Kejadian Di Taman

Sella sudah melarang pelayan menyiapkan air hangat dan kebutuhan yang lain tapi, wanita muda ini tetap melakukannya karena tidak berani melanggar perintah Tuannya. Akhirnya Sella terpaksa membiarkan wanita itu melakukan pekerjaannya.

Tidak butuh waktu lama, Sella sudah memakai dres warna putih sebatas lutut pemberian Mark. Sella terlihat cantik dan segar, ia membiarkan rambut panjangnya tergerai indah sampai menyentuh pinggang.

"Silahkan Nona, Tuan Mark sudah menunggu.

Sella menghembuskan napas berat, sebenarnya ia tidak mau berhubungan dengan pria itu tapi, sepertinya takdir membuatnya harus menghadapi Mark. Sella masih berdiri di depan cermin, menarik kedua sudut bibirnya tersenyum dan yakin kalau hari ini akan segera berakhir.

Ditemani pelayan yang tidak sedetikpun meninggalkannya, Sella berjalan pelan menuruni beberapa anak tangga menuju ruang makan di mana Mark sudah menunggunya.

Ruang makan di Villa ini sangat luas. Bahkan, lebih luas dari apartmen yang Sella tempati. Kesunyian begitu kental di sini. Mark sudah hampir bosan menunggu Sella.

"Silahkan, Nona." Pelayan menarik kursi untuk Sella. Mark yang saat itu fokus melihat handphone baru sadar kalau Sella sudah berdiri di hadapannya.

"Aku duduk di sini, saja," tolak Sella, ia terlalu malas berada di dekat Mark. Sella sudah duduk berhadapan dengan Mark.

"Kemarilah duduk di sampingku!" seru Mark, menunjuk kursi di sampingnya. "Kau boleh pergi!" ucapnya pada pelayan.

Pelayan sedikit membungkuk dan kembali ke dapur.

"Tidak ... aku di sini, saja!" Sella bahkan tidak mau melihat Mark, ia lebih tertarik pada makanan lezat yang sudah tersaji di atas meja.

"Keras kepala, pilih duduk di situ

menahan lapar, atau duduk di sini makan bersamaku?"

Sella berdecih, makanan ini terlalu sayang untuk dilewatkan perutnya, ah! Kalau saja ia bisa menahan lapar Sella tidak akan sudi duduk di samping pria ini lagi, akhirnya ia beranjak dan duduk di samping Mark.

"Makanlah yang banyak agar kau tidak kurus seperti ini!" Mark meletakkan makanan di atas piring Sella.

"Aku bisa melakukannya sendiri!" Sella menjauhkan piring dari jangkauan Mark.

"Hmm yasudah, jangan malu-malu kalau kau mau, kau bisa menghabiskan semua makanan ini!"

Sella merotasikan matanya, sementara Mark tersenyum padanya. "Apa aku sudah boleh makan? Atau aku harus mendengarkanmu, lagi?"

Mark mengacak rambut Sella, meskipun wanita ini selalu cuek tapi, ia senang karena setidaknya Sella sudah mau bicara banyak dengannya.

"Makanlah, setelah ini aku akan mengantarmu pulang!"

"Tidak perlu ... aku bisa pulang sendiri!"

"Tapi aku memaksa pulang denganku atau tidak sama sekali!"

Sella tidak punya pilihan selain pulang dengan pria ini. "Tapi aku mau ke suatu tempat membeli kebutuhanku!"

"Tidak masalah!" Mark masih tetap memaksa.

Akhirnya Sella pasrah karena pria ini sama sekali tidak keberatan. Sella memilih diam dan mulai mengisi perutnya yang kosong.

Beberapa saat kemudiam, sarapan bersama sudah usai. Mark dan Sella berjalan berdampingan menuju mobil yang sudah terparkir di depan Villa.

Pria ini terlihat gagah memakai kemeja yang digulung sampai siku, kaca mata hitam bertengger di hidung semakin menambah gaya dan penampilnnya.

Belum sempat masuk ke dalam mobil, handphone Mark berdering. Mark menautkan kedua alis ketika melihat nama yang tertera di sana, ia sekilas melihat Sella yang juga melihatnya, tanpa bicara apapun Mark menjauhi Sella dan mulai bicara dengan seseorang dibalik benda pipih tersebut.

"Aku tidak perduli," gumam Sella, ia berjalan ke taman yang ada di samping Villa itu.

Pagi yang indah, udara segar begitu terasa di tempat ini, tidak ada polusi yang mencemarinya. Semilir angin menyibak sebagian rambut halus Sella. Wanita cantik ini merentangkan tangan seolah menikmati angin yang menerpa wajahnya, hamparan bunga mawar dengan aneka warna menarik perhatian Sella.

"Kenapa tidak ada tanaman lain di sini?" Sella memetik setangkai bunga mawar merah, bunga kesukaan yang sekarang sangat ia benci. Benci karena mengingatkan ia kepada pria itu.

Rosella tidak tahu kalau sedari tadi Mark sudah memperhatikan dirinya.

Mark menyimpan handphone ke dalam saku celananya, ia baru saja mengakhiri percakapan dengan Kate. Saat ini wanita itu tengah terbaring di rumah sakit dan memintanya untuk segera datang menjenguknya. Mark berada di antara dua pilihan, mengantarkan Sella atau datang ke rumah sakit.

Mark melangkah panjang mendekati Sella, hingga ia berhenti di belakang Sella.

"Rossella." Bisik Mark tepat di telinga Sella.

Sella sontak terkajut. Duri mawar yang lancip pun sudah menggores jemarinya. "Akhhhh!" rintih Sella menahan perih, ia reflek menjatuhkan bunga mawar dan berbalik arah menghadap Mark.

Mark cepat-cepat meraih jemari Sella. Pria ini tampak panik dan langsung memasukkan jari lentik itu ke mulutnya, menghisap dan membersihkan noda darah di sana.

Sella tertegun melihatnya. Darah di jarinya tidak terlalu banyak, tapi tindakan Mark membuat darah di dalam dirinya berdesir hebat.

Pertanyaan besar muncul lagi di kepala. Apakah sebenarnya pria ini sudah mengenalinya?

"Cu-cukup." Sella menarik tangannya, ia menunduk dan membiarkan sebagian rambut menutupi wajahnya.

"Lain kali kau harus hati-hati, jangan ceroboh sampai melukai dirimu sendiri." Mark mengangkat dagu Sella kemudian, menyisipkan rambut halus di belakang daun telinga Sella, hening sesaat mereka sama-sama terdiam tapi saling mengunci pandangan.

Rosella meremas dres yang ia pakai, berusaha tenang menunggu apa yang akan diucapkan Mark berikutnya.

"Rosella ... nama yang bagus, bukan?" Mark memetik setangkai bunga mawar merah kemudian ia berikan kepada Sella. Tapi Sella tidak mau menerimanya.

"Taman ini aku namakan Rosella. Nama yang tidak akan bisa aku lupakan seumur hidupku!" Mark menerawang jauh. Menatap hamparan bunga di sana. "Kau suka mawar?"

"Tidak! Aku benci bunga mawar. Meskipun cantik tapi bisa menciptakan luka." Sella mengangkat jarinya.

Mark tersenyum kecut. "Punya pengalaman buruk tentang bunga ini?"

Sella tidak menjawab, ia justru pergi tanpa mengatakan sepatah katapun. Mark mengikuti Sella dan menarik tangan Sella sampai kembali menghadapnya.

"Kau tidak bisa menghindar lagi." Mark memegang kedua sisi lengan Sella. "Katakan kalau kau Rosella. Kau sengaja merubah penampilanmu hanya untuk mengelabuhi aku 'kan?" Mata Mark memerah, ia sudah tidak bisa menyimpan pertanyaan dan memendam penasaran.

"Aku tidak tau apa yang kau katakan, Mark!" jawab Sella. "Aku bahkan tidak mengenal Rosella!"

"Bohong!!!" teriak Mark, ia kembali meraih dagu Sella. "Kau harus tanggung jawab atas apa yang sudah kau lakukan!"

Sella gemetaran, sekeras apapun mencoba melawan hatinya tetap rapuh. Jika mengaku maka, penjara siap menyambut kedatangannya.

"Kalau kau seperti ini. Aku akan membencimu!" ketus Sella.

Rahang Mark mengetat, tidak puasa mendengar jawaban Sella. "Kita buktikan!" Detik itu juga ia merunduk ingin mencium bibir Sella.

Sella ketakutan, ia memukul dada Mark. Tapi pria ini masih mendekati wajahnya.

"Jangan Mark!" teriak Sella.

Plak!!!

Tamparan keras mendarat di pipi Mark.

***

Jangan lupa jempolin. Makasih

?

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

sella masih bisa bertahan..

2023-02-13

0

Neni Bunda Alif

Neni Bunda Alif

udah dua x si mark d tampar sama si ross

2021-11-13

0

ani nurhaeni

ani nurhaeni

udah dehhh nyeraahh sell
dah ketahuan

2021-11-12

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!