Ciuman Pertama

Rossela gadis berkaca mata tebal, memiliki tahi lalat timbul dan berukuran cukup besar di pipi ini hidup seorang diri di Ontario, Kanada. Rossela berhasil menyelesaikan sekolah di bangku SMA dengan beasiswa yang ia dapatkan. Orang tua Rosse sudah meninggal beberapa tahun yang lalu akibat kecelakaan lalu lintas yang mereka alami.

Gadis cupu dan kutu buku begitu orang memanggilnya. Rose sering menjadi bahan ejekkan para siswa dan siswi di sekolah karena di usia yang sudah 17 tahun Rosse masih perawan bahkan, tidak pernah berhubungan dengan lelaki manapun. Di tempat seperti ini hubungan bebas tanpa adanya ikatan suci pernikahan sudah lumrah dilakukan tapi, Rosse tetap kuat memegang teguh pendirian hanya akan memberikan kesuciannya pada laki-laki yang nanti akan menjadi suaminya.

Tidak ada yang tau kalau diam-diam Rosse menyukai laki-laki yang selama tiga tahun menjadi teman satu kelasnya. Bukan, bukan teman. Hanya Rosse yang berharap agar suatu hari nanti Mark mau menyapanya. Mark adalah laki-laki tertampan di sekolah yang selalu digandrungi siswi-siswi cantik bahkan, santer terdengar kabar kalau Mark sering menghabiskan malam dengan mereka. Tapi, ntah mengapa sampai sekarang hanya nama Mark yang terpatri di hati.

Baru beberapa hari yang lalu Rosse merayakan hari kelulusan di sekolahnya. Jadi, hari ini rasanya Rosse ingin berlama-lama di atas tempat tidur. Bunyi bel yang memekakan telinga mengganggu tidur Rosse. Gadis yang masih memakai piyama tidur ini kembali memakai kaca mata dan keluar untuk membuka pintu.

"Dengan Nona Rossela?" Seorang kurir mengantarkan paket untuknya. "Ini untuk Nona dan tolong tanda tangan di sini."

Kening Rosse mengernyit bingung melihat kotak berwarna merah di tangannya. "Ini dari siapa?"

"Saya tidak tau karena cuma ditugaskan untuk mengantarnya ke alamat ini." Kurir pergi setelah mendapatkan tanda tangan Rosse.

***

Ternyata Rosse mendapatkan undangan mewah dari Mark yang akan mengadakan pesta di Villa pribadinya sebagai perayaan kelulusan sekolah. Manik perak Rosse berbinar ketika membaca nama Mark juga namanya sendiri tertulis dengan tinta emas di sana.

"Mark mengundangku? Apa ini tidak salah? Dia mengingatku? Dari mana Mark tau alamat rumah ini?"

Rosse menari-nari di atas tempat tidur. Dia bahagia seperti mendapatkan surat cinta dari Mark. Apa ini pertanda baik untuknya? Ternyata Mark mengingat gadis cupu sepertinya. Rosse mencium dan mendekap undangan itu.

Rossela tetaplah Rossela. Tidak ada yang berubah. Rosse tidak pandai merias wajah bahkan, ia tidak memiliki gaun malam untuk ke pesta.

"Di undangan tidak tertulis harus memakai gaun atau pakaian khusus 'kan?" Rosse berdiri di depan cermin besar yang menampakkan dirinya secara utuh. Dia sudah memakai dress hitam selutut dan pan shoes dengan warna yang senada. Rambut kepang dua dan kaca mata tebal selalu menjadi ciri khasnya. Tahi lalat tidak bisa ia samarkan.

Sampailah Rosse di tempat acara. Rosse memandang takjub pada bangunan megah yang baru pertama kali ia kunjungi. Villa ini tampak seperti istana di negri dongeng. Setelah membayar ongkos kendaraan online yang mengantarnya, ia memasuki halaman luas yang sudah berjejer mobil mewah milik tamu yang lain.

Pesta outdoor yang mengagumkan. Sudah banyak orang berbincang di tepi kolam renang. Rosse menjadi tidak percaya diri melihat kecantikan gadis-gadis yang ada di sana. Mereka semua memakai gaun malam yang menunjukkan lekuk tubuh sexy yang mengundang perhatian kaum lelaki. Sementara dirinya? Sudahlah, Rosse mencoba menghibur diri dan menikmati pesta ini.

"Kau sudah datang, Rosse?" Olive gadis tercantik di sekolah mendekati Rosse. "Jadi, kabar yang aku dengar memang benar adanya?" Olive tersenyum lalu menenggak minumannya.

