Suasana kediaman rumah keluarga Fahri kini tampak sepi, pasal nya Arif, Rara dan juga Anak nya Baby Alfa sudah kembali di kediaman nya.
Saat ini Laura sedang berada di taman berselonjor duduk tepat di tepi danau, pikiran nya benar-benar kemana mana memikirkan percakapan antara diri nya dan juga paman dan bibi nya yang selama ini ia sudah anggap sebagai orang tua itu beberapa hari yang lalu.
Laura tertunduk sedih menghembuskan nafas berat nya berkali-kali “huuuftt bagaimana ini, apa yang harus ku lakukan” gumam nya dalam hati “ya tuhan apa yang harus Laura lakukan” Laura melempar asal batu-batu kecil di dekat nya itu ke dalam danau.
Ya Laura ingat betul permintaan kedua orang tua Fahri beberapa hari yang lalu yang meminta nya agar bersedia menerima perjodohan antara diri nya dan juga Fahri, dan yang membuat Laura tidak habis fikir adalah ternyata selama ini mendiang ayah nya dan juga Ayah Fahri hanyalah sebatas saudara angkat, ini berarti Laura hanya lah orang asing di keluarga mereka, tapi baik nya mereka semua benar-benar menyayangi Laura bahkan memenuhi setiap kebutuhan Laura selama berkuliah di luar negeri “apa ini alasan nya sehingga ayah dan ibu ingin aku menikah dengan kak Fahri dan apa karena perjodohan ini alasan dari setiap sikap ketus, dingin dan kasar kak Fahri beberapa bulan ini, ckckck pantas saja saat di Australia kak Fahri tidak segang-segang menuduh ku sebagai perusak hubungan nya dengan Miss Gena” umpat Laura tidak habis pikir dengan jalan hidup nya itu. “bahkan usiaku saja baru ingin menginjak usia 21 tahun, tapi kenapa tiba-tiba ayah dan ibu menyuruhku menikah bahkan ini dengan kak Fahri yang sudah jelas terang-terangan menunjukkan kebencian nya terhadap ku” Laura mengacak-ngacak rambut nya frustasi
“astagaa apalagi jika aku menikah dengan nya, bisa-bisa aku di jadikan daging giling, arghhh Nooooo” Laura menggeleng-gelengkan kepala nya.
Entah sudah berapa lama Laura berada di sana duduk menyendiri, rasa nya gadis itu benar-benar sulit untuk memutuskan, pikiran nya masih berkelana memikirkan perasaan nya sendiri atau ka ia harus berkorban demi
merelakan kebebasan nya untuk orang-orang yang sudah berjasa dan sudah menyayangi nya dengan tulus selama ini.
***
Jam menunjukkan sudah pukul 9 malam
Ting.. ting… ting….
Sebuah pesan masuk di ponsel Laura yang saat ini sedang menikmati makanan khas kota yang ia rindukan di pinggir jalan
“kau dimana? Pulang sekarang juga” Lagi-lagi Laura menghela nafas nya kasar, bagaikan mendapat pesan terror dari seorang penjahat, Laura terburu-buru sampai-sampai makan nya masih tersisa banyak, setelah membayar semua makanan yang ia pesan tadi, langsung saja Laura mengemudikan mobil yang ia bawa kembali ke kediaman rumah keluarga Fahri tentu saja dengan perasaan bersalah juga.
