Kepergian Rossela

Mark tercekat dari mana Rosse tau semua ini? "Kau...?" Tangan Mark mengendur ia terdiam melihat Rosse menangis.

"Lepaskan aku, Mark. Aku akan menganggap semua ini tidak pernah terjadi. Kita pun tidak akan saling bertemu lagi, bukan?"

Mark tidak suka mendengar ucapan Rosse. "Kau terlalu cengeng." Mark menghapus air mata yang mengalir di pipi mulus Rosse.

Rosse memejamkan mata, ia takut Mark akan melecehkannya seperti yang dikatakan Olive. "Aku mau pulang, Mark." Rosse membuang muka ia tidak sudi melihat Mark.

Wajah Mark berubah, rahangnya semakin mengeras ia marah karena selama ini belum pernah ada wanita yang merengek minta pulang sebelum ia yang mengusirnya. Mark teringat taruhan itu dan dirinya harus menjadi pemenangnya.

"Kau tidak bisa keluar dari Villa ini tanpa ijin dariku!" Mark merobek dres yang dipakai Rosse. Tangannya mulai memegang dada Rosse. Rosse meronta dan berteriak minta tolong tetapi, tidak ada satu orang pun yang datang untuk menolongnya.

Rosse tidak tau kalau Mark sudah membubarkan pesta dan hanya menyisakan dua pengawal di luar sana.

"Mark, jangan lakukan itu!" pekik Rosse. Suaranya seperti tertahan di tenggorokan karena Mark menyentuh bagian sensitifnya.

Mark yang sudah dikuasai na*psu meninggalkan jejak merah di leher dan dada Rosse. "Kau milikku. Hanya milikku. Jangan pernah bermimpi untuk pergi dariku!"

Wajah Mark semakin memerah, nafsunya pun semakin memuncak. Mark ingin menyelesaikan dan menguasai Rosse di bawah kungkuhannya.

"Aku tidak mau melakukannya denganmu, Mark! Aku akan membencimu kalau kau nekat melakukan itu!" Rosse memohon dan memukul dada Mark.

"Kau menolakku?" Satu hinaan yang ia dapatkan dari gadis cupu seperti Rosse. "Aku juga ragu kalau kau masih suci jadi ayo kita buktikan!"

Rosse menampar pipi Mark. "Tutup mulutmu, Mark! Aku tidak seperti gadis-gadis yang kau sewa selama ini!" tariakan Rosse menggema di setiap sudut ruangan, rasanya ia tidak sanggup menerima kenyataan yang dalam sekejab waktu menghancurkan hatinya .

Mark tergelak ia memegang pipinya yang terasa panas. "Tidak ada yang bisa menghentikan, aku!" Mark kembali lagi menyatukan bibir mereka.

Rossela gadis cupu ini hampir terbuai oleh sentuhan Mark. Tetapi, akal sehatnya masih menguasai diri. Rosse berusaha meraih vas bunga yang ada di atas meja. Dia mencoba tenang agar Mark tidak menyadari gerakannya. Kini, vas bunga yang cukup berat sudah berada di tangannya.

'Maafkan aku, Mark," batin Rosse seraya menangis dan memukul kepala Mark dengan vas bunga.

Disaat itu juga Mark terkejut dan terpaksa melepaskan bibir Rosse, ia merasa pusing akibat pukulan benda keras dibagian kepalanya kini, darah segar mulai mengaliri wajahnya.

"Ka-kau ...." lirih Mark sebelum terjatuh di lantai.

Rosse berdiri dan merapikan dresnya yang sudah robek sementara Mark sudah terkulai lemas di bawah kakinya.

"Maafkan aku, Mark. Tolong maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyakitimu." Rosse gemetaran melihat Mark sudah bersimbah darah karena ulahnya.

"Kutinggalkan cintaku di sini, Mark... aku pergi. Tolong maafkan, aku." Rosse berlari tanpa menoleh kebelakang, ia pergi meninggalkan cinta pertama yang sudah sejak lama ia pendam.

Sudut mata Mark mengeluarkan cairan bening, ia pasrah melihat punggung Rosse yang semakin menjauh dan hilang dari pandangan mata.

***

Rosse sangat ketakutan, ia sudah berhasil keluar dari Villa milik Mark dan kini, Rosse benar-benar berada dalam masalah besar.

"Polisi pasti mencariku." Rosse menangis dibawah kucuran air shower ia berusaha menghilangkan jejak-jejak merah yang ditinggalkan Mark. "Tuhan, aku harus lari ke mana?"