"Tentang apa?" Rosse mendadak menjadi gugup karena kini, semua mata tertuju padanya dan Olive. 'Mereka pasti menertawakan penampilanku,' batin Rosse mulai menerka-nerka.

Olivia menepuk pundak Rosse seolah membersihkan debu yang menempel di sana. Kemudian Olive berbisik. "Bersiaplah, kami punya kejutan untukmu." Olive bertepuk tangan dan tiba-tiba semua lampu menjadi padam.

Rosse semakin penasaran dan ketakutan. Dia tidak bisa melihat apapun selain bintang-bintang yang bertaburan di langit. Belum hilang ketakutannya, tiba-tiba sorot lampu hanya tertuju padanya. Samar-samar ia mendengar langkah kaki tegap berjalan mendekatinya. Tubuh Rosse melemas melihat laki-laki tampan yang sedari tadi ia cari sudah berdiri di hadapannya.

"Ma-Mark?" lirih Rosse. Apa ini mimpi? Laki-laki idaman hati tersenyum kepadanya. Baru kali ini laki-laki berkemeja hitam ini mendekatinya bahkan, di depan banyak orang.

"Aku sudah lama menunggumu. Bunga mawar ini untukmu, Rosse." Mark mengulurkan buket bunga mawar kepada Rosse.

Rosse sangat tersanjung. Dari sekian banyak bunga, hanya bunga mawar merah yang ia suka dan ini pertama kali Rosse menerima bunga dari orang lain.

"Ap-apa maksudnya, Mark? Apa kau tidak salah orang?"

"Rosse dan mawar merah bahkan, Rosse lebih cantik dari bunga mawar ini. Bagaimana aku bisa salah mengenali orang?" Mark tersenyum dan meraih pinggang ramping Rosse hingga menepis jarak diantara mereka.

Mata yang dilapisi kaca mata transparan itu semakin membola. Aroma parfum maskulin yang dipakai Mark menyeruak hingga masuk ke dalam rongga hidung Rosse. Keringat dingin sudah mulai membasahi kening Rosse. Selama tiga tahun mengenal Mark, baru sekarang Rosse berada sedekat ini dengan Mark. Apa yang terjadi? Rosse terasa menggigil ketika Mark meraih dagunya.

"Kau kenapa, Mark?" Rosse berhenti bicara karena jari telunjuk Mark menempel di bibirnya.

Mark tersenyum dan fokus menatap mata Rosse. "Aku mencintaimu, Rosse. Kau mau 'kan menjadi kekasihku?" Mark bersungguh-sungguh mengatakannya.

Apa ini mimpi? Sejak kapan Mark mencintainya? Bukankah selama ini mereka tidak saling bicara? Apa ternyata Mark mencintainya dalam diam seperti yang ia rasakan?

"Tapi, Mark ka--

Mark memungkas ucapan Rosse. "Kau hanya perlu menjawabnya. Mau ... atau Tidak?" Mark sangat percaya diri kerena selama ini tidak ada wanita yang menolak pesonanya.

"Ak-aku--"

"Mau ... atau tidak?" Mark mengulanginya lagi.

Rosse semin keringat dingin, ia tidak menyangka kalau ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Tanpa pikir panjang lagi Rosse menganggukkan kepala. "Mau." Rosse tersipu malu.

Mark mengepalkan tangan di udara iabahagia karena Rosse menerima cintanya kemudian, ia menarik cengkuk leher Rosse dan menyatukan bibir mereka. Mark tidak membiarkan Rosse lepas darinya dengan keahlian yang ia miliki ia sudah berhasil mengambil ciuman pertama Rosse.

Rosse memberontak dan memukul dada Mark. Tetapi, Mark tidak mau melepaskannya.

'Kau sudah mengambil cuiman pertamaku, Mark,' batin Rosse ntah mengapa ia menjadi luluh dan tidak memberontak lagi.

'Aku mendapatkanmu,'batin Mark. Ia mengedipkan satu matanya pada beberapa orang yang berdiri di belakang Rosse.

Suara tepuk tangan menyadarkan Rosse. Dia mendorong Mark sampai ciuman mereka terlepas. Wajah Rosse memerah, ia tidak berani mengangkat kepala karena baru sadar kalau Mark menciumnya di depan umum.

Mark merangkul Rosse. "Mulai malam ini kau sudah menjadi milikku. Jadi tenang saja karena tidak akan ada yang berani mengejekmu." Mark membenamkan ciuman di kepala Rosse.

***

Terpopuler

Comments

mila s

mila s

awas mark bucin

2022-05-28

1

Putri Kristiani

Putri Kristiani

seruneh

2021-12-22

1

Putri Kristiani

Putri Kristiani

lanjut

2021-12-22

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!