Clara mulai membentuk tanah liat di depan nya, ini memang menjadi keseharian nya belakangan hari terakhir.
Ia memutar dan memilin tanah basah yang sedang berputar dengan cepat tersebut.
"Nyonya ingin buat apa?" tanya salah satu pelayan yang memang di tugaskan Louis untuk menjaga istrinya ketika ia tidak ada.
"Aku mau buat gelas untuk Rai, bentuk nya aneh yah?" tanya gadis itu karna ia memang tak dapat melihat apapun selain kegelapan dan hanya bisa merasakan nya.
"Bentuk nya terlalu besar kalau untuk gelas, nyonya bisa mengecilkan nya lagi." ucap pelayan Cecil pada majikan manis nya.
"Benarkah? Akan ku coba lagi," jawab Clara yang kembali mengulang tanah liat yang sudah ia bentuk.
"Tuan juga pasti akan tetap suka apa saja yang nyonya buat," ucap Pelayan Cecil pada gadis itu.
"Tapi...
Apa kau tidak bisa panggil aku Clara saja? Kau kan masih sepupu dengan Rai kan?" tanya Clara lirih.
Karna Louis menyembunyikan identitas sesungguhnya pada gadis itu, maka saat ia memberi pelayan pribadi gadis manis itu langsung menolak nya.
Clara tak ingin menghabiskan sembarang uang, karna Louis mengaku pekerjaan nya hanya sebagai perawat membuat gadis itu merasa enggan suami nya menghabiskan uang lebih banyak untuk nya lagi.
Baginya masih ada pria yang ingin dengan nya dan mencintai diri nya saja sudah membuat nya sangat bersyukur tanpa tau jika pria itu adalah pria yang sama dengan orang yang sudah menghancurkan hidup nya.
"Ti-tidak bisa nyonya, saya kan harus sopan." jawab pelayan Cecil yang langsung menolak, mana mungkin ia memanggil nama langsung pada nyonya JBS grup yang menikahi seorang
billionaire.
"Tapi kan kau tidak perlu sekaku itu pada ku..." jawab Clara lirih pada pelayan Cecil.
Wanita itu diam ia tak menjawab pernyataan tersebut lagi namun ia menyadari posisi nya.
......................
Louise terus melaju kan mobil nya sesuai dengan keinginan pria yang meletakkan pisau tajam di leher nya.
"Berhenti," ucap pria itu saat sampai di bangunan yang tak terpakai di belakang kota karna tempat yang sudah tak lagi strategis.
Ia mulai mengarahkan gadis cantik itu untuk keluar dari mobil sembari terus mengancam menggunakan pisau.
Wajah gadis itu memucat, bukan karena takut namun perut nya yang mulai terasa sakit. Mulas dan nyeri di saat yang bersamaan membuat nya tak nyaman sama sekali.
Kalau kau berada di situasi yang seperti ini, injak kaki nya dan sikut wajah nya setelah itu pegang tangan nya dan alihkan ke atas.
Lalu kabur dan cari tempat aman setelah itu beri tau aku kau di mana.
Ia mulai teringat dengan cara yang di ajarkan James pada nya, cara untuk menyelamatkan diri saat seseorang mengancam dengan pisau di leher nya.
Apa aku coba saja?
Batin nya saat pria itu ingin membuat nya masuk ke dalam gedung yang terlihat berantakan dan tidak terurus tersebut.
DUK!
Akh!
Pria itu langsung meringis, kaki nya di injak dengan heels tajam gadis itu sekuat tenaga, Louise pun langsung menyikut wajah pria itu dengan kuat.
Buk!
Pria itu mulai goyah, hidung nya seakan patah karna ulah gadis itu dan ia bahkan tak dapat menahan kekuatan nya hingga gadis itu terlepas.
Louise berhasil keluar, ia melepas sepatu nya karna tak bisa berlari kencang dengan sepatu tinggi yang ia gunakan.
Hah...hah...hah...
Napas nya mulai berat, jantung nya berdebar, ia mencoba membuka ponsel nya dan menelpon James.
