapi setelah dicari, informasi tentang Irene tidak begitu banyak. Malah merembet ke wanita bernama Arini." Ucap Arka dan dibalas oleh Vino dengan tepukan di meja.
"Benar, Arini itu teman SMA nona Hanny." Sambarnya cepat.
Irene Arsalan, 20 tahun, 160cm, diadopsi Misye Arsalan diusia 17 tahun, menjadi model diusia 18 tahun setelah setahun menghilang sejak ibu angkatnya meninggal dan kembali menjadi artis yang tiba-tiba terkenal di usia 19 tahun. "Baru 2 tahun jadi artis tetapi hartanya sudah sangat banyak Ar." Timpal Arka.
"1 Rumah di kawasan elit dekat pantai A, 3 unit apartemen mewah, 2 penthouse di Hongkong, beberapa villa mewah di pulau B, mobilnya saja cuma ada 5 di negara ini, kemana-mana pakai jet pribadi, 2 helikopter di rumah dan apartemen mewahnya. Lebih dari keluarga Tenggara gaya hidupnya kalau begini." Lanjut Vino.
"Makanya coba selidiki si Irene itu. Sekalian apa hubungannya dengan Arini yang membantunya kemarin untuk mecari lelaki." Lanjut Arden lagi.
"Tapi bos, kalau dilihat dari belakang, si Irene itu mirip nona Hanny loh." timpal Vino yang memang sudah terbiasa melihat Hanny bertahun-tahun lamanya karena pengawalan ketat. Arden tidak setuju karena tentu saja baginya Hanny jauh jauh lebih cantik dan menarik.
"Yah namanya juga sudah Bucin." Ejek Vino lagi dan mereka tertawa bersama.
~TBC~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments