Luka Yang Masih Membekas

Dor! Dor! Dor!

Suara tembakkan kembali terdengar menakutkan di ruang bawah tanah. Peluru yang dilepaskan pria bermantel hitam dan berkaca mata ini tidak pernah melesat secentipun dari bidikkannya. Selalu tepat mengenai sasaran.

"Bergerak sedikit saja kau akan mati!" ucapnya pada laki-laki yang sudah gemetaran di depannya. Bagaimana tidak? Jika Mark salah menembak buah apel yang ada di atas kepalanya maka, ia akan kehilangan nyawanya. Bisa jadi timah panas itu akan menembus kepala orang yang ia suruh mencari informasi tentang wanita asing di apartmen beberapa hari yang lalu.

"Kau bilang wanita itu berasal dari Paris?" Mark melemparkan pistolnya ke sembarangan arah lalu, duduk di kursi santai miliknya.

"Iy-iya, Tuan! Baru beberapa hari yang lalu gadis itu menempati kamar no xx. Dia bernama Sela Margin dan bekerja sebagai sekretaris di perusahaan Diamond, Tuan!"

Pria yang masih jantungan ini menjelaskan secara detail. Tapi, sepertinya informasi yang ia berikan semakin membuat Mark marah.

Mark masih menatapnya tajam, bukan tidak puas dengan hasil kerja orang ini tapi, ia marah karena ternyata gadis itu orangnya Leon yang sudah berani mengacuhkannya, kenapa harus selalu berhubungan dengan Leon? Mark mengambil pistol lain di atas meja dan menyiapkan amunisinya.

"Ada lagi yang ingin kau sampaikan tentang gadis itu?" tanya Mark, suaranya terdengar pelan tapi, cukup membuat suasana semakin mencekam.

"Tolong maafkan saya, Tuan! Tidak ada yang saya lewatkan dan sembunyikan tentang gadis itu!" Ia memelas dan menakupkan telapak tangannya.

Mark menyeringai dan memejamkan mata.

Dor!!!

Seperti biasa, bidikkannya selalu tepat sasaran.

Mark melangkah panjang menuju ruangan lain yang menjadi tempat penyimpanan beberapa pistol dan senjata tajam rahasia. Tidak sembarang orang bisa masuk ke salah satu ruangan pribadi di Villa miliknya.

Jemari tangannya memindai satu persatu botol wine yang tersusun rapi di lemari, mengambil salah satu botol merk ternama dan meresapi isinya di sofa yang menghadap figura foto raksasa di ruangan bernuansa hitam tersebut.

Kelopak mata Mark tidak berkedip memandang foto wanita berkaca mata berseragam SMA dan berkepang dua.

"Bodoh! Kau pikir kau siapa? Berani sekali mengusik pikiranku?" cibirnya. Kepala Mark semakin pusing tapi, ia tetap meresapi wine itu.

Ozan datang dan merebut botol dari genggaman Mark. "Sudahi semua ini, Tuan! Anda harus fokus menjaga kesehatan. Kalau terus-terusan seperti ini penyakitmu akan kambuh lagi. Ingat minuman ini bisa semakin merusak organ penting di dalam tubuhmu!"

Ozan sudah seperti dokter, diantara semua orang terdekat Mark, dirinya yang lebih banyak memahami kondisi Mark yang sesungguhnya. Di balik keganasan seorang Mark tersembunyi jiwa yang rapuh.

"Apa lagi yang hancur? Hatiku pun sudah tidak terbentuk!" Mark berdiri sempoyongan. "Jangan ikuti aku!" Ia menekan pundak Ozan dan berlalu pergi mengabaikan nasihat Ozan.

Di tempat lain.

Cafetaria yang berada di pinggir jalan raya menjadi tempat tujuan Rossela, ia lupa menyetok bahan mentah di lemari pendingin, hingga tidak ada makanan apapun yang bisa mengganjal perutnya.

"Kebiasaan yang tidak pernah berubah, selalu lapar di tengah malam." Rosse menarik sleting jaket hingga sebatas leher, tidak lupa memakai topi agar Bibi Jeny tidak mengenalinya. "Aku rindu poutine buatanmu, Bibi."

Poutine adalah makanan khas dari Kanada yang terbuat dari kentang dan parutan keju. Meskipun sudah ada di negara lain tapi, bagi Rossela poutine buatan Bibi Jeny yang paling lezat.

"Aku tidak menyangka bisa datang ke tempat ini lagi."

Bibi Jeny terkejut melihat wanita muda berdiri di depan cafenya, ia mengurungkan niatnya menutup pintu.

"Kembali besok saja!" seru wanita bertubuh gempal ini.

Rossela masih mematung di tempatnya, rasanya ia ingin memeluk wanita yang sudah banyak menolongnya.

"Apa kau tidak mendengarku?" Bibi Jeny mendekati Rosse, ia memerhatikan wajah cantiknya. "Kenapa kau melihatku seperti itu? Dengar ya, ini sudah larut malam jadi aku harus menutup cafe ini."

