Harum Rossela

Setelah sekian tahun berlalu selama itu pula hidupnya aman dan damai apa mulai hari ini akan terasa seperti di neraka?

Pria bermuka dua yang menyebabkan ia terpaksa merubah penampilan kini ada di depan mata. Bahkan, aroma parfum yang sudah lama tidak tercium sudah mulai mengisi ruangan kecil yang sudah diisi lima orang di dalamnya, pria ini terlihat gagah menggandeng mesra seorang wanita cantik dan modis.

Sela semakin terpojok di sudut lift saat dua pengawal Mark berdiri memunggunginya, hingga kini ia tidak terlalu jelas melihat punggung lebar yang dilapiji kemeja hitam tersebut.

'Syukurlah dia tidak melihatku. Atau dia lihat tapi tidak mengenali wajahku?'

Rossella bermonolog dalam hati, mendekap plastik berlogo sebuah cafe ternama berisi makanan yang baru ia beli. Jika bisa ingin rasanya ia menghilang dan bersembunyi di tempat yang tidak terjangkau.

Kakinya masih gemetaran tapi, ia mencoba bersikap biasa seperti tidak ada masalah dan menyembunyikan kekhawatirannya.

'Tidak, kau bukan Rossela yang dia kenal. Kau Sela pendatang baru di Kanada. Tidak ada seorang pun yang kau kenal kecuali Bibi Jeny.'

Sela melihat pantulan dirinya di dinding, menarik napas dalam dan membuangnya secara perlahan. Sela tersenyum setelah yakin kalau Mark tidak akan mengenali wajahnya.

'Tuhan ... tolong jangan hari ini dan jangan selamanya. Jangan biarkan pria ini melihat dan mengenaliku, semua sudah usai, hidupku sudah baik-baik saja. Tolong, jangan buat skenario apapun tentang kami. Tuhan ... maafkan aku sudah terlalu banyak menuntut.' Sela berdoa dalam hati.

Sementara Mark, ia masuk tanpa memerhatikan keadaan sekitar, mata, telinga dan pikiran hanya terpusat pada Kate yang selalu mengajaknya bicara. Dua pengawalnya ikut berdiri di belakang, lalu ia menekan tombol angka menuju unit tertinggi.

"Sayang, malam ini temani aku, ya?"

Suara manja Kate sudah terdengar memuakkan di telinga Mark. Ingin rasanya ia meyumpalnya dengan kaos kaki. Kalau bukan karena terpaksa dari tadi sudah ia tinggalkan gadis ini.

Katerine berjinjit dan mencium pipi Mark. "Aku mau menghabiskan waktu lebih lama lagi denganmu."

"Jaga sikapmu, Kate ...." Mark melihat wajah dan memindai penampilan Kate dari ujung rambut sampai ujung kaki, hidungnya menghendus bau harum yang dirasa tidak asing. "Kau mengganti parfummu?" selidiknya.

Kate mengendus tubuhnya sendiri. "Tidak, aku masih pakai parfum kesukaanmu. Memangnya kenapa?"

"Tidak!" Mark kembali berpaling muka, tanpa sengaja ia melihat pantulan wanita lain di dinding lift. Wanita itu melihat kearah yang berlawanan dengannya, wajahnya tidak terlihat jelas.

Kate mengangkup wajah Mark. "Mark, kau belum menjawab pertanyaanku! Aku tidak mau dengar alasan apapun, malam ini kau harus tidur di apartmenku!"

"Hemmmm!" pikiran Mark menjadi buyar, terlebih lagi wangi bunga mawar belum juga menghilang dari penciumannya.

"Haaaccchhhiii!!!" Rossela mengumpat dirinya sendiri. Kenapa harus bersin di saat seperti ini? Ia menyengir ketika dua pengawal Mark melihatnya.

Mark dan Kate pun merasa terusik. Keduanya sama-sama melihat kebelakang, belum sempat mereka melihat wajahnya, pintu lift sudah mulai terbuka.

Rossela tidak mau membuang waktu, ia mengurai rambut menutupi wajah dan berlari menerobos empat orang yang masih melihat padanya.

"Hey kau! Berani sekali dia!" ntah mengapa Mark kesal sebab tidak sempat melihatnya terlebih lagi wangi mawar terasa kuat dari tubuhnya.

"Biar kami hentikan dia, Tuan!"

"Sudahlah biarkan saja, aku sudah lelah jangan buang waktuku lagi!" Mark melangkah tegap mengantarkan Kate.

Rossela masih berdiam diri di tangga darurat. "Bodoh, aku jadi tertahan di sini, pria itu tidak mengenali wajahku, harusnya aku tetap di sana, tadi!"

