Tidak ada alasan selain mengijinkan Leon duduk di ruangan itu. Pertama, karena Leon orang baik, kedua Leon pemilik tempat ini, ketiga tidak akan ada yang memecatnya meskipun ia terlambat datang ke kantor, dan masih banyak alasan lain membiarkan pria ini duduk di sofa.
Secangkir kopi susu sudah tersedia di atas meja lengkap dengan roti pemberian bibi Jeny. Rosella dan Leon sudah saling duduk berhadapan.
Leon tampak mengamati seisi ruangan, ia tersenyum bangga karena yakin kalau Sella merasa nyaman tinggal di sini, tanpa sepengetahuan wanita ini sesekali ia melirik Sella penuh arti.
"Jika ada yang kau butuhkan, jangan sungkan minta padaku. Apapun itu pasti akan aku berikan." Leon meresapi kopi buatan Sella. Kopi terenak yang pernah ia minum.
"Jangan buat aku terlalu banyak berhutang budi. Lagipula aku sudah biasa hidup mandiri dan mencari kebutuhanku sendiri," tolak Sella hati-hati bicara, ia tidak mau menyinggung perasaan Leon.
Leon tertawa dan kembali berucap, "Bukan ... bukan begitu maksudku. Jangan salah paham Sella. Untuk urusan kantor kau bisa minta padaku."
Sella menyengir kuda, ntah mengapa ia selalu gugup bila bicara berdua dengan Leon. Khawatir membuat kesalahan karena tidak mau Leon kecewa dan merasa dikhianati lagi. Sella tentu tahu bagaimana sakitnya dikhianati.
Ruangan itu diisi sofa dan layar datar televisi, pandangannya luas sampai ke meja makan yang dekat dengan pantry, pintu kamar pun terlihat jelas karena tidak ada sekat yang menghalangi penglihatan pemiliknya.
"Boleh aku pakai kamar mandimu, sebentar, Sella." Panggilan darurat selalu datang tiba-tiba, mana bisa ia tahan begitu saja.
"Silahkan," jawab Sella.
Leon melangkah melewati meja makan dan masuk ke ruangan kecil di sudut ruangan. Sementara Sella cepat-cepat masuk ke dalam kamar. Dilihatnya Mark masih duduk manis di tepian kasurnya.
Mark menyengir dan menjulurkan tangan. "Kemari!" katanya.
Sella merotasikan bola matanya, jengah dan ingin memukul kepala pria ini. "Aku cuma mau bilang jangan sentuh apapun di sini!" Sella memberikan peringatan pada Mark, mencegah Mark agar tidak menemukan petunjuk tentangnya.
Mark melipat tangan dan mengangguk menuruti empunya tempat ini yang masih berdiri di depan pintu.
"Sella kau minum air jahe?"
Suara Leon mengejutkan Sella, ia menutup pintu dan memutr badan, Leon berdiri tidak jauh darinya. Jujur, ia tidak nyaman dengan sikap Leon yang menurutnya berlebihan.
"I-iya. Itu kan minuman herbal. Bagus untuk tenggorokan," jawab Sella masih memegang handle pintu kamar.
Leon mengangkat sebelah alisnya, seperti meragu tapi tidak ada alasan bertanya lagi. "Baiklah, kita bisa pergi sekarang," ajak Leon.
"Aku ambil tas sebentar." Sella masuk ke kamar dan mengambil tas yang ada di atas kasur. "Aku pergi, kau bersihkan meja makan dan cepat keluar dari sini. Kalau ada benda yang hilang dari ruangan ini sudah pasti kau pelakunya! Aku tidak akan melepasknmu!" ancam Sella.
Mark tidak menjawab, ia terlalu menikmati suasana ini, ia melihat wanita ini marah, Mark meraih tangan Sella ketika wanita itu akan pergi.
"Jangan terlalu dekat denganny!" seru Mark, suaranya terkesan dingin dan tegas.
"Bukan urusnmu!" jawab Sella seraya menarik tangan dan pergi meninggalkan Mark.
***
Mark menyingkap tirai jendela kamar, pandanganya ke luar jendela mengamati mobil Leon sudah meninggalkan apartmen.
"Kita mulai dari mana?" Manik mata Mark mengamati isi kamar Sella, mulai mencari petunjuk apapun tentang Sella. Membuka laci nakas, menggeledah bawah bantal dan kasur dan terkhir membuka lemari.