Jujur saja ia sudah tak sanggup lagi berlari karna ia memang memiliki fisik dan jantung yang lemah sejak lahir.
Keringat yang mulai jatuh melewati wajah pucat itu kian banyak, perut nya semakin sakit dan kaki nya mulai terluka karna ia tak memakai alas saat berlari.
Sedangkan pria yang tadi menyelinap ke mobil nya masih berlari dengan cepat, ia pun memutar arah lari nya dan memilih untuk bersembunyi.
"James...
Angkat..." ucap nya lirih saat tangan nya mulai gemetar, perut nya semakin terasa nyeri dan jantung nya terus berdebar dengan kuat.
......................
Toko perhiasan.
Pria tampan itu melihat ke arah stainless yang menampilkan perhiasan yang berwarna putih mengkilau dengan bentuk yang indah, namun mata nya lebih tertuju pada jajaran cincin yang tersusun rapi.
"Anda ingin cari yang seperti apa tuan?" tanya pelayan toko perhiasan tersebut dengan ramah.
"Perhiasan untuk wanita," jawab nya singkat.
"Untuk kekasih anda? Hadiah?" tanya pelayan tersebut tersenyum mendengar jawaban pria di depan nya.
"Bukan, bukan hadiah." jawab pria itu segera.
"Lalu anda ingin melamar nya?" tanya pelayan tersebut lagi agar ia bisa mencarikan yang sesuai.
James diam ia tak berniat untuk memberikan hadiah namun ia belum mengerti sampai mendengar pertanyaan pelayan toko perhiasan tersebut.
Melamar? Kalau aku melamar nya, kami akan menikah?
Batin nya yang baru sadar jika kini perasaan nya semakin jatuh bahkan sampai ia mulai memikirkan tahapan yang dulu nya tak ia inginkan sama sekali setelah pengkhianatan mantan kekasih nya.
"Hm, cincin yang seperti itu." jawab James pada pelayan toko perhiasan tersebut.
Pelayan itu pun tersenyum dan mencarikan sesuai dengan yang di inginkan pelanggan nya.
Ia pun mengambil cincin yang terlihat indah dengan bentuk kelopak abstrak yang di dalam nya terdapat berlian yang begitu memancarkan kilau nya.
James tanpa sadar tersenyum, ia membayangkan wajah gadis itu yang akan menyukai pemberian nya.
Namun ia bahkan belum bisa melakukan nya karna masih belum dapat membuat resep obat untuk penyakit gadis itu yang berbeda dari penyakit lain nya.
Ia memang hanya ingin gadis itu untuk nya, menyimpan nya bagaikan benda berharga museum yang tak bisa sembarang di perlihatkan pada orang lain ataupun di curi.
Pria itu tak ingin lagi kejadian pengkhianatan mantan kekasih nya terulang lagi.
"Oh iya, aku harus memberi tau Nick soal tempat malam itu," gumam nya saat teringat dengan pekerjaan nya yang terakhir dan ingin mengabari bawahan nya.
Ia meraba saku di jas nya dan dan kantung nya mencari ponsel yang ia bawa namun tak terlihat sama sekali.
"Dimana ponsel ku?" ucap nya lirih mencari ponsel nya ke seluruh tubuh.
......................
Apart Greenlousc.
"Mom? Kalau ambil ponsel Daddy gak bilang kan nama nya mencuri?" tanya Arnold dengan wajah polos nya.
Anak berusia 4 tahun itu tak mengerti apapun tentang perintah sang ibu yang menyuruh ya mengambil ponsel ayah nya ketika bersama dan memberikan pada nya.
"Bukan mencuri, ini kan ponsel nya sama Mommy nanti Mommy yang kasih ke Daddy yah..." jawab Bella mempengaruhi putra kecil nya.
"Kalau Al di marahi Daddy gimana?" tanya Arnold dengan takut.
"Tidak akan, sana masuk kamar." ucap Bella memerintahkan putra nya untuk segera masuk ke kamar.
Mata nya kembali teralihkan melihat nama yang terus memanggil ponsel pria yang ia cintai, raut wajah nya berubah. Ia sangat membenci nya bahkan sampai taraf yang tak bisa lagi di jelaskan.