Rossela bingung ingin keluar tapi takut tertangkap hingga akhirnya tidak punya pilihan selain menuruni anak tangga yang tidak terhitung jumlahnya.

***

Pagi sudah datang, ini hari pertama Sela bekerja di tempat yang baru. Supir yang dikirim Leon sudah menunggu di luar gedung.

Tidak ada yang berubah, ia masih memakai kemeja putih dan rok hitam selutut, rambut panjang dikuncir kuda memperlihatkan lehernya yang jenjang, tidak memakai makeup pun ia tetap cantik.

Kurang dari tiga puluh menit, Sela sudah sampai di kantor. Kehadirannya menarik perhatian semua orang seolah terhipnotis aura kecantiknya.

"Tuan Leon sedang menghadiri rapat, beliau pesan agar Nona Sela mempelajari berkas-berkas yang ada di atas meja. Jangan lupa menyusun ulang agendanya!"

"Baik, mohon bimbingannya." Sela mulai berjibaku di ruang kerjanya.

Di lain tempat.

Seorang pemuda tampan dan berkarismatik tidak berhenti menyunggingkan senyuman, ia bahagia melihat wajah-wajah lain tertunduk lesu di depannya.

"Anda kalah Tuan!" Mark tergelak menertawakan kekalahan para rivalnya. "Aku yang mendapatkan proyek ini!" Tidak sia-sia kemarin memarahi karyawannya, terbukti rancangan dari perusahaannya yang terpilih.

"Ini bukan akhir dari segalanya, lagipula masih banyak tender yang bisa aku dapatkan!"

Meskipun merasa dipermalukan tapi, Leon berusaha bersikap lapang dada kalau dari awal ia tau Mark ikut bergabung juga sudah tentu ia tidak akan sudi menghadiri rapat ini.

Siapa yang bisa mengalahkan Mark? Semua orang tau Mark adalah seorang pengusaha muda sukses dan patut diacungi jempol.

"Baiklah, kalau begitu sampai jumpa di pelelangan besok. Aku penasaran siapa yang akan mendapatkan berlian langka itu!" Sekali lagi Mark mengejek Leon karena sudah pasti dirinyalah yang akan mendapatkannya.

Leon memilih diam dan tidak mau membuat keributan.

Mark pergi membawa hasil yang memuaskan. Para karyawan wanita terpesona melihat pemilik dada bidang itu berjalan melewati mereka. Bahkan, tidak segan menyapa dan menyebut namanya. Tapi, Mark memilih acuh dan berlalu masuk ke dalam mobil.

"Cih! Para ja*ang itu pasti akan suka rela merangkak naik ke atas ranjangku!" Mark menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, mengepalkan tangan dan memejamkan mata mengingat satu wanita yang tidak tergiur dengan pesonanya."Wanita itu! Ada di mana dia?"

Rasa benci, marah, na*su, hasrat menggelora selalu saja menghampiri. Tiba-tiba sekelebat kejadian di lift mengusik ingatannya. Harum mawar itu sama persis seperti aroma tubuh Rossela.

"Mungkinkah?" Mark menghubungi seseorang. "Cari tahu tentang wanita itu!" titahnya.

Satu persatu mobil mewah itu berlalu dan melesat ke jalan raya. Termasuk mobil yang dikendarai Leon. Usai menghadiri meeting yang membuat kepalanya pusing, Leon yang duduk di belakang kemudi segera menghubungi Sela.

"Apa aku mengganggumu, Nona?" tanya Leon ketika panggilan itu sudah terhubung.

"Tidak sama sekali, apa meetingnya sudah selesai, Tuan?" jawab Sela.

"Sudah, kalau kau tidak keberatan aku mau mengajakmu makan siang."

"Tapi pekerjaanku masih banyak." jawab Sela.

"Tinggalkan saja, tidak akan ada yang memecatmu!!"

"Hmm baiklah, kita ketemu di mana?"

"Biar aku yang menjemputmu!" Leon mengakhiri percakapan mereka dan meminta supir kembali ke kantor.

***

Jangan lupa tinggalin jejak, biar Vio nggak lupa up date lagi.

Terpopuler

Comments

Putri Kristiani

Putri Kristiani

seru,lanjur

2021-12-22

0

Stevani febri

Stevani febri

hahh jadi deg deg dorrr😁

authornya ada² aja coba yg bikin ngakak juga thor kayaknya seru.

2021-12-20

0

Nofriyanti Vivi

Nofriyanti Vivi

maunya ros lbh kuat dan sllu calmdown .

2021-11-21

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!