***
“Kau dari mana saja? Ini bukan Australia di mana kau bisa bebas
berkeliaran sampai tengah malam” baru saja Laura membuka pintu sambil menenteng
kantong kresek di tangan nya, sudah terdengar suara bariton yang membuat
seluruh bulu kuduk nya meremang, siapa lagi jika bukan suara Fahri
“ehh kak Fahri, Laura tadi hanya berkeliling si sekitar daerah ini” jawab Laura takut-takut
“berkeliling sampai lupa waktu untuk pulang heee, memang apa
saja yang kau lakukan di luar sana, ingat Laura kau harus ingat sekarang tempat
mu di mana, kau bahkan tidak meminta izin ingin pergi ke mana, kau tahu orang
tua ku sampai cemas karena mu, mereka menyuruhku untuk mencarimu, sekolahmu itu
tinggi, tapi kau sama sekali seperti orang yang tidak mempunyai etika dan sopan
santun” ucapan Fahri terdengar begitu dingin dan menusuk
“ia kak Laura minta maaf, lain kali Laura akan bilang dulu pada Ayah dan ibu jika ingin keluar” ucap Laura menunduk sedih
“sudahlah percuma bicara dengan mu” Fahri baru saja hendak berlalu, tapi sebuah tangan menarik lengan nya “ada apa lagi?” suara nya terdengar begitu ketus
“kenapa rumah terlihat begitu sepi, Ibu dan Ayah di kemana kak? Laura memberanikan diri nya untuk bertanya
“Alfa sedang sakit, karena itu Ayah dan Ibu ke sana karena menghawatirkan cucu nya” jawab Fahri
“kalau begitu Laura akan ke sana malam ini juga” baru saja Laura hendak berbalik ingin pergi, namun tiba-tiba sebuah tangan kokoh mendorong dan menghimpit tubuh nya ke tembok “kkkak Fahri, aapa yang kak Fahri lakukan” Tanya Laura terbata-bata
“kau pikir aku akan mengijinkanmu pergi, jika ingin pergi pergilah besok saja” ucap Fahri
“ttapi kenapa?” tanya Laura
“kau masih bertanya kenapa, Ibu dan Ayah ku akan marah jika aku membiarkan mu pergi, dan imbas nya akan mengarah kepadaku, jadi tolong kerjasama nya” ucap nya penuh penekanan lalu menghempaskan tubuh Laura
“tunggu kak” tahan Laura
“ada apa lagi?” tanya Fahri begitu kesal “aku punya banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan malam ini juga jadi jangan memintaku untuk mengantarkan mu, karena aku tidak bisa” sambung nya
“Laura tadi membeli makanan di pinggir jalan, niat Laura ingin membelikan makanan ini untuk Ibu dan Ayah tapi mereka tidak ada, sayang kan jika di buang” ucap Laura takut-takut
Fahri menghela nafasnya berat
“kemarikan” pinta Fahri “apa kau sudah makan?” tanya Fahri setelah Laura memberikan kantong yang di tenteng nya tadi
“sebenarnya sudah, tapi karena kak Fahri tadi meyuruh Laura pulang, Laura belum sempat menghabiskan makanan Laura” ucap Laura
“dasar bodoh, kalau begitu, ambil dan siapkan ini dulu di dapur, aku akan menunggu mu di meja makan” ucapnya setelah memberikan kembali kantong yang berisi makanan itu dan yang Laura lakukan adalah hanya bisa menunduk pasrah.
“apa-appan, dasar bodoh, Laura tidak bodoh, asal kakak tahu aku ini lulus dengan predikat Cumlaude, IPK
ku bahkan sangat-sangatlah sempurna” sayang nya Laura hanya bisa mengumpat Fahri dalam hati.
“apa orang tua ku pernah menanyakan sesuatu kepadamu?” tanya Fahri menatap intens Laura, setelah cukup
lama mereka makan malam dalam keheningan
“tttidak kak?” bohong Laura, karena sebenar nya ia belum siap membahas perihal keputusan nya itu
“kau yakin? kau tidak bohong kan?” tanya nya semakin menatap intens wajah Laura membuat Laura kelabakan
“laura yakin, Laura juga tidak bohong, memangnya apa yang ingin Ayah dan Ibu tanyakan kepada Laura?” jawab Laura sesantai mungkin
“sudahlah, lupakan itu, lebih baik habiskan cepat makanan mu itu” ucap Fahri sebelum berlalu meninggalkan Laura di meja makan
.
.
Yang belum baca karya Author “Apa Salahku” silahkan di baca juga ya di sana ada kisah antara Arif
dan Rara dan juga ada Chat story Author judulnya Because you, jika berkenang silahkan berkunjung dan jangan lupa terus support karya-karya Author, tekan tombol Like dan Vote sebanyak-banyaknya hehehehe.
Jangan lupa juga untuk Follow IG baru author “author-ra-in”(Ra_In)”
Happy Reading Readers
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Mayasari
Next....❤️❤️❤️❤️
2021-11-04
0
Tiah Sutiah
sungguh Fahri ngikutin jejak arif yg suka menindas dan menyiksa ujung ujung nya nanti menyesal
2021-11-04
4
Mesra Jenahara
kasian Laura setiap hari harus menghadapi sikap ketus Fahri..
2021-11-04
2