Ia pun mengangkat nya dengan kesal, ia memang tak tau apa rencana pria itu hingga menyuruhnya untuk mencuri ponsel James namun ia tau tak mudah bagi nya mendekati pria itu lagi hingga ia menyuruh putra mya yang masih polos itu untuk mencuri.
Belum sempat gadis itu bicara ia sudah mengeluarkan suara nya,
"James sedang sibuk! Kau ini tak punya malu apa? Menelpon terus padahal mengganggu!"
Sepenggal kalimat yang ia ucapkan dengan geram dan langsung mematikan ponsel tersebut.
......................
Sementara itu.
Gadis itu menutup mulut nya rapat agar pria yang mengejar nya bahkan tak mendengar deru napas nya.
Deg!
Mata nya membulat, ia kalut, panik dan terkejut ia menelpon James namun yang menjawab nya adalah seorang wanita.
Terlebih lagi wanita itu adalah mantan kekasih yang dulu nya sangat di cintai pria nya.
Tadi aku telpon James kan? Kenapa dia yang jawab? James sedang dengan nya?
Batin nya terkejut, namun di bandingkan rasa terkejut nya ia lebih memilih untuk segera mengalihkan telp nya menelpon sang kakak sebelum pria itu menemukan nya.
Telpon nya segera tersambung, "Kak! Tol- Akh!" jerit nya saat rambut nya di tarik.
Ponsel nya segera diambil dan di lemparkan sejauh mungkin, pria itu menarik rambut Louise dengan sekuat tenaga dan tanpa iba.
Gadis itu memberontak, ia menggeliat dan memukul tangan tersebut, rasa sakit dan nyeri di perut nya yang seakan di pilin memutar membuat nya merasakan mengeluarkan sesuatu.
Gadis itu meringis namun ia sempat melihat ke bawah kaki nya yang seakan menurunkan suatu cairan.
Bruk!
Tubuh nya di lempar di lantai yang kotor dan kumuh dari bangunan yang tak terpakai itu lagi, Louise menoleh ia melihat pria yang memakai topeng yang sama seperti yang pernah menculik nya di hari pernikahan saudara kembar nya.
"Kau! Memang nya..
Ap..apa urusan mu dengan ku?!" tanya gadis itu melemah bahkan dengan suara yang bercampur dengan ringisan saat perut nya semakin terasa sakit.
Ia kembali melihat ke arah kaki nya, bercak merah terlihat dari rok nya yang berwarna abu-abu muda namun terlihat lebih banyak dari hanya sekedar darah datang bulan.
Aku datang bulan sekarang? Tapi kenapa lebih sakit?
Batin nya yang tak dapat begitu memperhatikan sekitar nya.
Pria itu tersenyum dengan smirk nya menatap wajah pucat gadis itu yang terlihat sangat ketakutan.
"Dia harus sedikit panik kan?" bisik pria bertopeng tersebut.
Louise tak dapat mendengar dengan jelas, pandangan nya mengabur dengan rasa sakit di perut nya yang membuat kepala nya seakan berputar.
Keringat nya terus jatuh, tubuh nya seakan kehilangan semua energi dan gadis mulai kehilangan kesadaran nya.
......................
JBS Hospital.
Louis tersentak ia kembali menelpon adik nya namun tak ada balasan lagi.
Perasaan khawatir kembali menyelimuti nya saat satu-satu nya keluarga yang ia miliki mungkin saja sedang dalam bahaya.
"Dia dimana?!" ucap nya dengan panik dan langsung melangkah ke ruang visi.
Ruangan yang menjadi otak atas JBS grup.
...****************...
Jangan Lupa like, komen, vote, favorit dan dukungan nya yah...
Biar othor nya makin semangat hihi😊😊😊
Happy Reading♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 228 Episodes
Comments
Anita noer
aduh....sapa nih yg nolongin elouiss
2023-06-14
0
JW🦅MA
lanjut ya
2022-01-17
1
JW🦅MA
BIKIN GEREGETAN DAN PENASARAN
2022-01-17
0