Tangan Mark memindai satu persatu lipatan pakaian yang tersusun rapi. Hasilnya nihil, ia tidak menemukan apapun di sini.
"Wanita itu misterius sekali," kesal Mark menggaruk rambutnya gusar. Kotak kecil berwarna silver menarik perhatiannya, Mark yakin Sella menyimpan dokumennya di dalam sini.
"Sial! Aku tidak tau paswoardnya!"
Mark memukul brangkas kecil itu, ia kesal, kecewa dan keluar dari kamar Sella.
Kekesalannya semakin bertambah saat melihat gelas kopi di atas meja, Mark tau kalau Leon punya maksud terselubung datang ke apartmen Sella. Hanya dirinya yang tahu kalau Leon tidak sebaik penampilannya.
Mark menghubungi Ozan dan memberi perintah agar mengantarkan pakaian kantor dan memanggil cleaning servis untuk membersihkan apartmen Sella.
Menganggap tempat ini miliknya, ia melanggang ke kamar mandi dan mulai membersihkan diri. Mark berdiri di bawah kucuran air dingin, sengaja menghilangkan panas yang membakar hati dan pikirannya. Tanpa sengaja, ia melihat benda kecil tersembunyi diantar bunga hias yang menempel di dinding.
Rahang Mark mengeras, matanya memerah, tangannya mengepal kuat menggenggam kamera mungil dan canggih yang baru ia ambil.
"Pecundang! Ini pasti perbuatanmu, Leon! Kau sengaja menyisipkan kamera di kamar mandi Sella. Memalukan!" Kepalan tangan itu menghantam dinding hingga menjatuhkan hiasannya.
***
"Kau cari benda mencurigakan yang mungkin ditinggalkan Leon di ruangan ini. Pria licik itu sengaja meletakkan kamera di kamar mandi untuk mengintip Sella. Aku akan cari cara agar wanita itu keluar dari tempat ini. Aku yakin Leon akan menjadikan Sella target berikutnya!" Perasaannya Mark tidak tenang memikirkan Sella.
"Kenapa Tuan sangat mengkhawatirkan gadis itu?" tanya Leon heran, biasanya Mark tidak perduli dan tidak mau tahu tentang para wanita milik Leon.
"Aku cuma merasa dia wanita yang berbeda."
"Berhenti memikirkan orang lain, Tuan harus fokus menjaga kesehatan."
"Aku muak mendengarmu, jangan menganggap aku lemah, Ozan!" Mark menepuk lengan Ozan. "Kerjakan saja tugasmu dan laporkan apapun yang kau temukan!"
Rosella atau Sella akan menjadi proritas utama Mark. Beberapa tahun yang lalu ia terpaksa menghentikan pencarian Rosella sebab, harus fokus menjaga kesehatannya.
"Bagaimana bisa dua wanita berbeda memiliki kepribadian yang sama?" gumam Mark sembari keluar dari gedung tersebut.
Olahraga pagi menjadi rutinitas utama Kate di pagi hari, wanita cantik ini menyeka keringat menggunakan handuk kecil yang menggantung di leher. Tanpa sengaja ia melihat mobil Mark melaju cepat meninggalkan apartmen.
"Kenapa Mark ada di sini?" Kate kesal karena sampai sekarang ponsel Mark belum bisa dihubungi belum lagi kemarin malam pria itu menolak tidur di apartmennya.
"Siapa yang kau temui di sini, Mark?" Kate bermonolog sendiri, ia menghentakkan kaki dan mulai mencari informasi tentang calon suaminya itu.
***
Di ruangan Leon, ia masih fokus melihat layar datar di atas meja kerjanya. Mengamati Sella dari cctv yang merekam pergerakan wanita itu.
"Kau akan menjadi milikku, Sella." Leon mengusap rahang, tersenyum mesum membayngkan Sella.
"Sebentar lagi ... sebentar lagi, sayang...."
Leon yakin rencananya akan berhasil dimulai dari kamera kecil yang sengaja ia sembunyikan di kamar mandi Sella.
"Membayangkannya saja membuat adik kecilku bangkit." Leon menghubungi seseorang yang biasa menjadi pelampiasan hasr*tnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Mersy Loni
makin seru..
2022-07-28
0
Agustin Ria Astuti
wah ada serigala berbulu domba nih, gaswat🤨🤨🤨🤨
2022-06-28
0
Didlmdoakusllukusebutnmamu Didlamdiamkuslluadarindu Untukmu
leon ternyata srigala berbulu kucing
2022-01-08
0