Pria Yang Aku Lukai

Bukan cuma satu jam, bukan cuma satu hari, bukan cuma satu minggu dan bukan cuma satu tahun. Tapi, bertahun-tahun lamanya pria berusia 26 tahun ini mencari dan menunggu wanita penyebab adanya luka di hati dan kepalanya. Namun, hasilnya tetap sama gadis itu seperti menghilang di telan bumi.

Jahitan yang ia dapatkan sudah mendaging namun, kulit kepalanya tidak bisa kembali seperti semula. Hati yang tidak bisa ditebak apa maunya sudah mulai pulih namun, menyisakan kerinduan dan benci yang datang di waktu yang bersamaan.

Rindu ingin melihat mata sayu nan polos itu, rindu ingin mendekap tubuh mungil yang pernah menolaknya, rindu ingin menghirup aroma wangi seperti bunga Rosse yang menguar dari dirinya dan rindu rasa manis dari bibir yang pernah ia resapi lebih dari sekali di malam terakhir mereka bertemu.

Klatak!!!

Pena bertinta emas berharga fantastis yang digenggam pemiliknya patah terbelah menjadi dua. Raut wajahnya memancarkan aura kebencian ketika mencoba mengingat wajah cupu wanita yang sudah menyakitinya.

"Akhh!!" Mark paling benci saat-saat seperti ini. Kepalanya akan terasa pusing bila mengingat detik terakhir ia melihat Rossela.

Benci karena Rossela tidak memberinya kesempatan, benci karena Rossela terlalu cepat mengambil kesimpulan dan keputusan, benci karena Rossela melarikan diri setelah berhasil melukainya.

Pena tinta emas itu ia hempaskan kesembarangan arah, lalu menyandarkan punggung dan memijit pelipis matanya.

"Aku membencimu...." lirih Mark menahan sesak di dada, matanya masih terpejam berusaha mengingat wajah Rossela. "Tapi aku lebih benci pada diriku karena belum juga menemukanmu. Apa yang harus aku lakukan? Melupakan? Atau menyincang tubuhmu?"

Wajah Mark terbenam di atas meja. Jemarinya tangannya mengetuk-ngetuk meja. Ya, ini bukan yang pertama kali Mark berada di dalam keresahan ini. Mark sendiri tidak mengerti ada begitu banyak wanita cantik bersedia menemaninya tapi, hanya gadis cupu itu yang ia mau.

"Mungkinkah ... aku mencintaimu?" Mark bermonolog sendiri.

"Aku juga mencintaimu, sayang!"

Suara yang tidak asing di telinga membuat Mark kembali menegakkan punggungnya. Dilihatnya wanita cantik berpakaian minim sudah berdiri tepat depan meja kerjanya.

"Kau di sini? Kenapa tidak mengetuk pintu?" Mark mencoba mengontrol diri dan melupakan ingatan tentang Rossela.

Katerine tersenyum dan duduk di pangkuan Mark. "Aku tidak perlu ijin untuk masuk ke ruangan calon suamiku 'kan?" Jemari lentik Kate bermain di rahang Mark, tidak lupa ia mengecup

pipi Mark dan bermanja. "Aku merindukanmu, Mark ... hari ini luangkan sedikit waktu untukku, ya?" rengek Kate, ia menarik dasi Mark hingga jarak mereka semakin dekat.

"Aku sibuk, Kate. Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan!" tolak Mark secara halus, saat ini pikirannya sedang kacau dan tidak mau bertambah parah kalau menuruti kemauan wanita pilihan kedua orang tuanya.

Kate cemberut, ia melingkari leher Mark dengan kedua tangannya yang panjang. "Sebentar lagi kita akan menikah, aku cuma ingin mengenlmu lebih dekat, Mark! Tapi, kenapa kau selalu menghindari aku?"

Kate lebih mendekatkan wajah mereka, ia ingin mencium bibir Mark tapi, Mark berpaling muka.

Kate berdecih karena Mark menolaknya lagi, selama mereka berhubungan Mark tidak pernah sekalipun mencium bibirnya.

"Sudahlah, aku akan menemanimu seharian penuh." Mark membelai pipi Kate hingga gadis itu tersenyum dan tidak marah lagi padanya.

***

Tepat pukul 12 siang waktu setempat.

Bandara International Toronto. Sebuah pesawat baru saja mendarat dengan selamat di Bandar Udara yang terletak di pusat kota Kanada. Seorang gadis berpenampilan modis ini keluar dari badan pesawat tidak lupa menarik koper berisi barang-barang penting miliknya.

