Siapa Yang Bersandiwara?

Pasrah dan menyerah? Tidak ada di dalam kamusnya. Rossela sudah menelan pil pahit kehidupan. Di usia muda sudah ditinggal orang tua, berjuang sendirian mencari uang untuk melanjutkan pendidikan. Tetap tersenyum menghadapi bully di sekolah. Belum lagi berjuang memertahankan kehormatan yang hampir direnggut pria yang ada di depannya.

Jika ia dibutakan cinta. Sudah pasti dengan suka rela menyerahkan kesuciannya. Menikmati malam panjang hanya berdua dengan Mark. Tapi, otak masih bisa berpikir jernih untuk tetap teguh memegang pendirian.

Jika ia ingin menyerah, mengapa tidak dari dulu saja? Disaat Mark menahannya di apartmen, atau menyerahkan diri ke polisi setelah melukai Mark.

Tidak! Rossela baru sadar akan satu hal. Tindakannya waktu itu ia lakukan karena membela diri dari perbuatan Mark yang ingin melecehkannya. Jika diingat lagi, andaikan ia melapor ke polisi sudah pasti Mark yang akan divonis bersalah.

Sudahlah, nasi sudah menjadi bubur, waktu yang terlewati sudah tidak bisa diputar lagi. Bersembunyi, berlari dan menghindar bukan menjadi solusi yang baik. Jalan satu-satunya adalah menghadapi dengan berani.

Jika Mark masih mengenalnya maka, ia siap menghadapi. Tapi, jika Mark tidak mengenalnya maka, ia akan sedikit bermain. Bukankah selama ini Mark suka bertaruh dan membuat lelucon?

"Apa Anda sudah selesai bicara, Tuan?" Sela membuyarkan lamunan Mark. Pria ini terkesiap dibuatnya.

Mark tidak menjawab sepatah katapun. Tapi, mata dan telinganya semakin menajam.

"Kau-

Sela memungkas ucapan Mark. "Anda sudah terlalu banyak bicara, Tuan! Apa masih ada yang ingin Anda sampaikan lagi?" Sela tidak merubah raut wajahnya, tetap tenang dan terlihat tegas. Padahal, hatinya ketar-ketir.

"Tolong jaga bicara Anda, Nona!" Ozan ikut bersuara, ia heran mendengar penuturan Sela.

"Loh, memangnya apa yang salah dengan ucapanku? Aku hanya bertanya saja. Bukankah begitu, Tuan?" Rossela tersenyum sinis, memegang pipet dan meresapi jus jeruk miliknya.

Bukan cuma Ozan, Leon pun terkejut melihat keberanian Sela. Baru kali ini ia melihat ada wanita yang berani terang-terangan mengacuhkan Mark.

"Lebih baik kita pergi dari sini, Sela!" ajak Leon, ia sudah beranjak dari duduknya.

"Tunggu!" Mark menahan tangan Sela mencegah wanita ini tagar tidak bisa melarikan diri. Manik matanya seperti mata elang yang siap menerjang mangsa.

"Sela ...nama yang bagus! Apa kau tidak mengenlku, Nona?" Mark mengangkat sebelah alisnya, mengamati wajah Sela yang sudah berubah. Mark tahu kalau gadis ini sedang gelisah.

Rossela menelan ludah, sekujur tubuhnya terasa dingin. Sialnya ia tidak bisa membaca raut wajah Mark. Apa pria ini memang tidak mengenalinya, atau hanya pura-pura dan sedang bersandiwara?

"Tidak sedikitpun ... tidak sekalipun. Saya tidak mengenal Anda!" jawab Sela tanpa ragu.

Mark melepaskan tangan Rossela. Darahnya seakan berdesir, mendidih, marah dan terkejut. Mark berdecih dan mengusap rahangnya berusaha mengontrol emosi yang bisa meledak dalam waktu seketika.

Leon meletakkan lembaran uang di atas meja. "Kita pergi, Sela!"

"Hmmm!" Sela meraih tasnya dan pergi tanpa pamit pada dua pria yang masih melihatnya.

"Menarik," gumam Mark yang masih belum mengalihkan mata dari punggung Sela sampai gadis itu benar-benar pergi.

***

Rossela bisa bernapas lega karena yakin kalau pria itu memang tidak mengenali wajahnya.

"Kita buka lembaran baru. Aku sangat bersyukur kau sudah baik-baik saja Mark. Ya ... Kau pasti sudah melupakan semua tentangku!" Rossela memejamkan mata, berusaha menghapus secuil rasa yang tertinggal di hatinya.

Dering ponsel mengejutkannya. Tertulis pesan dari Leon. Pria itu sudah menunggunya di loby apartmen. Ya, malam ini mereka akan menghadiri pesta salah satu kolega bisnisnya.

Di tempat lain, Mark masih uring-uringan. Perkataan Sela benar-benar mengusik pikirannya.

"Kenapa masih di sini? Apa Tuan tidak akan menghadiri pesta itu?" Ozan masuk ke ruang kerja Mark.

"Acara itu tidak penting."

Mark paling tidak suka menghadiri acara ceremony seperti ini. Perayaan pernikahan, pesta pertunangan, semua yang menyangkut tentang cinta baginya tidak memberikan manfaat apapun. Cinta? Persetan dengan cinta. Di pesta itu hanya ada orang-orang yang berusaha mencari simpatinya, rekan kerja yang memujinya setinggi langit hanya demi saham dan bisnis semata ditambah lagi tatapan para wanita liar yang berharap naik ke atas ranjangnya. Sangat menjijikan.