Tidak boleh! Polisi tidak boleh menangkapnya. Rosse masih muda dan punya impian yang belum tercapai. Malam itu juga Rosse pergi meninggalkan rumah kontrakan yang sejak lama ia tempati.

Dua hari sudah berlalu.

Hantaman benda keras yang dialami Mark membuatnya sempat tidak sadarkan diri selama dua hari di rumah sakit. Beruntung dokter ahli memastikan kalau sel saraf otaknya masih berfungsi seperti biasa.

"Bodoh!" Mark murka karena orang suruhannya belum juga berhasil menangkap Rosse. "Badan kalian besar, kenapa tidak bisa mencari gadis sekecil dia? Sangat tidak berguna!"

Mark menggila dan mengumpat pada siapapun termasuk kepada kedua orang tuanya sendiri.

"Tenanglah, Mark! Papa sudah menyebar orang-orang untuk mencari gadis itu!"

"Cepat cari, Pa! Bawa gadis itu ke sini sekarang juga! Aku mau dia! Hanya dia seorang!" jawab Mark dengan nada berapi-api.

Mark bersumpah tidak akan melepaskan Rosse yang sudah terang-terangan menghina dengan menolak tidur dengannya. Mark sendiri tidak tahu kenapa bisa semarah ini setelah mendengar Rosse menghilang tanpa jejak.

Ada rasa kecewa di hati karena Rosse benar-benar pergi meninggalkanndirinya.

'Aku bersumpah, akan mencari dan mendapatkanmu lagi.'

Semua orang tidak mengerti apa istimewanya gadis itu sampai kepergiannya membuat Mark benar-benar murka.

Beberapa hari kemudian Mark sudah kembali ke Villa. Bayangan Rossela masih terlihat jelas di sana, meskipun masih trauma dengan perbuatan Rossela, ia tetap membuka rekaman CCTV dan kini ia tahu penyebab Rossela pergi malam itu.

Semua karena mulut Olivia yang sudah berani membongkar rahasianya.

"Cari wanita ini dan bawa ke apartmenku!" Malam ini Mark akan memberi perhitungan pada Olive agar tidak berani lagi bermain-main dengannya.

Beberapa saat kemudian, anak buah Mark datang membawa Olivia ke Villa seperti apa yang sudah diperintahkan Mark.

"Syukurlah kau sudah sadar, Mike! kau tau aku sangat mengkhawatirkanmu!"

Olivia tidak bisa membaca situasi yang akan mengancam hidupnya hingga dengan bangga ia memeluk Mark.

"Siapa yang sudah berani menyakitimu, Mark?"

Mark tetap diam mengamati wajah Olivia, wanita ini tidak sedikitpun merasa bersalah padahal ialah sumber masalah yang sudah terjadi. Mark mencengkram lengan Olivia sampai wanita ini meringis kesakitan.

"Akhh kau melukai aku, Mark...." rintih Olivia, ia ketakutan melihat wajah Mark merah padam.

"Ini tidak sebanding dengan perbuatanmu, Olive! Aku tidak akan mendapatkan luka ini kalau kau bisa mengontrol mulutmu yang kotor itu!" teriak Mark, ia menghempaskan Olive sampai terjatuh di lantai.

"Memangnya apa yang sudah aku perbuat sampai kau bisa semarah ini padaku, Mark?" Olive mencoba bangkit tapi ia mendapatkn perlakun yang lebih menyakitkan lagi.

Mark menarik rambut Olivia sepertinya, kesabaranny sudah habis hingga dengan tega membawa paksa Olivia ke dalam kamar pribadinya.

SREK!!!

Olivia semakin ketakutan ia mencoba berlari tapi gerakannya kalah cepat dari Mark.

Mark merobek kaos Olivia. "Kau mau tahu apa kesalahanmu 'kan?" Ia menghempaskan Oliva ke atas ranjang.

"Tenang dan kendalikan dirimu, Mark!"

"Kenapa? Bukankah ini yang kau mau? Kau sengaja menghasut Rossela untuk pergi dariku agar kau selalu bisa naik ke atas ranjangku seperti ini, bukan?"

Olivia terbelalak, ia tahu kalau Mark tidak akan memaafkan kesalahan sekecil apapun tapi, sudah tidak ada cela untuk melarikan diri. (Bab 1)

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

mantap ros..menjauh lah dari Mark yang bengis

2023-02-13

0

dwie

dwie

bagus cerita nya..

2021-12-05

0

Dhennie_ry

Dhennie_ry

semoga endingnya membahagiaan🙂

2021-11-14

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!