"Bi-Bibi...." lirih Rosse, matanya berkaca-kaca tidak sanggup menyembunyikan perasaannya. Rossela membuka topinya.

Bibi Jeny semakin bingung, ia tidak pernah melihat wanita ini tapi, sepertinya wajahnya tidak asing.

"Bibi Jeny, aku merindukanmu!" Rossela menangis dan memeluk Bibi Jeny.

Bibi Jeny gemetaran. "Ya Tuhan ... Ya Tuhan ...." Bibi Jeny menarik diri dan meraba wajah Rossela. "Kau kah ini, Rosse? Kau bunga mawarku? Kau selamat? Kau sudah kembali, Nak?" Ia pun menangisi wanita muda yang pernah bekerja paruh waktu di kafenya.

"Semua ini berkat Bibi. Kalau saja malam itu Bibi tidak menolongku, mereka pasti sudah menangkapku...."

Rossela gemetaran mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu, ia bingung harus pergi ke mana. Beruntung Bibi Jeny menyiapkan tiket dan memberinya sejumlah uang untuk dibawa ke Paris.

"Kenapa kau kembali? Apa pria kaya raya itu sudah memafkanmu, Rosse?" selidiknya.

Rosse menggeleng. "Ntahlah, pria itu tidak mengenali penampilanku yang sekarang, Bi. Bibi lihat, aku sudah menghilangkan tahi lalat di pipiku."

"Kasihan sekali kau, Nak! Tapi tidak apa-apa, Bibi senang melihatmu kembali semakin cantik seperti ini, ayo masuk Bibi akan buatkan poutine kesukaanmu."

"Terima kasih, Bi...."

Kedua wanita ini bercengkrma sampai malam semakin larut. Rossela meminta Bibi Jeny merahasiakan identitasnya yang baru. Memanggilnya Sela dan berpura-pura kalau mereka tidak saling mengenal.

Rossela kembali ke apartmen dengan perasaan yang bahagia, ia lega karena sudah bertemu dengan Bibi Jeny.

Tangan Rossela merayap di dinding mencari saklar lampu. "Tadi aku pergi tidak mematikan lampunya," ia bergumam sendiri, Rosse hampir terjatuh karena kakinya tersandung sesuatu di lantai. Rosse berdecak dan mengambilnya.

"Apa ini?" Ruangan yang masih gelap menghalangi pandangannya. Rossela tidak bisa melihat bentuk kain yang ia pegang. Bau minuman keras begitu terasa di hidungnya.

Klek!!!

Tiba-tiba ruangan itu menjadi terang, Rossela terkejut melihat pria yang berdiri di depannya.

"Mark? Tuan, kenapa ada di apartmenku?" Rossela menghempaskan mantel Mark yang ia pegang.

Mark tidak menjawab sepetah kata pun, ia melangkahkan kaki mendekati Rossela.

"Jangan mendekat atau aku akan teriak!" ancam Rosse, ia mundur sampai membentur sofa.

Mark tidak perduli, sorot matanya semakin terlihat tajam.

"Bicaralah! Ka-kau mabuk, ya?" Rossela ketakutan, kejadian beberapa tahun yang lalu kembali berputar di mata, ia ingin lari tapi Mark mendorongnya hingga ia terduduk di sofa.

"Kurang ajar sekali, kau! Aku bilang keluar!!!" teriak Rosse menunjuk pintu yang tertutup rapat.

Bukannya pergi, Mark duduk dan bersila kaki di lantai yang beralas karpet permadani. Tanpa bicara ia meletakkan kepala di pangkuan Rosse.

Rosse hampir menangis, ia tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Mark sekarang. Rossela gemetaran melihat wajah Mark terbenam di pangkuannya.

"Kepalaku, pusing ...." ucap Mark lirih, ia meletakkan telapak tangan Rossela di atas kepala. "Aku pusing sekali...."

Rossela menahan napas, tidak tau harus berbuat apa. Matanya tidak berhenti melihat rambut hitam Mark.

"Itu bukan urusanku! Pergilah ke rumah sakit!" seru Rossela acuh dan tidak perduli.

"Sebentar ... sebentar saja. Biarkan seperti ini," jawab Mark.

"Sebenarnya ada apa denganmu? Kau pasti minum terlalu banyak. Kenapa menyusahkan aku?"

"Kepalaku, pusing," lirih Mark lagi, tidak perduli omelan Sela.

Rossela berdecih dan menggerakkan jemarinya di kepala Mark, memberikan pijatan kecil di sana. Tanpa sengaja ia meraba bekas luka di kepala Mark.

🌹🌹🌹

Jangan lupa tinggalin jejak, Like, komen, dan kawan-kawannya. Terima kasih

Terpopuler

Comments

Sulati Cus

Sulati Cus

knp jd ak yg sport jantung

2022-11-09

0

Endang Priya

Endang Priya

kalo di novel orkay n berkuasa masuk unit orang seenak udele dewe yo.

2021-12-13

0

princess purple

princess purple

seru gak boong

2021-11-24

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!