Angin bertiup menyibak sebagian rambut panjangnya. Kaki Sela gemetaran ketika pertama kali menapaki tanah kelahiran yang sudah lama ia tinggalkan.

"Kau bukan Rossela. Tidak akan ada yang mengenalmu di sini." Sela mencoba menghilangkan ketakutannya.

"Nona Sela." Seorang sopir yang diutus untuk menjemput Sela datang di waktu yang tepat. "Tuan Leon mengirim saya untuk membawa Nona ke apartmen."

"Tuan Leon?" Dahi Sela mengernyit mencoba mengingat nama itu. Seingat Sela, terakhir mereka bertemu di Paris dua tahun yang lalu dan sekarang Leon akan menjadi bos barunya di Kanada.

"Tuan Leon sedang menghadiri meeting penting jadi tidak bisa menjemput Nona, mari silahkan masuk." Ia membuka pintu mobil untuk Sela dan menyimpan koper Sela ke dalam bagasi mobil.

Apartmen mewah yang berada di pusat kota menjadi tempat tinggal Sela yang baru, ia tidak menyangka kalau Leon menyiapkan apartmen semewah ini untuknya.

Sela merasa bosan, ia meraih remote tv dan mencari chanel yang bisa menghiburnya.

Penghargaan pengusaha sukses termuda tahun ini diberikan kepada Tuan Mark Ricardo!!!

Remote tv yang dipegang Rossela jatuh dari genggamannya. Mata Rossela terbelalak lebar melihat pria berdiri dengan gagahnya menerima piala di balik layar kaca.

Itu bukan siaran langusung tapi, cukup membuat tubuh Rossela gemetran dibuatnya.

"Syukurlah kau baik-baik saja...." lirih Rossela, ia tetap bergeming di tempat duduknya. Menyaksikn Mark tengah berpidato di depan para awak media.

"Aku tau kau pria yang hebat, kau cerdas dan...." Rossela menggantungkan ucapannya, ia cepat-cepat mematikan televisi tidak mau lebih lama lagi melihat Mark. "Brengs*k! Kau pria yang jahat, aku membencimu!"

Jika di Paris ia bisa menutup telinga dari semua informasi tentang Mark tapi, mulai hari ini Rossela terpaksa harus melatih diri menerima informasi dalam bentuk apapun tentang Mark.

***

Menjelang petang, Mark dan Kate tiba di gedung tinggi pencakar langit yang menjadi tempat tinggal Kate. Pergaulan bebas membuat Kate lebih nyaman tinggal di apartmen berharga fantastis tersebut.

Kate bergelayut manja di lengan kekar Mark. Sementara, dua pria berbaju hitam membawa beberapa paperbag berisi barang-barang mewah yang baru dibeli Kate.

"Makasih karena sudah menemaniku belanja seharian penuh," ucap Kate sembari berjalan menuju lift.

Mark hanya berdehem dan meberi kode agar pengawalnya menghentikan pintu lift yang sudah hampir tertutup. Mark sudah bosan menghabiskan waktu seharian penuh dengan Kate.

Pengawal Mark bergegas cepat menjalankan perintah dan menunggu Mark di depan pintu lift yang sudah terbuka lebar.

"Kenapa tidak masuk?" tanya Rossela, ia heran melihat pria mematung di depan pintu lift.

"Kalau tidak mau masuk kenapa menghalangi lift ini, Tuan?" Rossela semakin kesal sebab, pria di depannya ini seakan tidak menganggapnya ada.

Perut Rossela semakin lapar, ia tidak sabar menyantap makan malam yang baru di belinya, ia kembali menekan tombol angka hingga perlahan pintu kembali tertutup.

Tap! Tap! Tap!

Sepatu pantovel hitam mengkilat sudah melangkah masuk ke dalam lift, darah Rossela mendidih ketika tidak sengaja melihat wajah pemiliknya. Rossela mundur beberapa langkah hingga punggungnya membentur dinding lift.

'Mark...?" batin Rosse ketakutan melihat pria yang ia lukai berdiri tegak di depan mata.

***

Jangan lupa jempolin, cintah

Terpopuler

Comments

carwati

carwati

sepertinya seru cerita nya aku nyimak thor🖖🖖🖖

2024-02-25

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

makin penasaran nih
lanjut

2023-02-13

0

Fay

Fay

🙄🙄

2022-09-05

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!