"Biar aku kirimkan bunga sebagai hadiah kalau Tuan tidak ingin menghadiri pesta itu."

Ozan memberikan solusi, ia tahu kalau bosnya ini cepat bosan berada di acara seperti itu tentu saja karena Mark lebih memilih menghabiskan waktu di club malam.

Mark berubah pikiran. "Tidak! Sepertinya aku akan bersenang-senang di sana!" Mark lebih bersemangat dari sebelumnya.

Salah satu hotel mewah yang terletak di pusat kota lebih ramai dari biasanya. Karena pengusaha kaya sedang mengadakan pesta hari jadi pernikahannya. Para tamu undangan sudah memenuhi ballrom hotel berbintang tersebut.

Tidak terkecuali Mark yang menjadi tamu istimewa malam ini. Mark duduk tidak jauh dari wanita cantik yang tidak sedikitpun melihatnya.

Sela terlihat anggun memakai gaun malam tanpa lengan membalut tubuh rampingnya, syal warna hitam menggantung di lehernya. Malam ini ia tampil cantik dengan polesan makeup di wajah dan memakai lipstick di bibirnya.

Suara MC sudah mulai mendominasi, acara pun di mulai. Sela dan Leon duduk berdampingan dan sesekali terlibat percakapan yang diselingi tawa. Sela tidak sengaja menoleh dan melihat Mark sedang menatapnya.

"Jangan berhubungan dengannya, dia pria yang mengerikan," ucap Leon tiba-tiba. "Aku belum bilang padamu 'kan?"

Sela melihat Leon. "Jadi, pria itu yang merebut seketarismu sebelumnya?"

"Ya, wanitaku pun sudah menjadi miliknya. Mark tidak akan puas dengan satu wanita!"

Lagi dan lagi ingatan sela kembali ke beberapa tahun yang lalu.

"Dia masih belum berubah dan tidak pernah berubah," gumam Rossela.

"Kau bilang apa?" tanya Leon.

"Ak-aku mau ke kebelakang sebentar!"

"Kau mau ke mana?"

"Aku mau ke toilet."

"Mau aku temani?"

"Tidak perlu aku bisa sendiri." Rossela sudah tidak bisa menahan panggilan darurat, hingga ia berlari kecil menuju toilet seorang diri.

Leon ingin mengejar tapi, dua rekan bisnisnya mengajaknya bicara tentang saham yang menguntungkan hingga akhirnya ia mengurungkan niat untuk menemani Rossela.

Urusan toilet sudah selesai, Rossela kembali ke tempat acara. Melewati lorong panjang dan cukup sepi. Rossela terkejut melihat Mark berjalan kearahnya, ia refleks memutar badan tapi, Mark menarik syalnya.

"Mau melarikan diri?" Mark menyudutkan Sela di dinding dan mengurung dengan kedua tangannya.

"Nona Sela?" Ia menyeringai penuh arti.

"Tolong jangan ganggu aku, Tuan." Sela menolak dada bidang Mark yang hampir menempel dengannya.

"Mengganggu?" Mark tergelak. "Kau benar-benar tidak tau siapa aku?" Ia menarik dagu Sela sampai mendongak melihatnya.

'Tentu aku tau, kau adalah laki-laki mesum.' Sela hanya bisa membatin agar identitasnya tetap menjadi rahasia.

"Bukankah aku sudah menjawabnya?" ketus Sella.

Mata Mark memerah ia menarik pinggang Sela sampai tidak ada jarak diantara mereka.

"Lepaskan aku, Tuan! Biarkan aku pergi." Sela meronta tapi, Mark tidak mau melepaskannya.

Mark merasa dejavu. "Lepaskan? Coba ulangi lagi, aku seperti pernah mendengarnya."

"Mata ini ... aku seperti pernah melihatnya." Jari telunjuk Mark bermain di wajah Sela, alis, kelopak mata, hidung, pipi dan bibir.

"Jauhkan tanganmu dariku, Tuan Mark!" Sela menginjak kaki Mark berharap Mark mau melepaskannya tapi, tindakannya tidak berpengaruh apapun. Pria ini tidak bergeser sedikitpun.

Mark kembali menyudutkan Sella di dinding. "Kau dari planet mana? Semua tentangku ada di berbagai media cetak dan elektronik. Apa kau tidak pernah menonton tv?"

"Kenapa Tuan sangat ingin aku mengenal Tuan? Di sini aku hanya mengenal Leon, tidak ada yang lain!"

Wajah Mark mengetat tapi, tangannya mengendur, langkahnya pun mundur. "Pergilah...." Mark berpaling muka dari Sella.

Hening, langkah Rossela mendadak berat. Sebenarnya ia ingin memeluk pria ini, meminta maaf dan berdamai tapi, mengingat taruhan dan perbuatan Mark membuatnya benci. Rossela tidak mau Leon curiga dan menunggu terlalu lama hingga ia memutuskan pergi tanpa bicara lagi.

"Kita lihat, sejauh mana kau bisa menghindariku." Mark mengepalkan tangan, untuk kesekian kali ia melihat wanita ini mengacuhkannya.

Terpopuler

Comments

carwati

carwati

aku suka karakter sela yg tidak mudah di tindas👌👌👌

2024-02-25

0

Putri Kristiani

Putri Kristiani

mark

2021-12-22

0

𝑽𝒆𝒂𝒏 𝑽𝒆𝒓𝒐𝒏𝒊𝒌𝒂

𝑽𝒆𝒂𝒏 𝑽𝒆𝒓𝒐𝒏𝒊𝒌𝒂

apakah Mark sudah tau identitas asli Rosella??

2021-12-15

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!